Dengan udara seterik ini, Sam mungkin akan sibuk berlari di tengah lapangan dari satu base ke base lain bersama Caleb, Matthew dan Lim di lahan kosong belakang Middleburgh School. Atau, bersepeda ke Cotton Hill hingga mereka kelelahan lalu menyelinap ke ladang asing yang tidak dikenalnya untuk beristirahat. Bermain roller skate juga bukan pilihan buruk. Atau, barangkali Caleb akan kembali mengajak mereka untuk belajar mengendarai jeep pamannya secara bergiliran—well, Sam sudah cukup mahir dalam hal kendaraan roda empat ini.
Apa pun, Sam tidak peduli.
Yang jelas Sam yakin kalau semua itu akan jauh lebih menarik dibanding berdiri di tengah lapangan yang disiram sinar matahari pagi sambil berpose hormat pada satu tiang bendara yang kosong. Mata lebarnya menyipit karena silau dan suhu tinggi membuat keningnya berkeringat. Rambut pendeknya yang jatuh di atas alis panjangnya, tampak basah berantakan. Bukan itu saja, wajah pucat Sam pasti sudah berubah warna menjadi merah sekarang—sedikit sensitif dengan sinar matahari. Ditambah dengan pundak kanannya yang seperti dilumasi oleh pasir halus dan kerongkongannya terasa kering, penderitaan Sam semakin sempurna.
Namun, dari semua itu yang lebih buruk adalah menjadi pusat perhatian siswa-siswi SMA Andreas di sela pergantian pelajaran.
"Murid pindahan baru dari Amerika, kan?"
"Iya, dan dia ketauan pas bolos."
Kepala Sam sedang berusaha menerka-nerka dialog yang mungkin muncul dari tatapan-tatapan ingin tahu di balik lorong kelas tiga maupun balkon kelas dua dan satu, saat tiba-tiba ujung matanya menangkap sosok-sosok yang tidak asing. Si kepala plontos yang berlari kecil ke arahnya—Bobi, si pendek dengan kulit legam dan rambut keriwil—Jelo dan juga cowok berkacamata tipikal pangeran dalam beberapa kartun Jepang yang pernah dia lihat—Remi.
"Lo pada ngapain?" tanya Sam heran sambil mengambil kesempatan untuk meluruskan tangannya yang mulai keram.
"Mau nge-charge lo," kata Jelo sambil mengeluarkan sekaleng minuman pengganti ion yang bulir-bulir airnya menempel pada permukaan. Dia menarik kunci kaleng dan seketika bunyi psstt mengudara. Jelo menyodorkan pada Sam yang langsung menandaskannya hingga habis tidak bersisa.
"Makan juga, nih," Bobi menyodorkan beberapa bakwan serta cabai—yang langsung ditolak Sam dan membuat Bobi mengernyit heran; lo nggak suka pedes? katanya nyaris membludak dalam tawa, sementara Remi mengipasi bagian belakang Sam dengan buku tulis yang sengaja dia bawa.
"Bukannya lo semua masih ada pelajaran?" tanya Sam begitu melihat lorong dan balkon yang mulai kosong ditinggalkan para siswa ke dalam kelas masing-masing. Mulutnya penuh oleh bakwan sehingga kalimatnya tidak begitu jelas.
"Cerewet. Makan aja, udah," sahut Bobi yang ikut mengunyah.
"Lagian di kelas pun semua orang nggak fokus belajar," sahut Remi menyipitkan mata. Baru menyadari kalau matahari hari itu benar-benar membuat siapa pun bisa mengamuk. "Acara bulan bahasa. Lomba baca puisi dan highlight acara baca surat cinta buat idola atau orang yang lo suka di sekolah ini—tradisi sekolah yang nggak dilakuin pas masa penataran kemarin. Mereka pada sibuk ngomongin soal list yang terpilih. Nanti pulang sekolah bakal baca surat itu di hall—semua anak harus ikut. Soalnya nggak dibocorin siapa yang jadi target si penulis surat."
"Gue bikin, tapi nggak lolos," sahut Jelo yang langsung disambut Bobi dengan tawa.
"Lagian lo nggak mungkin siap ditolak, Je," tambah Remi.
"I don't get it...," Sam menggelengkan kepala. Baru empat hari yang lalu Sam resmi menjadi murid SMA Andreas dan langsung disambut oleh tiga orang ini karena duduk dalam satu barisan meja. Belum banyak yang Sam ketahui tentang sekolah ini. Terutama soal tradisi yang terdengar janggal di telinga Sam. Fakta bahwa dia pernah menghabiskan satu tahun pendidikan di yayasan yang sama, tidak berlaku. Toh, waktu itu dia masih berusia tujuh tahun.
![](https://img.wattpad.com/cover/87365244-288-k269777.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Novela JuvenilExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...