Nicholas's POV
Kenapa aku merasa tidak tenang semenjak meniggalkan Keira sendirian di apartemen?
Rasanya aku ingin segera berlari kembali kesana, menemaninya seperti keinginannya. Tapi rapat sialan kali ini menahanku. Bahkan aku tidak bisa berkonsentrasi dengan apa yang sedang Daddy bicarakan di depan. Konsentrasiku sepenuhnya berada pada wanita yang sedang mengandung anakku dirumah.
Berkali-kali, aku melirik kearah ponselku, menunggu kabar Keira, atau Mommy yang sudah kuminta untuk menemani wanitaku dirumah. Tapi sampai sekarang, belum ada satu kabarpun yang masuk ke ponsel ini.
"Bagai mana menurut pendapat anda, Mr.Nicholas?" Seru suara Daddy memecahkan lamunanku.
Apa yang tadi dikatakan Daddy? Aku mengerjap berkali-kali, dan Daddy hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihatku.
"Baiklah, kita istirahat 10 menit." Ujar Daddy, mengambil seluruh pasang mata yang tadi menatapku, menunggu jawabanku.
Setelah Daddy membubarkan peserta rapat yang kebanyakan adalah Pemegang saham perusahaan, suara bisik-bisik terdengar dari mulut mereka disertai dengan tatapan menilai. Tapi aku tidak bisa terlalu memperdulikannya, karena aku masih menunggu kabar Mommy. Menunggu Mommy yang mengabarkan Keira baik-baik saja, dan dia tidak sedang marah padaku.
"Ada apa, Son? Daddy tahu kalau kamu mencemaskan Keira dirumah, tapi kamu harus fokus ke pekerjaanmu terlebih dahulu." Daddy mendekatiku dan menepuk pundakku pelan.
"I don't know, Dad. Perasaanku tidak enak saat ini. Mommy juga belum memberiku kabar. Arghhh... Keira pasti marah padaku karena tidak memenuhi keinginannya untuk menemani dia di sana." Aku mengacak rambutku, tanpa peduli beberapa pemegang saham masih berada di ruangan. Bagaimana kalau Keira benar-benar marah padaku?
"Perempuan hamil... itu hal yang biasa, Nicholas. Percayalah." Ujar Daddy sambil tertawa.
"Mommy juga seperti itu dulu?" Tanyaku ingin tahu.
"Lebih parah." Ujar Daddy mengingat kembali kilasan masa lalu, kemudian ia tertawa. "Bahkan untuk buang air kecil saja, Daddy terus di buntuti. Mommy memaksa ikut dalam rapat penting, dan duduk di sebelah Daddy, hingga Grandpa mu hanya bisa terkekeh dan geleng-geleng." Daddy Terkekeh geli.
"Hamil itu tidak mudah, Nic. Daddy mempelajari itu dari Grandma dan Mommy mu. Muntah setiap makan, mual mencium bau, tidak bisa tidur saat kandungan sudah membesar, dan kaki juga mudah bengkak kalau kebanyakan jalan. Bahkan berdiam diri di rumah juga bisa bengkak. Daddy bahkan sampai frustasi menghadapi kelabilan Mommy dulu. Tapi itulah harga yang harus kita, laki-laki bayar, karena sudah menghamili perempuan." Ujar Daddy membuatku ikut tertawa geli. Meski sepertinya, Keira tidak mengalami itu semua selain emosi yang labil.
Drrt... drrt...
Aku dan Daddy spontan menoleh ke ponselku yang berdering. Dan aku tersenyum melihat nama Mommy di layar ponselku.
"Halo, Mom?"
"Nicholas, tidak ada orang di Apartemenmu." Ujar Mommy.
Aku memgernyit tidak mengerti. "Keira ada di sana, Mom."
"Tidak, Nicholas. Mom sudah mencari ke seluruh ruangan, dan Keira tidak ada. Ponselnya juga dia tinggalkan disini. Mommy tidak bisa menghubunginya." Ujar Mommy, membuat jantungku berdebar cepat.
"M-mungkin dia ke supermarket di bawah?" Sebisa mungkin, aku mencoba untuk tenang dan berpikir positif.
Mommy terdiam sebentar sebelum ia mengatakan kalimat yang membuat duniaku seakan berhenti berputar. "Maaf, Nicholas. Mom sudah menunggu selama 30 menit, dan Keira tidak juga kembali. Jadi Mom memutuskan mencari Keira di bawah, dan saat bertanya pada seorang sekuriti, dia mengatakan kalau Keira pergi beberapa menit sebelum Mommy datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My (FAKE) Fiancé [#DMS 4] | (MFFS)
RomanceKeira Alexandria McKenzie Cantik, muda, berbakat, terkenal. Banyak laki-laki mengantre untuk menjadi pacarnya, namun Keira tidak pernah memikirkan hal itu secara serius. Berbeda dengan saudara kembarnya yang sebentar lagi akan menikah dengan teman m...