Melody Azzahra Prappa
Pernah ga si kalian ngerasaiin di tahap hidup ga berguna? Karna semua yang kalian lakuiin itu gapernah benar dan bahkan beberapa kali terlihat sia-sia juga mengecewakan.
Lalu, menyalahkan siapa?
Tuhan? He created all of us. Tapi, mau bagaimanapun dia Tuhan, semua yang telah terjadi adalah rancangannya, tapi mengapa serasa begitu berat?
Seperti tertimpa batu, tapi mau sekeras apapun usaha kita batu itu gak mau buat lepas, gak mau buat turun. It stuck and it sucks.
Kehidupan seorang keturunan Prappa should be great right? Zaza punya segalanya, iya, segalanya bagi orang lain bukan berarti segalanya untuk Zaza.
Benar, Zaza punya ayah yang sayang sama dia, punya 3 orang kakak yang ngejagaiin dirinya, punya harta, punya kepintaran, punya paras yang cantik, punya kekuasaan.
Tanpa perlu Zaza repot-repot kuliah saja sudah pasti dia akan menjadi chairman di Prappa. Tapi, setiap orang punya satu problematika yang bahkan diri sendiri gatau jawabannya apa.
Begitu pula dengan menatap pria yang sedang membawakan bubur hangat dan teh chamomile. Dengan senyumannya yang hangat itu, lalu duduk di pinggir kasurnya.
"Lo harus makan. I know you haven't eat, right? So i make a special porridge for you." ucapnya begitu santai dan lepas.
Di pikiran Zaza hanya tertarik dengan kehidupan Adam yang sepertinya tidak memiliki beban seperti yang dirinya alami. Setidaknya, tidak semenyedihkan anak bungsu Prappa.
"Ada apa? Cerita sama gue." tanyanya lagi lalu menatap Zaza dengan lembut namun intens.
Kryukkkkk.....
Baiklah, ternyata memang perut Zaza tidak bisa berbohong karna meronta meminta jatah makanan.
Adam tertawa lalu menarik hidung mancung Zaza dengan gemas, "Gengsi lo setinggi menara Dubai tau gak?"
"Kalo lo laper, lo harus bilang, Za."
"Kalo lo haus, lo juga harus bilang."
"Dan kalo lo cape, ada gue disini sama lo."
Perkataan terakhirnya membuat Zaza terpaku. Ada gue disini sama lo. Apa dia selamanya akan disampingnya atau meninggalkannya lagi seperti yang dilakukan Tuan Muda Alvaro Bajingan Terhormat itu?
"... tapi Za, gue juga punya kesibukan."
Zaza menatap Adam dengan berbinar,
"Gue yakin lo juga."
"Jadi, sebisa mungkin kalo lo cape, telfon gue. Dan gue akan sebisa mungkin nyamperin lo, minim gue bakal angkat telfon lo." ucapnya dengan penuh yakin dan tekat.
Kenapa? Kenapa seorang pria dihadapannya ini memiliki keinginan seperti itu?
"Adam..."
Yang dipanggil hanya berdehem,
"Kenapa?"
"Dari sekian banyak wanita, kenapa gue yang lo perhatiin?"
Kali ini senyuman di wajahnya itu hilang berganti tatapan Adam yang berkobar penuh semangat. Persis seperti anak yang sedang ujian.
Perlahan Adam meraih tangan Zaza, menatapnya lalu menggenggamnya erat seraya berkata,
"Karna entah sejak kapan pesona lo, lo bikin gue tertarik."
"Kaya ada magnet gitu haha...."
Iya Adam mencoba mencairkan suasana dengan kalimat recehnya itu, Zaza masih terdiam, dalam hatinya Zaza tau pria di hadapannya ini masih menyimpan suatu hal.
Usaha mengelabui Zaza gagal, Adam menarik nafas berat.
"I think i'm fallen."
"Fall really fall."
Kali ini Zaza membalasnya dengan, "did it hurts you?"
Adam menggeleng cepat, "Lo tau kenapa dinamaiin jatuh cinta?"
"Karna sudah jelas, kalo lo berani cinta, maka lo harus jatuh, jatuh sejatuh-jatuhnya."
Zaza tersenyum,
"Jadi, lo cinta makanya lo jatuh sejatuh-jatuhnya sama gue, Dam?"
➖➖➖
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullet Army (END)
Novela JuvenilGadis bernama Melody Azzahra Prappa diharuskan memiliki seorang bodyguard dikarenakan penyakitnya yang sangat berbahaya. Walaupun dia menyandang gelar olahraga fisik seperti karate tetapi itu semua tidak ada apa apanya jika penyakitnya kambuh. Lela...