Bel jam istiharat kedua sudah berbunyi nyaring yang menandakan pelajaran Prakarya sudah berakhir bagi murid X2. Para murid menghela napas lega mendengarnya. Namun, murid X2 sudah ditunggu oleh Bu Agatha dengan setumpuk PRnya.Pada jam istirahat kedua, Aura mengajak Vira ke kantin untuk membeli bakso. Tetapi, Vira yang sedang sibuk mencari jawaban tugas IPS untuk jam terakhir tidak bisa diganggu gugat.
"Eh, lo udah ngerjain tugas, Yan?" tanya Vira pada Dian.
Dian menggeleng. Vira pun pindah bergeser ke meja sebelahnya.
"Lo udah ngerjain tugas, Mel?"
Amel juga menggeleng. Vira pindah. Lagi.
"Lo udah ngerjain tugas, Chin?"
Chinara yang sedang membereska kotak pensilnya mendongak, meatap Vira sinis. "Jangan panggil gue Chin, lo pikir gue banci apa?!" Katanya sinis lalu melengos.
"Yee," Vira mencibir. "Itu kan panggilan kesayangan gue buat lo." Vira memilih bergeser ke meja sampingnya. Lagi. Dan lagi.
"lo udah ngerjain tugas, Bill?" tanyanya pada Billy.
Billy mendongak menatap Vira kaget. "Ha?! Tugas apa?!"
"Tugas yang di LKS itu loh, lo belum tau?"
Billy tegang. "Astaga, aku belum ngerjain sama sekali,"
Vira menyeringai tajam. "Hayo loh, belum ngerjain tugas bisa dihukum Bu Agatha, lo. Tapi sih," tangan vira memegang dagunya nampak berpikir. "Kalau lo ngerjain tugas gue, sih, mungkin Bu Agatha gak bakal ngehukum lo."
"Viraa, cepetan! Gue laper. Keburu masuk nih," rengek Aura yang bersandar pada pintu.
"Bentar, Ra!"
"Masa? Yakin kamu?" Billy menatap Vira cemas.
Vira mengangguk. "Iya lah, masa gue bohong. kerjain yaa?"
"Iya iya"
Setelah itu, Vira mengambil LKSnya dan memberikannya pada Billy. Sekali lagi Vira mengingatkan Billy agar tugasnya dikerjakan. Lalu Vira melangkah keluar menghampiri Aura yang sudah menunggu lama. Vira pun mengamit lengan Aura dan melangkah menuju kantin.
"Eh anjir, jurus lo hebat banget, salut gue punya temen selicik lo" Aura menyamakan langkahnya dengan Vira dan berjalan beriringan.
Vira nyengir kuda. "Yee, bukan licik itu mah. Itu kewajiban seorang teman, membantu satu sama lain,"
"EH!"
Arthur berlari kecil menyusul Aura dan Vira. Mereka pun menoleh ke asal suara dan keduanya memutar bola matanya bersamaan dengan mata yang kembali memandang ke depan. Aura yang paling malas melihat kedatangan Arthur. Ia menggandeng Vira untuk melanjutkan tujuannya lagi. Namun, Vira tidak mau. Malah membiarkan Arthur datang menyebelahi mereka.
Arthur menetralkan detak jantungnya yang cepat karena berlari mengejar Aura. Maka dengan napas yang naik turun, Arthur kembali menyetop mereka.
"Gue mau ngomong sama Rara boleh, Vir?" Ucap Arthur.
Rara? Berani banget dia manggil gue dengan nama itu. Baru kenal juga, batin Aura. Awalnya Aura bersikukuh untuk menghindari Arthur dengan mencolek lengan Vira agar Vira tidak menyetujui. Tapi Vira keduluan mengangguk. Dan Aura hanya bisa pasrah.
Karena Aura dan Vira sudah dekat dengan kantin, Vira memilih ke kantin duluan meninggalkan Aura dan Arthur. Aura pun melotot pada Vira agar tidak meninggalkannya bersama cowok yang ia anggap sebagai musuhnya itu. Tapi Vira ngeluyur saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Hilang [SUDAH DITERBITKAN]
Teen Fictiontersedia di shope atau tokbuk online di @naisastramedia dengan judul yang sama. (Pernah) #1 Sad ending Takdir kadang mempermainkan kita. Saat kita berharap akan berakhir seperti ini, takdir malah mengubahnya menjadi seperti itu. Ada juga temannya...