Sam benar-benar harus berterima kasih pada Cassie.
Ketika Sam bercerita mengenai masker beserta selembar obat flu yang dia dapat dari Mika, lalu Sam berkata, "gue pengin 'pay her back', lo tahu di mana yang jual barang-barang kartun gitu?" dan Cassie pun dengan cepat memberitahu soal Ceceh-nya yang memiliki kenalan di kampus. Melalui orang itu Sam berhasil mendapatkan apa yang kini ada di tangannya.
Sebuah plester bergambar Sailormoon.
Tidak sama persis dengan benda yang dulu dia berikan pada Mika, kalau ingatannya tidak salah. Tetapi, setidaknya bisa menjernihkan apa yang dia sebut sebagai kenangan yang sudah pudar. Seperti mendapatkan sebuah tiket Major League Baseball, Sam meletakkan potongan gambar wajah cewek dengan rambut seperti berhias dua meat ball di bagian atas kepala berwarna kuning lemon, ke dalam saku tas. Sam tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana reaksi Mika saat menerima plester Sailormoon ini. Yang membuatnya, nyaris tidak bisa berhenti tersenyum. Bahkan saat melakukan obrolan via Skype dengan Ayah.
"Looks like someone got an early Christmas present," goda Peter.
"It's much better than that, Dad." Sam mengembangkan senyum tipis.
"Your eyes told me everything, tho," Peter menyahut sambil menyulutkan api pada ujung rokok, kemudian mengembuskan asapnya ke udara yang memantul di layar laptop. Sementara bibirnya mengurai sebuah cerita mengenai bagaimana Sam selalu menantikan hadiah natal. Sam akan kegirangan seolah baru saja mendapat izin untuk absen dari summer camp dan boleh bermain sepuasnya di luar bersama Caleb, Matthew dan Lim. "Just remember one thing, Buddy. Once you've chosen someone, give her the best of you," Ayah memberi jeda sejenak sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.
"Even sometimes it doesn't enough, well, nothing does." Peter memperhatikan ke mana asap rokoknya bergerak melayang.
Satu kalimat itu seolah menumbuhkan rasa percaya diri Sam, jauh lebih kuat. Setidaknya cukup untuk menanamkan keyakinan bahwa dia memiliki banyak kesempatan untuk Mika. Sekaligus menyentak Sam akan sesuatu dalam mata sang Ayah, yakni sebuah kekosongan.
"Okay, time to go to bed." Peter mengetuk rokoknya ke asbak.
Sam terkekeh. "I've grown up, Dad."
"Don't be a bad kid. Good night for you and now off to bed."
Meski Sam menekan tombol pada layar Skype dengan perangkat tikusnya dan menutup laptop, Sam tidak langsung beranjak menuju tempat tidur.
Dia meraih selembar obat flu pemberian Mika. Pil itu hanya tersisa satu, setelah ketiganya secara berturut-turut Sam tenggak di akhir makan malamnya—walau dalam hidup Sam, dia tidak pernah menemukan obat flu yang bisa meredakan pilek sialan hasil debu-debu dari ruang Mading. Walaupun malam ini Sam sedikit terlambat dari jam biasanya, dengan tidak rela dia menuntaskan pemberian Mika sebelum kemudian menyelinap di balik selimut.
Berharap Mika akan kembali datang ke mimpinya.
##
Halo,
Hari ini update-nya pendek dulu, ya. Semoga nggak mengecewakan kalian dan semoga saya bisa menulis lebih baik lagi ke depannya ^^. Masih ditunggu komen-komen atau kritiknya, loh. Jadi janganlah sungkan untuk kasih tahu saya, ya ^^y
Salam,
Clara Canceriana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Roman pour AdolescentsExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...