Mereka yang melihat langsung memalingkan muka, namun tidak dengan Aom,
"Kentang kali, Ne" ucap Aom
Nae melepaskan ciuman mereka. Mereka tertawa.
"Hahahaha maaf ya, kebawa suasana" ucap Nae mengusap bibir Batz
Mereka mengangguk.
Nae melanjutkan ceritanya,
"Yang kalian liat gw nyium Tao, itu permintaan dia. Gw diam sampai Batz mengingatkan waktu. Tao mencium gw. Gw tau Batz menangis dan Aom tetap mengumpat. Setelah Tao melepaskan ciumannya, ia memeluk gw, meminta maaf dan berterima kasih, ia juga menyatakan kalau ia sangat mencintai gw. Dan gw dengar Aom ikut menangis. Batz? Jangan ditanya, hatinya pasti sangat sakit kala itu. Tao sangat rapat memeluk gw, ia mengeluarkan peluru yang tinggal satu di pistol itu. Ia menonaktifkan rudal dan nuklirnya. Lalu ia sedikit mendorong tubuh gw ke depan. Gw dapat membaca yang selanjutnya akan terjadi. Ia menjemput kematiannya sendiri. Gw menggeleng namun Tao hanya tersenyum. Benar saja, ia menarik pelatuk pistolnya. Dan Blue team langsung menembakinya. Ia tersenyum dan gw marah. Kalian sedikit ceroboh. Gw belum memberi perintah, gw mau membawa Tao ke rumah sakit namun ia menolak. Ia wafat di pangkuan gw. Bagi gw, dia tetap kakak terbaik. Sebelumnya Tao juga kaget dengan kehadiran Teddy dan Van. Karena ia melihat sendiri kami ditembak dan dibuang. Setelah mendengar penjelasan gw. Dia sangat bahagia dengan semua kemajuan gw. Dia tetap Tao, kakak gw yang selalu merangkul. Ciuman dan pelukan itu adalah wujud kasih sayang akhir yang dapat gw berikan. Gw ga membalas ciuman dan pelukannya, ia semakin yakin ga ada tempat di hati gw untuknya lebih dari sekedar kakak. Setelah MikeTao dikebumikan, gw mengambil alih untuk mengadakan rapat bagi para assasin. Gw mengundurkan diri dari dunia hitam itu. Tidak ada lagi balas dendam. Tidak ada lagi 'vicious cycle'. Biarkan kematian itu berjalan sesuai takdirnya. Mereka setuju. Kami, selain sebagai assasin, tetap melakukan kegiatan seperti manusia pada umumnya. Ada yang pengusaha, karyawan, jurnalis dan lain-lain. Hasil rapat, mereka juga mengundurkan diri. Mereka akan menjalani hidup normal. Kami tetap berkomunikasi. Mereka tetap memanggil gw Angel ataupun Ghost. Gw kangen sama Tao. Tanpa Tao, gw ga akan sesukses sekarang. Ia yang mengajarkan membuka dunia melalui komputer. Gw sangat menyayanginya. Jujur, gw kehilangan dia" ucap Nae yang sudah memeluk leher Batz dan wajahnya ia sembunyikan di leher Batz. Nae terisak. Batz mengelus punggung Nae dan menciumi rambutnya. Aom juga ikut mengelus punggung Nae.
"Tao juga sayang lo, Ne. Dia pasti bangga dengan lo. Kita semua kehilangan dia. Dia cuma terpedaya Mike. Sekarang dia sudah tenang disana. Kita hanya bisa mendoakan. Dan yang pasti dia ga mau liat lo sedih gini. Lo kan tau dia paling benci liat lo nangis. Ikhlaskan. Biarkan dia bahagia disana" ucap Van.
Semua mengangguk setuju.
"Benar yang dikatakan Van, cake. Kamu harus ikhlas. Pasti Tao juga maunya kamu bahagia" ucap Batz menenangkan.
Nae mengangguk.
"Iya. Akan ku coba. Biarkan seperti ini sebentar, b. Aku merindukannya" ucap Nae
"Iya, sayang. Menangislah kalau itu melegakanmu" ucap Batz.
Nae mengangguk lagi.
"Oke.. Gw ke kamar mandi dulu ya" ucap Nan
"Selalu merusak suasana" ucap Hong menggeleng.
Semua tersenyum.
"Itulah, Nan. Tanpanya, kita ga akan serame ini" ucap Tina
Semua mengangguk dan tersenyum. Termasuk Hong.
Nan keluar dari kamar mandi,
"Ciyeee memuji gw ciyeee" ucap Nan
"Rusak lagi" ucap Darin
Semua tertawa
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't be too judgemental!
Fanfiction"Don't judge someone just because they sin differently than you!"