33 years ago...
Rumah megah yang bergaya Belanda ini adalah rumah orang terpandang. Kekayaannya sangat berlimpah. Tidak ada yang sekaya Thomas Stant Prappa. Semuanya memang Thomas mulai dari awal. Kerja kerasnya selama ini tidak membuatnya menyesal akan semua ini. Tentu saja, dibalik semuanya pasti ada yang mendukungnya. Istri dan anaknya.
Lauren, yang tak lain wanita yang selalu ia cintai dan anaknya Yanuar yang kini sudah berumur 20 tahun. Mereka berdua yang mendukung Thomas. Tentu saja Thomas sangat menyayangi keduanya.
"Yanuar, come here, son." Ujar Thomas lalu anaknya langsung menghampir dirnya.
"Yes, Dad."
Thomas dan Yanuar memasuki ruang kerja Yanuar. Dan jujur Yanuar selama 20 tahun hidupnya tak pernah memasuki tempat ini. Dan didalamnya sangat rapi. Berkas berkas tersusun bersama buku buku tebal.
"Umur ayah sudah setengah abad lebih. Dan pastinya ayah memerlukan pewaris Prappa. Tanpa ragu pasti ayah memilih kamu sebagai pewaris tahta." Ujar Thomas membuat Yanuar kelu. Dirinya masih belum siap menghadapi dunia bisnis.
"Dan apakah kamu tidak lelah menyendiri? Maksud ayah, apakah kamu tidak mencari seorang pendampingmu?" Tanya Thomas.
"Tidak, aku sudah mempunyai Elder sebagai pendampingku." Jawab Yanuar langsung. Elder adalah asisten pribadi Yanuar.
Thomas menggeleng kepalanya lalu menatap anaknya. "Yang papah maksud adalah seorang wanita, seorang istri."
Yanuar langsung membulatkan matanya. "Astaga, aku masih 20 tahun. Aku masih ingin bebas. Aku akan mencari, tapi bukan sekarang, Yah."
Thomas mengangguk mengerti. Memang, umur 20 tahun untuk jaman sekarang terlalu muda untuk meminang wanita. Thomas akan menunggu anaknya ini. Ia mengerti, Yanuar jarang refreshing atau sekedar berjalan jalan.
"Baiklah, maaf pas waktu ayah dulu, umur 20 tahun sudah waktunya menikah. Silahkan, ayah tidak akan menghalangimu." Ujar Thomas lalu Yanuar pamit keluar dari kantor ayahnya.
Yanuar merasakan nada kecewa ayahnya. Tapi, memang benar kan jika waktu sekarang masih terlalu muda untuk menikah.
Yanuar berjalan menyusuri lorong rumahnya yang sangat megah. Ia hendak pergi ke taman. Tetapi, seketika ia berhenti dan menatap sosok gadis. Rambutnya coklat ikal, wajahnya putih cantik, meskipun gadis itu memakai jubah tetap saja Yanuar dapat melihat gadis itu.
Yanuar mengendap mengikuti gadis itu. Dan akhirnya Yanuar ketauan.
"Siapa disana?" Ujar gadis itu dengan nada berani.
Yanuar menampakkan dirinya dan seketika gadis itu langsung membungkukkan badannya. "Ahh... yang mulia Tuan Yanuar. Maafkan saya."
Yanuar membenci fakta ini. Dia seolah seperti orang yang sangat ditakuti. "Bangunlah, anggap saja aku temanmu. Aku benci hal ini."
Gadis itu sedikit bingung lalu mengikuti perintah Yanuar. Agak heran, seorang anak kaya raya tidak mau diperlakukan bak pangeran. Padahal, di pikirannya orang yang kaya raya suka menindas dan kasar. Seketika, pemikiran itu terhapuskan.
"Janganlah menunduk, aku tidak suka. Kan sudah kubilang anggap saja aku temanmu." Ujar Yanuar sambil mendengus sebal membuat gadis didepannya tertawa kecil.
"Iya."
Mata Yanuar terus menatap mata gadis didepannya dengan kagum. Matanya berwarna coklat terang, bibirnya berwarna pink dan tipis. Hidungnya mancung, alisnya membentuk sempurna. Tidak ada taburan bedak atau pemerah bibir. Yanuar dibuat takjub dengan kecantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullet Army (END)
Novela JuvenilGadis bernama Melody Azzahra Prappa diharuskan memiliki seorang bodyguard dikarenakan penyakitnya yang sangat berbahaya. Walaupun dia menyandang gelar olahraga fisik seperti karate tetapi itu semua tidak ada apa apanya jika penyakitnya kambuh. Lela...