Pagi ini Aura sudah duduk manis di kursinya sambil membaca novel Harry Potter yang ia bawa setiap hari ke sekolah. Entah mengapa, hari ini Vano sudah siap dari jam enam pagi. Aura pun tidak memusingkannya. Malahan seperti durian runtuh ia bisa datang ke sekolah lebih awal, mencari teman baru, dan bisa membaca novel seperti hari dimana ia masih SMP."Gue Alvira Aulia. Panggil aja Vira. Nama lo?"
Aura terjengat kaget. Tentu Aura kaget. Ia mendongak dan melihat cewek seumuran dengannya berdiri di samping kursinya. Ia mengawasi cewek asing di hadapannya dengan tatapan yang judes. Tangan cewek bernama Vira itu masih terulur menunggu Aura membalas jabatannya. Maka, dengan kesempatan ia bisa mendapat teman baru, ia dengan sigap menjulurkan tangannya membalas uluran tangan Vira.
"Gue Aura Adina" ucap Aura melepaskan tangannya sepihak. "Panggil aja Aura."
Vira tersenyum. "Gue boleh duduk di sini? Gue kesepian duduk di pojok situ." dagunya menunjuk ke arah pojok kelas. Tanpa adanya persetujuan Aura, Vira langsung duduk di bangku sebelahnya dan memulai cerita.
"Gue kemarin liat lo waktu kelompok MOS kumpul, lo berubah bete habis debat sama Arthur?" pertanyaan Vira yang memulai percakapan.
Kemarin,,,"Ini kelompok kalian selama MOS. Sofa, Dian, Andra, Billa, Ika, dan Sapto masuk kelompok Douwes. Chinara, Pedro, Putri, Aura, Dean, Amelia, Billy dan Arthur masuk kelompok Deandels. Mou--"
Deg..
Namanya dipanggil, berarti Aura berada dikelompok Deandels.
Setelah itu,,,
"Ayo kelompok Deandels kumpul di sini," kata Kak Alex yang menjadi pendamping kelompok Deandels.
"Aww!" Aura menggerang. "Sapa yang nubruk gue?" kata Aura terdengar kesakitan.
"Gue. Kenapa?"
Aura menggeram jengkel. "Ish! lo lagi lo lagi. Nggak bosen apa ganggu gue terus?!"
"Gue baru dua kali doang. Lo lupa ya? Emangnya kenapa sih, lo sensi melulu liat gue? Gue 'kan sekelompok sama lo, jadi apa salahnya kalo gue di sini?"
*off
"Hah? Arthur? Arthur siapa? Emangnya gue kelihatan bete banget ya?"
Di sampingnya, Vira menatap Aura. "Lo gak kenal Arthur?" kalimatnya menggantung. Aura pun menggeleng pelan. "Dia yang kemarin debat sama lo! masa lo debat gak tahu nama orangnya?"
Jadi cowok super bangke itu Arthur?
Tangan Vira terulur melewati wajahnya. Lamunan Aura buyar. "Oh itu," ucapnya sembari tangan menggebrak mejanya pelan. "Habisnya bangke muka pantat kebo selalu bikin gue emosi. Seharusnya gue lagi di masa seneng-senengnya awal masuk SMA," jawab Aura sebal.
Vira mengerutkan keningnya."Siapa?" tanya Vira mengulangi pendengarannya yang mungkin salah.
"Si Arthur Arthur itu." Aura mendengus.Vira terkekeh geli. "Jangan gitu lo. Kalau dia jodoh lo, bisa apa lo?"
"NAJISUN." ucapnya tanpa sadar. "Jangan sampe deh!" umpatnya.
Vira tertawa.
Banyak cerita yang mulai Aura ceritakan pada teman barunya ini. Tentang kelakuan tengil kakaknya, perlakuan teman SMP padanya dulu, dan juga asal mula ia berubah mood hanya karena bertemu dengan Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Hilang [SUDAH DITERBITKAN]
Teen Fictiontersedia di shope atau tokbuk online di @naisastramedia dengan judul yang sama. (Pernah) #1 Sad ending Takdir kadang mempermainkan kita. Saat kita berharap akan berakhir seperti ini, takdir malah mengubahnya menjadi seperti itu. Ada juga temannya...