1 tahun kemudian
"Tania, jangan lari-lari nanti kamu jatuh, nak." ucap seorang wanita yang kesusahan menjaga buah hatinya itu.
Wanita itu ialah Rani. Istri dari pengusaha kaya raya bernama Naufal Afi Prappa. Bukan kaleng-kaleng, Prappa kini benar-benar menguasai perekonomian dunia dari bidang manapun. Maka tidak heran jika kekayaan mereka berlimpah.
Tapi jangan heran, kehidupan mereka cukup sederhana untuk seorang pengusaha kaya raya. Tidak sesederhana itu, tapi intinya sederhana.
Selama satu tahun kepergian Zaza, kehidupan antara Naufal dan Rani berangsur baik. Namun, Naufal tau dibelakangnya Rani masih sering bertemu dengan mantan kekasihnya, Alvaro.
Naufal marah? Tentu saja tidak, ia hanya ingin memberikan ruang kepada Rani. Naufal tidak ingin mengatur Rani dengan segala keposesifan dan keegoisan. Karna pada dasarnya hubungan mereka dilandasi kesalahan.
"Naufal, tolong jagaiin Tania bentar aku mau bikin susu." ucap Rani pada suaminya yang sedang berkutat dengan ponsel.
"Hmmm."
Rani berdecak lalu menghampiri Naufal dan merebut ponselnya, "Jagaiin Tania."
"Iya iya, maaf kanjeng ratu." gurau Naufal lalu segera menyusul anaknya yang sedang bermain. Rumahnya memiliki tempat khusus bermain untuk Tania. Kurang lebih taman kecil, namun ada beberapa permainan seperti di timezone.
Rani tertawa kecil lalu segera ke dapur untuk membuat susu. Tidak, sebenarnya Rani ingin mengecek ponselnya karna Varo mengiriminya pesan.
From : Varo
Jalan yuk, Ran? Kabin?Rani menggigit bibirnya ragu.
To : Varo
Okay, 7 p.mDengan gundah Rani meletakkan kembali ponselnya lalu dengan cepat membuat susu untuk Tania. Dan tanpa Rani sangka, Naufal sedari tadi memperhatikan gerak gerik Rani.
"Memang sampai kapanpun hatimu hanya untuk Varo." gumam Naufal pelan.
Dari awal ucapan Rani yang sangat terdengar manis untuknya hanya sekedar bualan belaka. Naufal tau Rani ingin berusaha untuk keluarga kecil mereka, namun tentu saja bajingan itu tetap menganggu.
Rani kini menghampiri Naufal dan Tania, dengan sigap Tania yang melihat ibunya membawa susu langsung berlari meraih susu itu.
"Ma, tsutsu." ucap Tania yang belum terlalu fasih berbicara jadi terdengar lucu.
"Mba Mira, tolong jagaiin Tania ya." panggil Rani kepada babysitternya Tania.
"Iya, bu."
Kini hanya tersisa Naufal dan Rani, mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Sambil menyesap kopi, Naufal memandan Rani dengan senyuman kecil. Setidaknya, Rani tidak menghabiskan waktu semalaman dengan Varo.
Dan yang Rani fikirkan yaitu teganya dirinya menyakiti pria disampingnya ini dengan masih bertemu Varo diam-diam.
"Nanti saya mau pergi ketemu klien, Ran." ujar Naufal.
Bohong. Naufal berbohong kepada Rani agar Rani bisa bertemu dengan Varo. Betapa baiknya Naufal kan?
"Eh? Tumben? Sekarang kan libur." tanya Rani heran.
"Klien penting, dia ingin meeting hari ini." jawab Naufal bohong.
"Emm.. Okay. Aku akan siapin baju kamu."
➖➖➖
Kedai Kabin
Petikan gitar dan bunyi saxophone menambah kesejukan di kedai ini. Kedai kecil namun memiliki hawa yang berbeda dengan kafe lainnya.
Kini sepasang manusia sedang terduduk berhadap-hadapan sembari meminum americano dan latte serta semangkuk kentang goreng.
"Tania apa kabar?" tanya Varo.
Rani mengangguk, "Sehat kok."
"Var, ada yang mau aku omongin." ucap Rani sambil memainkan cincin yang menghiasi jari manisnya.
Entah kenapa Varo merasa sedikit cemas.
"Sebaiknya kita gausah ketemu lagi, Var."
Ucapan Rani seakan bumerang untuk dirinya, hati Varo terasa begitu sakit dan panas mendengarnya.
"Tapi kenapa? Kamu bilang kita akan terus bersama kan?" tanya Varo mencoba meyakinkan pernyataan Rani.
Rani menggeleng, "Itu dulu, Var. Sekarang aku udah punya keluarga yang harus aku urus. Aku punya anak yang harus aku bimbing. Kita gabisa kaya gini terus, Varo."
Final, keputusan Rani sudah tidak dapat diganggu gugat.
"Kamu bilang masih sangat cinta aku, Rani. Jadi semua itu hanya kebohongan belaka? Buat apa kamu bilang kaya gitu kalo ujung-ujungnya kamu sendiri yang ninggalin aku dan lebih memilih keluargamu." kesal Varo yang membuat emosi Rani membuncah.
Dengan keras Rani menampar pipi Varo, "Kamu gila, Var."
Varo memegang pipinya yang panas akan tamparan Rani. "KAMU YANG GILA, KAMU YANG BOHONGIN AKU, BOHONGIN HUBUNGAN KITA!!"
Rani membiarkan air matanya lolos, "AKU CINTA KAMU VARO, SANGAT CINTA."
Varo mendekati Rani dan segera membawa Rani kedalam pelukannya. Ia mengelus punggung Rani dan rambutnya. Sesekali Varo mencium kening Rani dengan lembut.
"Don't ever try to leave me, okay?" bisik Varo dan diangguki oleh Rani.
Tanpa mereka sadari sepasang mata tajam mendengarkan semua perbincangan mereka dari awal hingga akhir.
➖➖➖➖➖➖➖➖

KAMU SEDANG MEMBACA
Bullet Army (END)
Teen FictionGadis bernama Melody Azzahra Prappa diharuskan memiliki seorang bodyguard dikarenakan penyakitnya yang sangat berbahaya. Walaupun dia menyandang gelar olahraga fisik seperti karate tetapi itu semua tidak ada apa apanya jika penyakitnya kambuh. Lela...