10. Lagi-lagi

2.2K 100 1
                                    

"Lo kalau makan ice cream belepotan gini, ya?" Arthur terkekeh geli memandang cewek di depannya ini memakan esnya sampai belepotan. "Kayak anak kecil aja,"

Aura nampak kelabakan mencari tisu di sekitarnya, namun rupanya tidak ada. Ia berniat mengelapnya dengan bajunya. Tapi ... ini bukan di rumah. Ia tidak mau terlihat jorok di depan Arthur. Tunggu. Apa yang ia bilang tadi? Oh, otaknya sudah teracuni.

Cekrek.

Ada flash kamera terpancar saat Aura sedang kebingungan harus mengelap noda es menggunakan apa, rupanya cowok dihadapannya ini sedang mengarahkan kamera ponselnya ke Aura. Arthur berhasil memotret Aura.

"Ish!" Aura geram. "Hapus!" Aura berusaha mengambil ponsel Arthur. Namun ia tidak bisa. Arthur sudah lebih dulu memasukan ponselnya ke dalam saku celananya, yang tidak mungkin bisa Aura ambil.

Arthur terkekeh geli melihat Aura berusaha mengambil ponselnya. Ada rasa kasihan juga terhadap cewek itu. Heran juga melanda pikirannya. Noda ice cream yang ada di sekitar mulut Aura belum Aura bersihkan. Tangan Arthur pun terulur dan jarinya mulai membersihkan noda es yang belepotan.

Aura terdiam di tempat. Ia tidak bisa berkutik kecuali memandangi mata Arthur yang sedang fokus membersihkan noda yang belum ia bersihkan. Detak jantungnya bertambah cepat. Aura yakin jika saat ini pipinya bersemu merah.

Setelah di sekitar mulut Aura sudah bersih, Arthur kembali tertawa. "Lo bener-bener childish, ya? Makan ice cream aja sampai belepotan gitu."

Aura cemberut. "Jangan ketawa terus, ish!" lalu ia mengusap kembali mulutnya. "Malu, gue."

Arthur kembali tertawa. Diam-diam, Arthur sangat senang hari ini. Dia bisa berdamai dengan Aura. Sebenarnya detak jantung Arthur sama kerasnya dengan Aura. Tapi ia pandai menetralkan itu, dengan senyumannya.

Hari sudah menjelang malam saat mereka sedang menikmati ice cream terakhirnya. Arthur sudah bolak balik dua kali memesan es tambahan untuk Aura. Rupanya Aura masih menyukai ice cream.

Aura memandang Arthur dengan tatapan ambigu. Jujur, baru kali ini ia semobil, berjalan-jalan, bergurau, dan senyaman ini dengan cowok yang mengajaknya ke pameran. Saat di pameran, Arthur banyak menjahili Aura dibanding menjelaskan sejarah lukisan yang terpajang di sana. Tapi anehnya, Aura malah menikmati itu.

Sudah sekitar satu jam mereka duduk bersendagurau di stand kedai ice cream yang disediakan di samping pameran, akhirnya mereka memilih pulang. Aura awalnya mendahului langkah Arthur menuju parkiran tempat mobil yang tadi ia naiki ke sini terparkir. Namun seperti Arthur tidak mengijinkan Aura mendahuluinya, ia menyamakan langkahnya di sebelah Aura. Tentu Aura ingin memaki saat itu juga. Tapi, rasanya ia sudah terbiasa.

Lagi-lagi rasa nyaman yang biasa kembali terngiang di pikirannya itu.

Untuk kali pertama, Aura merasa tidak ingin pergi dari sisi cowok itu.

****

Istirahat kedua kali ini dilewati oleh geng Vano seperti biasanya. Bergurau, menikmati jajanan kantin, Adit mengambil tempe Erik, Beny memakan bakso, Isaac yang hanya diam saja, serta meledek Isaac dengan menyangkut-pautkan Aura.

Suasana kantin terlihat seperti biasa juga. Ramai saat bel baru berbunyi, dan sepi saat menjelang bel istirahat berakhir berbunyi. Seperti biasa juga, mereka sudah duduk manis di bangku pojok kantin. Gorengan, bakso, es teh dan es jeruk, serta batagor tersedia di atas meja.

Tiba-tiba Aura datang dengan wajah yang ditekuk. Vira pun menyusulnya dengan membawa dua piring ketoprak --yang satu piring untuk Aura. Seisi meja pun heran memandang adik Vano itu.

Senja Yang Hilang [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang