7. Waktunya

2.3K 119 0
                                    

Tok... tok... tok...

Aura berhenti mengaduk susu putih hangatnya ketika mendengar ketokan pintu dari ruang tamu. Ia sempat begidik ngeri ketika sadar bahwa hanya ada Aura saja di rumah. Setelah suara ketokan pintu tidak terdengar di telinganya, Aura kembali mengaduk susunya dengan bersenandung, berusaha untuk menghilangkan rasa takutnya.

Tok... tok... tok...

Tangannya berhenti mengaduk lagi. Ia melongok kearah pintu, lalu sadar bahwa ia mempunyai janji dengan Vira. Mungkin orang yang ada di depan adalah Vira. Aura langsung meletakan sendoknya di atas gelas, lalu berjalan menuju pintu. "Bentar, Vir!" seru Aura sambil menarik kenop pintu dengan senyum.

"Hai!"

"LO?!"

Aura hampir berteriak kaget melihat Arthur berdiri di hadapan Aura dengan cengirannya. Malam-malam begini ngapain Arthur datang ke rumah Aura? Lagi pula, dari mana ia bisa tahu alamat rumahnya?

"Kenapa, sih, lo? Gue cuma mau tanya tugas IPS doang," kata Arthur membenarkan tujuannya.

Aura diam, ia canggung. Ritme jantungnya berdetak lebih kencang saat ini. Aura berusaha menetralkan detak jantungnya. ini kenapa jantung gue?

"Haloo," tangan Arthur terulur menepuk bahu Aura. Aura kaget. "Tamu itu disuruh masuk, bukan dianggurin kayak nunggu mang cendol bikinin cendol."

Aura berdoa, Arthur tidak bisa melihat pipinya yang merah. "Masuk," Aura membukakan pintu lebih lebar.

Arthur masuk. Pandangannya menyapu seisi ruangan. Arthur bisa merasakan bahwa rumah Aura saat ini sepi. "Kok sepi? Lo sendirian?"

"Ada kembaran,"

"Siapa?"

"Raisa."

"Pacar gue itu!"

"Bego."

"Lo tuh yang bego, ngayal kok ketinggian." Arthur mencibir.

"Udah, mau tanya apa?" Aura duduk di sofa ruang tamu. "Gue sibuk."

"Sibuk apaan?" Arthur mencibir. "Kerjaan makan tidur doang"

"Mau gue usir dari sini?!" nada Aura naik.

Arthur menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Lo masih aja keras kepala,"

Sekejap, Aura mengerutkan keningnya, heran. "Maksud lo?"

Tuhkan. Sikap Arthur pada Aura bisa dibilang aneh. Apa maksudnya ia masih keras kepala?

"Gak." Arthur mengalihkan pembicaraan. "Gue mau tanya PR IPS, yang mana?"

Aura menganguk. "Bentar gue ambil dulu." lalu ia bangkit dan melangkah menuju kamarnya.

Bukan dia, hanya kata ini yang terlintas dipikiran Arthur saat ini. Dadanya semakin sesak saat ia berlama-lama di sini. Namun, dilain sisi, di hati yang paling dalam ia rindu dengan sosok yang sedang menaiki tangga tersebut. Fisiknya masih sama, masih cantik dan manis. Tapi mengapa sikap dan sifatnya berbeda jauh dari yang dulu? Jika ia bukanlah sahabat yang selama ini ia cari, mengapa hatinya terus menyakinkan dirinya jika dia adalah Chika?

Tidak lama, cewek yang dinanti Arthur pun menuruni tangga dengan buku di dekapannya. Arthur mengamati setiap gerak-geriknya. "Nih, halaman 32 yang pilihan ganda."

"Oh, makasih,"

Aura mengangguk dengan senyum samar. Arthur memantung seketika melihat senyum manis Aura. Masih sama. Untuk pertama kalinya, Arthur bisa melihat kembali senyum yang dulu sangat ia sukai. Arthur bersyukur masih bisa melihatnya, walau tidak bisa meniknatinya terang-terangan. Arthur pun ikut tersenyum.

Senja Yang Hilang [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang