Keira's POV
"Selamat Siang, Keira." Sapanya lagi saat aku masih tergagap bahkan hanya untuk menyebut namanya barusan.
Apa laki-laki di hadapanku ini benar-benar laki-laki yang sama dengan laki-laki di memoriku?
"Silahkan duduk."
Aku dengan bodohnya menurut untuk duduk di bangku hadapannya. Aku seakan melupakan luapan emosiku mengingat laki-laki yang ternyata bukan tua bangka ini sudah memutuskan kontrak kerjaku sepihak.
Tapi kalau memang benar laki-laki ini adalah orang menyebalkan yang sama seperti orang yang ada di memoriku, maka aku tidak bingung kenapa laki-laki ini memutuskan kontrak kerjaku begitu saja. Hanya saja, caranya ini terlalu ke kanak-kanakan dan tidak profesional kalau alasannya hanya karena dendam masalalu. Tapi, bukankah yang seharusnya menyimpan dendam adalah aku, sebagai pihak yang sangat dirugikan?
"Long time no see." Ujarnya membuyarkan lamunanku.
Aku berdeham dan menggeleng, melempar kesadaranku untuk kembali ke raga! Aku kesini bukan untuk beramah tamah!
"Kenapa anda membatalkan kontrak kerja saya secara sepihak?" Tanyaku to the point.
"Mau kopi? Saya rasa anda membutuhkan kopi melihat penampilan anda yang sedikit berantakkan." Tawar Nicholas seakan tidak peduli dengan protesanku.
"Jawab pertanyaan saya!" Tegasku menahan emosi yang kembali meluap.
"Atau anda mau saya meminta sekertaris saya untuk membelikan sarapan? Sepertinya tatapan matamu menunjukan kalau anda sedang kelaparan."
Brakkkk!
Aku menggebrak meja di hadapanku dan berdiri, menatap laki-laki menyebalkan itu dengan tajam.
"Dengar disini! Saya tidak punya waktu untuk meladeni anda bermain. Saya datang kesini sebagai profesional yang menginginkan jawaban!" Geramku.
Laki-laki itu berdeham lalu berdiri, tubuhnya dicondongkan mendekat kearahku, dan wajah kami hanya terpaut jarak beberapa puluh centi meter, sedangkan tubuh kami terhalang meja.
"Dengar, saya hanya sedang berusaha ramah kepada teman sekolahku, apa saya salah?" Tanyanya lebih serius.
"Saya bukan teman sekolah anda, dan saat ini saya sibuk. Berikan saya jawaban yang memuaskan dan saya akan pergi dari sini." Tegasku lagi, tidak gentar di tatapi serius oleh laki-laki yang secara tidak langsung sudah mengaku sebagai laki-laki yang sama dengan laki-laki menyebalkan di memoriku, Nicholas Tyler.
Nicholas menyeringai dan menegakkan posisinya. "Baiklah kalau itu maumu." Nicholas berjalan meninggalkan kursi kebesarannya, menghampiriku dan berdiri tepat di belakangku. Aku memutar tubuhku otomatis, dan memasang sifat defensif.
"Perkenalkan lebih dulu, Nama saya Nicholas Tyler, dan saya adalah CEO baru di sini, dan kelak akan memegang kekuasaan penuh atas seluruh property Tyler Enterprise." Ujarnya sombong sambil mengangkat tangannya kearahku untuk dijabat.
"Gak usah bertele-tele." Tolakku tanpa menjabat tangannya.
Nicholas tersenyum melihat tangannya lalu menatapku, "Lo gak pernah berubah. Keras seperti dulu." Ujarnya sok mengenaliku. "Baiklah. Saya akan memberikan anda alasan yang memuaskan."
Tiba-tiba Nicholas mendekat kearahku, mengurungku yang berhimpit dengan meja. Aku memalingkan wajahku, takut kalau aroma alkohol masih bisa tercium dari mulutku.
Wajah Nicholas sangat dekat denganku, aku sedikit takut Nicholas bisa mendengar degup kegugupanku. Sialnya kenapa aku malah jadi sedikit tergoda? Demi Tuhan! Yang di depanku adalah Nicholas! Kenapa aku harus tergoda untuk melumat bibirnya, menelanjangi tubuhnya dan ahhhhh tidak tidak! Fokus, Keira, Fokus!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My (FAKE) Fiancé [#DMS 4] | (MFFS)
RomanceKeira Alexandria McKenzie Cantik, muda, berbakat, terkenal. Banyak laki-laki mengantre untuk menjadi pacarnya, namun Keira tidak pernah memikirkan hal itu secara serius. Berbeda dengan saudara kembarnya yang sebentar lagi akan menikah dengan teman m...