12. Familiar

2K 99 2
                                    

Hari ini hari minggu. Hari dimana seluruh murid atau keluarga dapat bebas. Bebas dari bangun pagi seperti yang Aura rasakan pagi ini.

Pagi ini pukul sepuluh pagi. Aura masih terlentang di kasur dengan selimutnya. Aura mengucek matanya dengan malas dan duduk bersila dengan gusar. Matanya memandang jam yang berada di atas meja belajarnya, lalu beralih menatap cermin yang menampakan wajah kusut Aura. Ia menyisir rambutnya dengan jari dan menepis selimutnya.

Ia beranjak dan membuka pintu kamarnya. Menuruni tangga menuju ruang tengah dengan langkah gontai. Tidur kali ini cukup membuat Aura lapar. Mungkin karena tadi malam ia tidak sempat makan karena sibuk berkutat dengan novel Harry Potternya.

Tujuan utamanya adalah makan.

Ketika sampai di lantai tangga paling dasar, Papanya sudah terlihat dengan koran serta kacamata bacanya yang setia menempel dimatanya. Hanya ada Papanya saja di ruang keluarga.

"Pah, ada makanan gak?" tanya Aura diselingi dengan uapan.

Heru, Papanya mendongak menatap anak ceweknya ini. "Gak tahu," katanya menatap korannya lagi. "Lihat aja di meja makan,"

Aura pun langsung berjalan menuju meja makan yang ada di sebelah dapur. Ia menghela napas lemas ketika melihat meja makan hanya tersisa tempe dan tahu saja. "Tempenya habis!" seru Aura sambil melangkah kembali menyusul papanya. "Rara laper."

Vano turun dari tangga dengan muka kusut. "Pagi-pagi udah teriak kayak becong."

Aura mendengus. Ia memegangi perutnya yang sudah berbunyi. Papanya masih saja tidak peduli jika Aura lapar. Dan ketika Vano melongok dapur, Aura tahu solusi perutnya ini. "Kak, cari makan, yuk!"

"Ish," Vano mengucek matanya. "Mandi dulu sana. Apek, tahu!" ketus Vano.

Grace tiba-tiba datang dari halaman dengan majalah yang ada di tangannya. "Sudah sana, kalian mandi, trus cari makan," Grace duduk di dekat Heru. "Mama tahu anak Mama pasti bangunnya siang. Jadi, Mama cuma masak sarapan buat Papa doang."

"Ish, Mama," Aura duduk menjejeri mamanya lalu menggeliat di samping mamanya seperti anak kucing. "Kan seenggaknya kalau Rara bangun ada makan, Ma. Kalau gini, Kakak males, Mama gak masak, masa aku harus beli sendiri?"

"Yaudah, Vano mandi! Habis itu kamu juga mandi, Ra." kata Heru tegas.

Aura mengangguk. "Yaudah, aku mandi duluan!"

Vano tersadar. "GUE MANDI DULUAN!"

****

"Tunggu!"

Aura yang masih berkutik membuat susu di dapur langsung melangkah menuju pintu utama setelah mendengar ketokan pintu. Sebelumnya, Grace sudah berseru dari ruang keluarga untuk membukakan pintu. Setelah samping di ambang pintu, ia memegang kenop dan membukanya perlahan.

Isaac dengan celana jiens selutut serta atasan oblong hitam berdiri sambil tangannya dimasukan ke saku celana. Aura membeku sesaat ketika melihat Isaac datang pagi-pagi. Isaac malah tersenyum lebar menyambut Aura di balik pintu.

"Eh lo, Kak," Aura maju selangkah. "Nyari Vano? Masih mandi."

"SIAPA TAMUNYA, RA? DISURUH MASUK, RA!" seru Heru dari dalam.

Dengan senyum kikuk pun akhirnya Aura mengajak Isaac untuk masuk ke dalam. Aura mengajak Isaac ke ruang keluarga bermaksud membawanya pada orang tuanya.

"Eh, nak Isaac. Tante kira siapa," Grace sumringah menyadari bahwa Isaac adalah tamunya. "Mau cari Vano, ya? Masih mandi. Dia baru bangun," ucapnya sambil terkekeh. "Duduk dulu, Tante panggilin sebentar."

Senja Yang Hilang [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang