Duabelas

162K 10.4K 242
                                    

Keira's POV

"Dimana lo sekarang?" Tanya laki-laki diseberang sana begitu panggilannya yang tidak tahu untuk keberapa kalinya, akhirnya kuangkat.

"On the way! Berhenti teleponin gue atau gue matiin teleponnya dan puter balik ke apartemen gue?!" Ancamku kesal.

"Asisten gue udah nungguin lo sejak dua jam yang lalu." Ujarnya penuh penekanan.

"Dan salahkan Sekretaris lo yang baru memberitahu Manager gue, kalau gue ada Konferensi Pers satu jam yang lalu." Ujarku tidak kalah sarkastik.

"Everybody makes Mistake, Kei." Ujarnya.

"So do i." Belaku.

Aku bisa mendengar kekehan diseberang sana, yang entah kenapa tidak membuatku marah, melainkan perasaan lain yang tidak ku kenal.

"Ah... Gue kangen adu mulut sama lo, Kei." Ujarnya.

"Well... I'm Not!" Jawabku lantang. Am i? Tanya hatiku. Ya, tentu saja! Aku tidak segila itu untuk merindukan Nicholas dan adu mulut kami.

"I know." Ujarnya sambil berdeham ditengah kekehannya. "Sorry gue gak bisa nemenin lo di Konferensi Pers. Gue masih ada kerjaan di New York." Sambungnya.

"Oh." Apa aku merasa kecewa? Tidak tidak, tidak mungkin!

"Lo hanya perlu tersenyum, asisten gue akan menjawab semua pertanyaan yang di ajukan wartawan. Dan apabila wartawan berbalik bertanya sama lo, jawab aja, Asisten gue akan membantu lo nanti." Ujarnya.

Kini dia terdengar seperti Hayley ditelingaku. Aku melirik kearah Hayley yang sedang duduk dan menatap layar ponselnya, sepertinya sedang memainkan Game Jelly Splash nya, lalu kembali fokus kepada Nicholas.

Selepas makan siang kami dengan Mrs.Tyler, Nicholas mendapat panggilan kalau Pabriknya di New York mengalami kendala masalah dan dia sebagai wakil dari Direktur utama, di haruskan pergi kesana untuk mengatasi masalah tersebut.

Sudah seminggu berlalu setelah itu. Dan satu jam yang lalu, Angeline, Sekretaris Nicholas baru memberitahuku kalau aku harus menghadiri Konferensi Pers sebagai Brand Ambassador perusahaan Nicholas.

Awalnya aku mengira akan bisa bertemu dengan Nicholas hari ini, tapi ternyata Nicholas masih belum kembali dari New York.

Aku seharusnya berbahagia karena aku tidak perlu bertemu dengan Nicholas dan terancam berakhir dengan adu mulut berkepanjangan lagi. Terlebih dengan reaksi jantungku yang seakan mengindikasi aku akan segera terkena serangan jantung.

Tapi hatiku tidak bersemangat untuk mengadakan selebrasi atas kabar menggembirakan ini.

"Lo denger, Kei?" Panggil Nicholas membuyarkan lamunanku.

"Hah?"

"Lo lagi lamunin apa sih? Lo gak lagi kecewa gara-gara gue gak bisa dateng, kan?" Tanyanya. Seketika wajahku memanas. "Atau lo lagi ngelamunin gue? Gue akan balik kok minggu depan. Tenang aja, Sayangku..."

Oh Tidak... Tuhan... bukan hanya adu mulut bertatap muka saja yang mampu membuatku terkena serangan jantung. Justru ini seakan lebih berbahaya.

"Bawel lo, Setan!!" Omelku yang langsung memutuskan sambungan telepon.

Aku menarik nafasku panjang dan menghembuskannya dengan kasar berkali-kali, berharap udara yang kuhirup dapat menormalkan laju jantungku sebelum aku benar-benar terkena serangan jantung.

"Kenapa?" Tanya Hayley yang sudah melihatku.

"Kayaknya selepas dari Konferensi Pers, Gue harus cek kesehatan di Rumah Sakit." Ucapku sambil mengipas-ngipas wajahku. Udara di sini sepertinya terasa bertambah panas terlepas dari penghangat suhu di mobil.

My (FAKE) Fiancé [#DMS 4] | (MFFS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang