44

10.8K 515 19
                                        

Sean pov

"Apa kamu ingin aku pergi".

Pertanyaanku ini membuatnya gugup tak mau menatapku, dia terus menghabiskan anggur yang ia minum. Seakan tak mau menjawab, dia beranjak pergi.

Tanggannya kuraih dan kupojokkan ke dinding, kedua tanganku berada disampingnya mengunci agar dia tidak pergi.

"Apa kamu tidak merindukanku? Secepat itukah cintamu hilang"
Dia hanya menunduk, lagi lagi dia hanya bungkam. Dagunya kutarik agar dia menatapku.

"Kamu yang membuat cintaku hilang Sean. Kamu lebih memilih menyelematkan kariermu daripada aku"

"Bukan itu maksudku, aku bisa jelaskan itu"

"Tidak perlu ada yang kamu jelaskan lagi. Kita sudah berakhir"

"Aku mencintaimu Nancy"

"Jangan Cintai aku"

Aku memegang pipinya dengan kedua tanganku dan memburu bibirnya. Kucium dia paksa, dia terkejut dan memukul dadaku meminta untuk dilepaskan.

Seakan menyerah tanggannya tak lagi memukulku dan tubuhnya tidak memberontak lagi. Aku melepaskan ciuman itu nafas kami tak teberaturan.

"Sean.. ini salah"

"Nancy. Aku benar benar menginginkanmu" aku memiringkan  kepala ke samping dan membuka lehernya.

Aku mencium lehernya. Wangi rambutnya tidak berubah. Aku membawa tanganku ke kemeja putihnya yang ia pakai. Dia masih diam seperti patung dan ku mulai membuka kancing kemejanya.  Dia memenjamkan mata mendesis ketika jariku menyentuh kulitnya yang terbuka.

Aku mendorong kemeja putih halus itu dari dia untuk dijatuhkan di tumpukan di lantai. Aku melihat dada telanjangnya yang sangat kurindukan. Kulepaskan juga celana pendek yang ia pakai.

"Sean ini sangat salah"

Mulutku menelan protesnya sambil kuangkat dan kurebahkan ke tempat tidur dan mulai menyentuh tubuhnya.

Aku mencium tubuhnya, berputar di putingnya yang mengeras, bergantian. Tubuhnya masih indah. Aku masih terlena dengan tubuh yang selama ini aku rindukan.

Aku menarik diri dari payudaranya dan meletakkan tanganku di bagian dalam lutut dan membukanya. benar benar terbuka lebar di depanku, aku menatap vaginanya.Dan kemudian  meletakkan mulutku kevagina miliknya. Lidah ku berguling dan membelainya, Aku bisa merasakan dia mengejang saat aku menyentuh kulit yang sensitif.

Tidak ada yang bisa menghentikan ku siapapun itu termasuk pria itu. Dia mengambil apa yang harusnya menjadi milikku.

Aku kembali keatas, kami bertatap dengan penuh arti. kepala penisku telah masuk dalam vaginanya terbakar panas dan keras seperti tulang. Pinggulku memaksa untuk lebih membuka saat aku  menenggelamkan ke dalam dan tepat didalam.

Dia mengambil mulutku, menyodorkan lidahnya yang sudah benar benar teransang. Aku pun mengikuti alurnya, Benar-benar ini yang kuinginkan tidak hanya hatinya saja, semua darinya aku menginginkannya.

Aku melakukannya keras pada awalnya. Menghentak masuk dan keluar dari vagina yang makin basah, semakin lebih dalam pada setiap desahannya.  Aku merasa diriku berusaha menuju orgasme.

Nancy meremas vaginanya disekitar kemaluanku yang membuatku makin mencumbuinya. Desahan dan suara teriakannya Itu  membuatku jadi lebih liar.

Tubuhnya menyerah setelah bergetar dan menggeliat dengan liar tapi aku tidak berhenti dan terus menghentakkan, sampai tiba giliranku orgasme.

Aku meremas payudaranya sekuat yang aku pernah lakukan dan merasa dia menjadi kaku. Mengerang dan memburu ciumannya. Aku menegang masih didalam nya dan seperti peluru mengeluarkannya . Aku tidak pernah melepaskan matanya.

MonoDrama-Promise YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang