Nicholas' POV
Aku memperhatikan wanita cantik di hadapanku yang dengan sangat telaten mengganti popok dan juga baju ketiga anak-anak kami bergantian.
Semenjak anak-anak kami lahir 4 bulan yang lalu, hidup kami seakan berubah.
Tidak ada lagi tidur nyenyak di malam hari, tidak ada lagi waktu luang untuk 'hanya berdua' saat akhir pekan. Yang ada adalah kami ber-enam, menghabiskan waktu sore kami di ruang bermain sambil memperhatikan pertumbuhan anak-anak kami.
"Selesai." Ujar Keira begitu ia selesai memasangkan baju Auryn.
Mike sangat antusias dan tidak lelah mengajak bicara ketiga adik-adiknya yang hanya bisa membalikkan tubuh mereka dan mengoceh apapun bahasa yang tidak kami mengerti.
"Marvel, Lihat! Kakak punya apa? Hei, Marvel!" Seru Mike mencoba mendapatkan perhatian anak sulungku. Mike memang memanggilnya dengan nama tengah Alceo, karena menurut Mike, Marvel lebih mudah dilafalkan dan diingat daripada Alceo.
"Austin jangan balik kesana." Seru Mike lagi saat melihat Austin yang hendak berbalik menuju ke box mainan plastik.
Alceo, menurut ayah dan ibu mertuaku, wajahnya mirip seperti Kenneth saat masih bayi dulu. Dan kalau dilihat dari sifatnya yang baru 4 bulan ini, sifat 'preman pasar' miliknya sudah kelihatan, sebagaimana pamannya, Kenneth yang selalu mengutamakan otot dari pada logika.
Austin sendiri mewarisi wajahku, kalau menurut Mommy. Perawakannya juga sedikit kalem, seperti namanya. Seperti sebagaimana ia lahir tapi ia tidak menangis sekencang Alceo.
Sedangkan Auryn, wajahnya juga hampir menyerupaiku, namun bibir dan iris matanya, mengikuti Keira. Sedangkan sifatnya? Untung saja tidak mengikuti Mommynya yang seperti Preman komplek dulu. Sifatnya sangat kalem, bahkan Tante Rere mengklaim Auryn memiliki sifat sekalem Alle dulu.
Entah kenapa, anak-anak kami bisa bercampur aduk seperti ini, padahal jelas-jelas yang menyumbangkan benih adalah aku. Sedangkan yang menerima dan membesarkannya adalah Keira. Kalau anak kami memiliki kemiripan dengan Kenneth, aku masih bisa memasukkannya kedalam logika, karena Keira dan Kenneth adalah saudara kembar.
Tapi mengenai sifat Auryn yang mengikuti Alleira, aku sedikit meragukannya. Tapi seingatku, dari keluarga McKenzie, tidak ada dari mereka yang kalem. Tapi kalau pura-pura kalem, ada.
Aku dibuat penasaran tingkat akut oleh putriku sendiri.
"Nic."
Aku mengalihkan tatapanku dari Auryn menuju ke Keira yang tengah menggendongnya.
"Kenapa, Kei?"
"Aku... Mau ngomong sesuatu sama kamu."
Aku mengernyit. Tidak biasanya Keira meminta ijin dulu kalau mau bicara?
"Ngomong aja, Kei." Ujarku sambil memperhatikan tiga jagoanku yang ada di tengah ruangan.
"Berdua aja." Sambungnya, membuatku menoleh.
"Oke." Aku menyetujui kemudian berdiri dan memanggil ketiga asisten rumah tanggaku untuk menjaga anak-anak kami, agar Keira dan aku bisa berbicara berdua seperti permintaannya.
Begitu aku dan Keira masuk keruang kerjaku yang berada di samping ruang bermain, Keira menundukkan kepalanya, tangannya terlihat bergerak resah.
Aku mendekatinya dan menggenggam kedua bahunya, lalu Keira mengangkat kepalanya hingga mata indahnya bertabrakan dengan mataku.
"Kenapa?" Tanyaku pelan sambil tersenyum.
Ia menyunggingkan senyumnya lalu ia mulai membuka mulutnya, "Aku mau minta ijin sama kamu untuk ke penjara besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
My (FAKE) Fiancé [#DMS 4] | (MFFS)
RomansaKeira Alexandria McKenzie Cantik, muda, berbakat, terkenal. Banyak laki-laki mengantre untuk menjadi pacarnya, namun Keira tidak pernah memikirkan hal itu secara serius. Berbeda dengan saudara kembarnya yang sebentar lagi akan menikah dengan teman m...