Part 3.2 ~I'm Falling For You~

5.3K 398 11
                                    



Kartun berjudul Sailormoon dan cokelat adalah dua hal yang Sam tahu akan selalu mengingatkannya pada sosok bernama Mika.

Sam bahkan masih ingat ketika menyaksikan Mika terjatuh karena melompat terburu-buru dari mobil jemputan. Waktu itu Sam justru tertawa terbahak—hingga perutnya terasa sakit. Sama sekali bukan karena Mika terlihat bodoh. Justru sebaliknya, satu gerakan kecil cewek itu selalu terlihat begitu menyenangkan di mata Sam. Dan, Sam sangat menikmati reaksi-reaksi Mika yang mirip dengan letupan semangat saat Sam berada di lapangan. Membuat Mika menjadi satu-satunya cewek yang masuk ke dalam layar pandang Sam, dan perlahan mengakar ke dalam otaknya. Karenanya ketika melihat reaksi Mika yang membuang muka, sesungguhnya Sam panik kalau-kalau cewek itu tidak mau kembali memandangnya.

Sam kecil tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Bahkan ketika melihat Mika meniup-niup lutut kanannya yang tampak memerah, Sam hanya terdiam beku seakan mendapat kesempatan untuk mengamati cewek itu lebih lama. Lalu ketika Sam hendak mengucapkan kata maaf, Mika malah menghilang dengan langkah sedikit tertatih.

Satu-satunya yang kemudian muncul dalam benak Sam adalah mencari band aid. Beruntung ketika dia menemukan obat plester bergambar Sailormoon, yang kemudian dia letakkan diam-diam di balik saku tas Mika. Sam tidak tahu apakah cewek itu menyadarinya atau tidak, yang jelas Sam sangat kecewa karena tidak pernah melihat gambar Sailormoon pada lutut Mika keesokannya, juga hari-hari berikutnya.

Xby TurboMac

Rasa yang hampir serupa ketika Mika tergesa-gesa berlalu dari hadapannya, menolak reuni kecil di antara mereka dengan alasan paskibraka.

Sam tidak ingin lagi menambah koleksi rasa yang sama. Karenanya, susu cokelat di tangan kanan, yang menjadi satu-satunya cokelat yang bisa dia temukan di kantin sore itu, menjadi benda yang Sam harap mampu menahan Mika sepulang latihan paskibra nanti. Paling tidak demi satu dua topik obrolan yang mampu mengurangi beban dalam kotak kecewa Sam.

Seperti menantikan salah satu pelari dalam timnya menembus home base, berkali-kali Sam melirik G-Shock berbahan karet warna hitam, mengecek angka digital. Pukul lima tepat. Dia menyambar tas dan bergerak meninggalkan kantin, menuju lapangan. Bertepatan dengan para anggota paskibra yang sudah membubarkan barisan dan menyambut kata pulang dengan celotehan-celotehan yang tersimpan selama latihan. Pupil mata Sam reflek melebar, bergerak mencari sosok Mika.

Paskibra sekolah tidak memiliki ribuan manusia yang tergabung di dalamnya sehingga Sam yakin tidak akan sulit untuk menemukan Mika—seharusnya. Meski begitu, keberadaan Mika seperti tidak terlihat oleh mata telanjangnya.

Sam bahkan nyaris tidak sadar begitu Cassie muncul, menyapa hai ringan.

"Oh, hey, Cassie," balas Sam sebelum Cassie sempat berbicara yang lain. "Lihat Mika?"

Rambut panjang Cassie yang biasa digerai, kali itu diikat tengah hingga bergoyang-goyang ringan saat dia bergerak. Juga memperjelas semburat lelah dalam wajah Cassie yang mungil dan sedikit bulat.

"Kak Mika? Di tengah latihan tadi dia izin pulang. Katanya ada urusan mendadak," ujar Cassie seperti mengeja kalimatnya pelan-pelan.

Sam berhenti mencari dan menatap Cassie lurus-lurus. Mendadak hatinya seperti memahami sesuatu. Saat melihat kedua mata Cassie membulat, Sam mendengus pelan seperti tercekik oleh kekonyolan yang dia buat sendiri. Satu tangan Sam berkacak pinggang, menatap ujung converse-nya saat bibir kemerahan itu mengeluarkan kekehan pelan. Tidak ada yang lebih lucu daripada mengetahui bahwa dirinya benar-benar idiot.

"Lo nggak bilang mau nunggu Kak Mika?" Cassie menebak—tepatnya, mungkin membaca apa yang Sam rasakan.

Mata Sam melengos ke samping. "Hell yeah I should've said something to her," sahutnya sama sekali tidak bertenaga.

Sam hanya mengangkat kotak susu di tangannya dengan desahan berat yang tipis. Dia tidak tahu apakah Cassie menyukai cokelat atau tidak, tapi kemudian Sam menyodorkan minuman itu. "Suka chocolate?"

Cassie tertegun satu detik. "Ini buat Kak Mika?"

"Dia udah pulang." Sam mengedikkan alis panjang itu.

Satu detik, Cassie hanya menatap susu kemasan itu dengan segaris senyum yang masih terplester di wajah. Ketika akhirnya perlahan tangan Cassie meraih minuman kotak itu, Sam bisa merasakan jari-jari lembutnya terasa dingin, menyentuh kulit. Dalam suara pelan, Cassie membisikkan kata terima kasih.

"Sori, gue harus pulang sebelum kemaleman," ujar Cassie yang kedua tangannya menggenggam susu kemasan itu seperti sebuah piagam kaca.

"Bareng?" ajak Sam yang berikutnya melihat Cassie mengangguk setelah samar, tampak sedikit terkejut.

Keduanya memang melangkahkan kaki, melewati gerbang SMA Andreas dengan langkah yang seiring. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mengeluarkan satu patah kata seiring dengan gerakan kaki menuju ujung gang. Sam menyadari hal itu. Hanya saja dia tidak tahu kenapa Cassie mendadak menjadi begitu pendiam seperti bisu. Ataukah, dia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, sama seperti Sam? Karena pada saat itu, Sam masih tidak ingin mempercayai kenyataan bahwa Mika menghindarinya. Dan, bagi Sam, kekecewaannya jauh lebih berat dari rasa kecewa mana pun. 

##

Halo!

Maaf banget, ya, karena part kali ini mungkin terlalu pendek. Soalnya jujur agak bingung motongnya sebelum bagian bab 3 akhir ini. Jadi, kemungkinan justru bagian part berikutnya yang malah panjang. Tapi, saya harap teman-teman tetap bisa menikmatinya >_<y

Jangan sungkan buat komen, ya. 

Butuh banget komen kalian untuk jadi mood booster (^^)y

Kritik dan saran juga sangat, sangat diterima, kok. Kayak misalnya TYPO. 

Sampai jumpa di hari Jumat, bagian terakhir dari part ini. 

Salam,

Clara Canceriana.




Extended Goodbye [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang