Mengabaikan semua sorotan mata yang melempar lirikan ke arahnya, Sam melangkah di atas lantai marmer kecokelatan lorong kelas tiga. Dia terpaksa mengacuhkan beberapa kumpulan seniornya yang duduk di salah satu bangku dekat dengan panggung mental, sambil menyantap roti, lalu saling sikut saat Sam celingukkan, melirik ke dalam setiap kelas yang ada. Seakan-akan mereka baru saja menemukan Leonardo Di Caprio tersasar di sudut sekolah.
"Kayaknya ini lorong kelas tiga, deh." Suara itu membuat Sam menoleh dan menemukan Amira bersedekap dengan sorot mata keki. "Kalau lo belum lupa." Amira menambahkan saat Bin, yang sepertinya sedang mengajar Amira, baru datang dari kantin dengan sebuah minuman di tangannya. Dia menyodorkan salah satu ke Amira.
"Mir, lo marah-marah mulu, cepet tua, tau!" Bin menengahi. Lalu berpindah pada Sam dan melempar cengiran. "Cari Mika?"
Sam hanya mengangguk, enggan menjawab pertanyaan yang rasanya jika Bin bertanya pada anak kelas tiga yang lain, mereka akan mampu mewakili Sam menjawab.
"IPS Tiga." Bin menunjuk kelas paling ujung di lorong. "Tuh ada si Nana! Na!"
Sebelum sosok bernama Nana itu mendekat, Sam melempar terima kasih pada Bin lalu menghampiri sosok yang selalu mengenakan bandana merah muda, seolah begitulah dia menciptakan trade mark-nya. Cewek itu menghentikan langkahnya di depan sebuah celah yang menjorok ke dalam dan berlabel 'toilet' pada bagian pintunya.
"Lo nyari Mika?" Nana mengernyitkan kening. "Dia nggak masuk."
Sam menajamkan mata. "Kenapa? Sakit?"
"Hari ini...," Nana berhenti seperti menimang sesuatu dalam kepalanya. "Gue itu temennya Mika. Jadi, sori, gue nggak bisa kasih tahu. Lo tanya sendiri aja, sih, sama anaknya."
"Give me her number."
"Aduh, gue nggak bisa."
"Alamatnya."
"Plis, jangan paksa gue, ok? Mika nggak suka urusannya dicampurin."
Sam menyadari bahwa tidak memiliki apa pun soal Mika yang bisa memudahkannya menghubungi cewek itu, justru membuatnya frustasi. Padahal, seseorang yang ada di hadapannya ini, memiliki peluang untuk bisa membantunya. Namun, bahkan tatapan tajam Sam, tidak mampu meluluhkan cewek itu.
Nana baru saja hendak masuk ke balik pintu toilet, saat tiba-tiba dia berhenti dan membuang pandangan ke arah Sam yang termangu di tempat. "Lo itu... kalau perasaan lo nggak seserius itu sama Mika, mending mundur aja, gih, Sam. Gue nggak mau ada yang nyakitin Mika lagi."
"Maksud lo?" Sam maju satu langkah dengan kening lebar yang dipenuhi kerutan pada pangkal hidungnya.
Namun, Nana seperti enggan menjawab dan hanya memaku tatapan selama sepersekian detik sebelum kemudian buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.
Kalimat Nana seperti mencetak sebuah tanda tanya besar dalam kepala Sam.
Hanya saja, kalau saja Sam tidak ingat bagaimana usahanya tiba di titik ini, Sam akan dengan senang hati berlalu menuju kantin, duduk dengan semangkuk bakso sambil mengobrol santai dengan Remi dan Cassie. Karenanya sebagai seseorang yang jauh lebih mengenal seluk beluk SMA Andreas, harapan Sam kali ini jatuh pada Remi. Sam tahu ke mana dia akan menemukan Remi. Cowok itu duduk berhadap-hadapan dengan Cassie, terlihat sedang menikmati semangkuk bakso sambil mengobrol entah apa.
"Gue nggak bisa menemukan Mika," ujarnya dalam nada pasrah setelah dia mengambil tempat duduk yang kosong di sebelah Remi. Cowok itu membalas dengan kerutan di pangkal hidungnya, sementara Cassie mengamatinya. Membuat Sam menceritakan apa yang baru saja dia dapatkan dari Nana.
Sam mengangkat kedua pundak dan tangannya saat Remi bertanya, apa yang akan Sam lakukan kemudian. "Why did you ask what am I gonna to do? Of course, you're gonna help me find her," ujarnya dengan sorot mata lurus.
Remi memaku sedetik, lalu menghela napas berat setelah seolah bisa membaca apa isi kepala Sam. "No other option, right?" tanya Remi memelas, sedikit tidak iklas. Namun, Sam hanya menarik kedua alisnya tinggi-tinggi, melebarkan mata. "Got it!"
Cassie hanya memandang Sam dan Remi bergantian.
![](https://img.wattpad.com/cover/87365244-288-k269777.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Roman pour AdolescentsExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...