07 - Zadam

336 33 5
                                    

Melody Azzahra Prappa

Kehidupannya di Amerika merupakan awal yang baru untuk masa depan Zaza. Seharusnya ia tinggal di Indonesia, menjalani perusahaan keluarganya atau berbelok menjadi dokter dengan gelar yang ia dapatkan.

Di Amerika tepatnya di Chicago, Zaza tinggal seorang diri, ya meskipun ada beberapa maid dan penjaga rumah, tapi tetap saja tidak ada yang bisa ia ajak ngobrol.

Rumahnya tidak begitu besar dibandingkan rumahnya di Indonesia namun lebih nyaman, rindang, dan sejuk.

"Nona Zaza, sarapan sudah siap." ujar salah satu maid dari balik pintu kamar Zaza.

"I'll be there." balas Zaza dan bergegas turun ke meja makan.

Bukan bergegas, Zaza memilih turun dengan lift dirumahnya. Kamar pribadinya berada di lantai 3 dan ruang makannya berada di lantai dasar. Lantai 2 hanya untuk tempat cinema, gym, dan kolam renang indoor. Sedangkan, ruang bawah tanah itu tempat Zaza untuk menghabiskan waktu dengan tenang.

Tanpa disangka, di ruang makan terlihat sosok pria yang sangat ia kenali, yaitu kakaknya, Naufal.

"Ka Naufall!!!" seru Zaza senang lalu memeluk kakaknya itu.

"Heyy Zaza." balas Naufal lalu memeluk adiknya dengan erat.

"Kok ka Naufal kesini ga bilang? Kan aku bisa jemput di bandara." ujar Zaza dengan cemberut.

Naufal terkekeh, "Kaka ada bisnis disini jadi sekalian aja mampir ketempatmu."

Zaza hanya mengangguk lalu menarik salah satu kursi tempat makan. Ia mengambil sandwhich yang telah disiapkan maidnya.

"Pantes kamu betah ya, Za. Nyaman banget rumahnya." ucap Naufal sambil menatap adiknya yang sudah berangsur baik keadaannya.

Zaza mengangguk, "Iya ka, aku suka disini."

"Ka Rani dimana? Kok gak ikut sekalian?" tanya Zaza bingung.

Naufal tersedak mendengar Zaza menyebutkan kata Rani, pikirannya masih jatuh kejadian di cafe antara Rani dan Varo. Sungguh kejahatan yang Naufal lakukan memiliki karma yang sangat tidak adil untuk dirinya.

"Rani lagi sibuk sama Tania, Za." jawab Naufal.

"Eh aku pengin ketemu Tania deh, dari dulu cuma liat dari foto pengin ketemu aslinya." ujar Zaza, Naufal hanya bisa tersenyum kikuk mendengar permintaan Zaza.

Sebelum Zaza merengek lebih lanjut, Naufal memotong perkataan Zaza. "Kamu gak kerja, Za? Atau ada kesibukan gitu disini?"

"Aku banyak job, Ka. Kadang ada panggilan buat fashion show, kadang aku bantu-bantu di rumah sakit, juga sesekali aku ngecek perusahaan disini. Kerjaanku banyak tau, aku gak segabut itu buat diem doang dirumah segede ini." jawab Zaza sambil bergurau.

Naufal hanya takjub mendengar penuturan adik semata wayangnya. Tidak dapat dielak, kecantikan wajah Zaza dan bentuk tubuh yang proposional membuat beberapa agensi meminta Zaza untuk melakukan beberapa job.

Selain itu, otaknya yang sangat cerdas membuat Zaza bisa melakukan banyak hal. Dia bisa mengurus pasien, mengurus rumah sakit, mengurus perusahaan, dan terkadang melakukan meeting.

Naufal saja yang hanya menjalankan satu perusahaan saja sudah ketar ketir pusingnya.

"Good for you, yang penting kamu jaga kesehatan ya Za?" nasihat Naufal dan diangguki Zaza.

➖➖➖

Di salah satu rumah sakit naungan Prappa, Zaza terlihat mondar-mandir karna kondisi IGD yang hampir penuh. Sebagai dokter, Zaza harus turun membantu para dokter dan beberapa koas.

"Dok, pasien ini kejang-kejang." ujar salah satu suster bernama Avery.

"Beri penenang dosis rendah, setelah itu kabari lagi perkembangannya dengan Dr. Mike." ujar Zaza dan diangguki Avery.

Setelah beberapa saat, IGD sudah mulai tenang. Hanya ada beberapa yang perlu di tindak lanjuti dan itu bukan bagian Zaza. Dirumah sakit , Zaza merupakan salah satu petinggi dan mengawasi jalannya rumah sakit.

"Dokter Zaza, ada yang ingin bertemu dengan anda." ucap salah satu wanita bagian resepsionis.

"Orangnya dimana?" tanya Zaza sambil meminum air putih, peluh keringat menetes dari keningnya.

"Sudah diruangan anda, dok." jawab Amelia dan Zaza segera bergegas menuju ruangannya setelah meninggalkan senyuman pada Amelia.

Dalam benaknya, siapa yang ingin bertemu dengan Zaza? Jika petinggi, sudah pasti akan menghubungi Zaza terlebih dahulu. Namun, orang ini sudah ada di ruangannya.

Ruangan Zaza yang transparan membuat Zaza melihat sosok pria yang terlihat sekali badannya yang gagah dan bahunya yang lebar.

Dengan ragu, Zaza membuka pintu ruangannya dan terdiam melihat sosok pria di hadapannya dengan senyuman yang membuncah.

"Melody Azzahra Prappa?" tanya pria itu, dan Zaza mengangguk.

"Yes, and who are you, sir?" jawab Zaza yang malah balik tanya.

Lelaki itu mendekat lalu mengulurkan tangannya, "Saya Adam, Santaka Adam Pramono."

Zaza membalas uluran tangan Adam dan mencoba mengingat siapa pria di hadapannya ini. "Sebentar, saya sepertinya mengenal anda."

Zaza berusaha mengingat siapa pria ini, dan seketika ia mengingat, "Aah... Anda teman kuliah saya ya dulu? Kamu temannya Ojan kan?"

Adam mengangguk, "Akhirnya kamu mengingat saya."

"Duduk dulu, saya kaget dengan kehadiran anda." ujar Zaza lalu duduk di sofa ruangannya.

"Jangan terlalu formal, lo-gue aja ya?" ujar Adam dan diangguki Zaza.

"Jadi lo kesini ada keperluan apa?" tanya Zaza.

"Gue anaknya Mike Pramono, Za." jawab Adam dan seketika Zaza langsung kaget.

"Lo anaknya Dr. Mike?" tanya Zaza dan segera diangguki Adam, "Gue gapernah nyangka si tua itu punya anak yang cukup impressive kaya lo."

Adam tersenyum, "Impressive?"

Zaza tergagap, "I mean, yahh Dr. Mike udah berumur, gue ga nyangka aja masih ada anak yang seumuran sama gue."

Adam tertawa, "Seumuran sama lo? Gue udah 25, Za. Dan gue pikir kayanya lo masih 20." Zaza mengangguk dan tersenyum kearah Adam.

"Gue kesini mau kerja di rumah sakit lo." ucap Adam.

Zaza mengernyit, "Kenapa bukan Indonesia?"

"Chicago lebih menantang dan gue mengincar salah satu gadis disini."

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Bullet Army (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang