Bocah itu menjadi yang pertama keluar dari kelas.
Seakan tidak memiliki banyak waktu, Sam kecil berlari menuju gerbang sekolah. Tanpa langsung menuju mobil jemputannya yang sudah terparkir bersama mobil tua lainnya, Sam justru berdiri di sebelah papan yang berisi peraturan jam masuk sekaligus mencetak nama SD Andreas dalam huruf tegak. Berharap benda seukuran seratus kali enam puluh senti itu mampu menyembunyikan tubuh kurusnya. Dia menggenggam sesuatu dalam tangan dan bersandar pada pilar besar bercat krem muda, yang menjadi kaki bagi gerbang dengan palang nama sekolah berukuran besar di atasnya.
Xby TurboMac
Tidak butuh waktu lama untuk Sam mendapati Mika tengah berjalan keluar, dengan rambut sebatas pundak yang berhias bando berwarna merah.
Sam menahan kekehannya susah payah.
Begitu sosok Mika yang mendekat berada di dekat akhir hitungan mundurnya, Sam melemparkan sesuatu dalam genggamannya.
"Awas ular!" pekik Sam membuat Mika sontak melompat ke belakang sambil menjerit, membuat beberapa orang menoleh. Warna wajah Mika pun bergradasi, berubah menjadi semerah hiasan kepala yang dia kenakan.
Melihat itu, Sam tidak sanggup lagi menahan cekikikan. Tawanya pun meledak hingga Sam terpaksa memegangi perutnya yang mulai kesakitan. Membuat ujung matanya pun berair dan Sam terpaksa mengusap dengan lengan yang seperti hanya berbalut kulit saja.
"Ular plastik, takut juga? Payah banget, booo...." Sam berusaha bicara di sela-sela tawa yang tidak bisa dia hentikan. "Mika penakut."
Berlawanan dengan reaksi Sam, wajah Mika mengerut. Pundak kecilnya naik turun seperti menggeram. Kedua tangannya terkepal di samping rok lipit merah. Sementara tatapannya melempar keki yang berlapis ke arah Sam.
"Samuel nyebelin!" pekik Mika seolah semua emosinya pecah.
"Penakut. Mika penakut...," ledek Sam.
"Awas kamu, aku lapor Ayah!" Mika meleletkan lidah.
"Coba aja," Sam masih memegangi perutnya. "Saya nggak takut sama Ayah kamu, apalagi penakut kayak kamu."
"Sini kalau berani!" Mika bersiap mengejar, yang kemudian membuat Sam berlari lebih dulu. Kaki Mika boleh saja sama panjang dengan kaki Sam saat itu, tapi kecepatan cewek itu berlari masih kalah beberapa meter.
Begitu Mika mencoba mempercepat larinya, cewek itu malah tersandung langkahnya sendiri. Dia jatuh dengan lutut mencium aspal lebih dulu. Persis, di tempat yang sama dengan luka yang waktu itu—yang hanya ditempeli band aid bergambar dinosaurus. Melihat itu, Sam menghentikan larinya, terdiam satu detik dan menoleh ke arah Mika sebelum bergerak mendekat.
"Yah, malah jatuh?" tanya Sam, masih menyisakan sedikit tawa.
Mika berusaha bangkit. Dengan kaki yang agak timpang demi menahan nyeri, dia mendorong tubuh Sam kecil hingga terdorong ke belakang. Sam lalu terjerembab jatuh. Membuat sikunya tergores tipis bebatuan kecil.
"Nyebelin banget. Aku sebel banget sama kamu, Samuel!"
Lalu Mika menyeret kakinya menuju mobil tua Pak Agus, sementara Sam yang melongo, tiga detik berikutnya justru kembali pecah dalam tawa.
##
Halo, halo.
Kali ini posting selingan masa kecil mereka dulu, ya. Maaf, sudah menjadi silent writer *bow* karena jujur suka bingung mau cuap-cuap apa. Tapi, semoga teman-teman suka dengan selingan ini ^^
Salam,
Clara Canceriana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Teen FictionExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...
![Extended Goodbye [Sudah Terbit]](https://img.wattpad.com/cover/87365244-64-k269777.jpg)