"Selamat pagi semua, setelah upacara penutupan MOS hari ini, kalian sudah resmi menjadi murid SMA Wijaya, diharapkan kalian bisa menjadi murid yang membanggakan sekolah." pidato Kak Ica selaku ketua OSIS.
Pagi ini, Masa Orientasi Sekolah sudah berakhir. Tinggal mengambil seragam dan mengurus beberapa hal mudah sebelum mereka benar-benar resmi menjadi murid SMA Wijaya ini. Tentu semua murid baru senang sekali menyambut akhir pidato ketua Osis SMA ini. Terutama Aura.
"BUBAR JALAN!" perintah Kak Agung yang menjadi pemimpin upacara penutupan MOS hari ini.
Semua murid yang ada di lapangan ini bersorak ria. Kak Ica turun dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tegasnya. Banyak siswa siswi yang melemparkan topi SMP nya ke udara sebagai unjuk rasa bahagianya resmi menjadi murid SMA Wijaya.
Di sini, Aura hanya bersorak tanpa ikut aksi lempar melempar topi. Bersama Vira di sampingnya, Aura memeluk Vira sebagai bentuk kebahagiaannya.
"Akhirnya gue udah resmi jadi anak SMA!" ucap Aura masih memeluk Vira erat.
Di tengah riuh hebohnya siswa siswi baru, musik dangdut terdengar nyaring dari ujung lapangan. Ternyata itu adalah musik yang sengaja disetel oleh pihak sekolah untuk menambah kehebohan murid baru. Tradisi ini sudah biasa dilakukan oleh panitia MOS dan anggota OSIS. Alasannya, supaya murid baru bisa bersorak ria melampiaskan kebahagiaannya.
Pagi ini, mood Aura sedang sangat baik.
****
Di sisi lain lapangan, Arthur dan kawan-kawannya juga sedang asik berjoget mengikuti irama dangdut. Terutama Fikri yang gila dangdut, ia bergoyang paling heboh dari murid yang lain. Di sini, Arthur juga sangat senang bisa menjadi murid SMA Wijaya. Setelah perjuangannya di UN SMP, akhirnya ia bisa mewujudkan mimpinya bersekolah di SMA ini.
Rencananya untuk merayakan hari jadi mereka jadi anak SMA, mereka ingin makan di warung Bu Jum sebelah sekolah. Namun, Dimas sudah mempunyai acara sendiri untuk merayakannya bersama keluarganya.
"Lo beneran nggak bisa makan di Bu Jum nanti pulang sekolah?" tanya Fikri setengah berteriak berusaha mengalahkan musik dangdut.
Dimas menggeleng. "Iya, nyokap ngajak makan juga. Katanya sekalian ngerayain gue jadi anak SMA." ucapnya nampak lesu.
Arthur yang tidak berjoget menyahut. "Besok aja gimana? Kita borong tuh jajanan Bu Jum,"
"Kayak lo dikasih uang banyak sama nyokap aja," Evan mencibir sambil menyenggol lengan Arthur.
Sebenarnya merayakan hari jadi mereka mulai menjadi anak SMA tidak disetujui oleh Arthur. Tapi Arthur tidak memberitahu tentang pendapatnya ini. Ia memilih berpura-pura setuju saja.
Dengan hari ini, rasanya awal akan dimulai lagi. Ini juga berarti Arthur harus bersiap melawan seluruh keinginan hatinya melakukan suatu hal pada sahabat yang selama ini ia cari dan sudah hadir lagi dalam hidupnya. Mulai esok, Arthur harus pandai-pandai mencari waktu menanyai Aura tentang masa lalunya.
****
Di tengah keramaian kantin, Isaac, Beny, Erik, dan Adit sudah duduk di kursi kantin langganan mereka. Yaitu di pojok kantin. Suasana kantin seperti berubah seketika. Banyak anak yang masih memakai seragam SMP memesan banyak makanan. Mungkin karena ini hari penutupan MOS dan hari dimana mereka resmi menjadi murid SMA Wijaya.
Di tengah keramaian kantin, gerombolan Arthur terlihat sedang menikmati jajanannya di bagian dekat kios bakso. Erik, Beny, dan Adit tidak mengubris keberadaan Arthur. Namun di sini nampaknya Isaac yang sibuk mengamati Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Hilang [SUDAH DITERBITKAN]
Novela Juveniltersedia di shope atau tokbuk online di @naisastramedia dengan judul yang sama. (Pernah) #1 Sad ending Takdir kadang mempermainkan kita. Saat kita berharap akan berakhir seperti ini, takdir malah mengubahnya menjadi seperti itu. Ada juga temannya...