Nicholas's POV
Aku tertawa geli melihat Keira yang seperti cacing kepanasan di atas sofa ruang kamar tidurku.
Mom benar-benar tidak akan berhenti sebelum keinginannya paling tidak terpenuhi salah satunya, yaitu agar Keira tinggal di Apartemenku
Sedangkan keinginan memiliki cucu dan melihatku segera menikah, aku rasa akan sulit terkabul.
Kecuali kalau Keira memang bersedia mengandung benihku. Setelah menikah denganku, tentu saja!
Aku laki-laki yang memegang prinsip untuk tidak melakukan hal itu sebelum menyandang status resmi sebagai suami istri. Berlainan dengan pengertian remaja kebanyakan.
Aku senang memiliki pengertian berbeda dari mereka meskipun resikonya, aku harus menahan olok-olok dari teman-temanku, dan juga, menahan nafsuku bulat-bulat setiap dihadapkan pada kejadian seperti saat Keira mabuk.
Aku tidak munafik, tapi memang aku sangat ingin menyentuh Keira. Kalau saja tidak ada prinsip yang kupegang, dan juga Terima kasih atas ajaran Nanny, hingga membuatku jadi sangat menghargai seorang wanita, aku berhasil mengontrol nafsuku meskipun akhirnya aku harus berdiri lama di bawah shower untuk menyalurkan nafsuku.
Kembali lagi ke Keira yang sedang duduk dengan tidak nyaman dihadapanku.
Mom memastikan agar Keira tidak kembali ke apartemennya dengan cara terus menerus membuntuti kami sejak siang tadi. Mom juga ngotot untuk makan malam di apartemenku, dan baru mau pulang ketika melihat Keira yang setengah hati berjalan masuk ke kamarku.
Mom meminta agar kami segera bertatap muka dan berbicara 4 mata dengan serius.
Mengenai hal apa?
Tidak jauh dari topik Pernikahan yang fiktif akan segera dilaksanakan.
Alhasil kami berdua benar-benar hanya saling tatap sampai Keira tidak tahan dan bergerak resah di bangkunya.
"Berhenti menatap gue seperti itu, atau vas bunga ini akan melayang ke kepala lo?!" Ancamnya setelah tidak tahan dengan rasa resahnya.
"Apa salahnya dengan aku yang menatap tunanganku sendiri?"
"Pura-pura!" desisnya yang terlihat lucu.
"Kamu tahu kalau kamu sudah masuk kedalam situasi yang rumit, kan?" Tanyaku sambil menyunggingkan senyum. "Mom tidak akan berhenti sampai keinginannya terpenuhi."
"Dan berkat siapa gue harus terlibat dalam situasi ini?" Tanyanya.
"Dan siapa yang dengan polosnya menyetujui ide Mommy kemarin dengan mengatakan kalau ini adalah ide yang bagus ?" Tanyaku tidak mau kalah.
Aku melihat bibir Keira terlihat terbuka dan kembali mengatup seakan mau memprotes, tapi tidak jadi.
"Ah, sudah ah! Gue mau mandi. Awas kalau berani mengintip!!" Dia berdiri dari posisi duduknya, lalu berjalan kearah koper yang dibawa oleh Asisten Daddy tadi. "Dosa apa sampai gue harus tinggal sama orang macam ini, Ya Tuhan?" Gumamnya sambil membongkar isi kopernya.
Aku sempat melirik sebentar dan mataku terpaku pada pakaian dalam berwarna Merah yang mencuat keluar dari sisi Kopernya.
Otak lancangku seakan membayangkan dada indah dan kencang milik Keira, terbalut dalam Bra berenda berwarna Merah menantang itu dan aku akan menyentuhnya perlahan, atau bahkan merobeknya dengan kasar.
Memikirkan hal itu saja sudah membuat Junior di bawahku menegang. Terkutuklah otak lancangku! Belum juga satu hari kami tinggal bersama, aku sudah harus dihadapkan pada cobaan yang sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (FAKE) Fiancé [#DMS 4] | (MFFS)
RomanceKeira Alexandria McKenzie Cantik, muda, berbakat, terkenal. Banyak laki-laki mengantre untuk menjadi pacarnya, namun Keira tidak pernah memikirkan hal itu secara serius. Berbeda dengan saudara kembarnya yang sebentar lagi akan menikah dengan teman m...