Setelah satu hari kemarin yang bagi Sam sangat melelahkan, sesungguhnya ketika dia terbangun pagi itu ada satu keinginannya yang menguat.
Dia ingin melihat deretan poster Bono dan teman-temannya menempel di dinding, action figure pemain Giants yang tertata rapi dalam lemari kayu serta sebuah pitching net rusak yang masih tersimpan di atas tumpukan tongkat dan sarung tangan baseball-nya di sudut kamar berlantai kayu dengan dinding yang dilapisi wallpaper bergaris warna biru. Namun, kenyataannya pemandangan kamar berdinding polos warna putih dan hanya dua buah koper besar yang masih teronggok di depan lemari pakaian yang menyambut ketika Sam terbangun oleh ketukan pintu Ibunya. Seolah ketukan itu tidak cukup untuk memperburuk suasana hati Sam yang terbangun dengan terkejut—sedikit menggerutu karena dia sedang bersama Mika yang tersenyum dan memeluknya kuat dalam mimpi, ingatan Sam malah membentur kejadian kemarin.
Jika boleh jujur, Sam menyukai Jakarta. Jalanan penuh orang dan kendaraan lalu-lalang, menyemburkan aroma hangat matahari yang bercampur dengan keringat dan debu. Kepadatannya sangat tidak sebanding dengan Middleburgh yang bahkan kamu bisa menemukan jajaran hutan di sana. Sam senang dengan aroma masakan yang muncul dari beberapa rumah makan, dan thanks god, mereka menyediakan porsi yang sangat masuk akal. Bagi Sam juga, tidak ada konsep yang lebih keren daripada seragam. Tidak jarang Sam menemukan satu dua pelajar Andreas yang memodifikasinya seolah hal itu bagian dari fashion.
Meski demikian, ide kembali ke Jakarta bukanlah kabar baik—sesungguhnya. Tapi, Sam juga tidak bisa mengatakan kalau hal itu adalah sesuatu yang buruk. Seperti yang Caleb, sahabat terdekatnya, katakan di hari perpisahan mereka, "things aren't as bad as you may see, Dude, and I dare you a better idea than being able to be with your first love—all the time."
Mungkin, kalimat itu menjadi mudah baginya karena Caleb tidak tahu bahwa kenyataan tidak sesempurna itu.
Sam membayangkan apa yang akan sahabatnya itu utarakan jika mendengar bahwa faktanya jauh lebih buruk dari yang Sam pikirkan. Sam hanya tahu Caleb bisa saja mengeluarkan teori-teori andalannya. Dengan begitu mungkin, Caleb bisa menjelaskan mengenai kombinasi ini; dilupakan oleh orang yang kamu harap akan selalu mengingatmu dan tinggal bersama orang yang nyaris tidak pernah bicara lagi denganmu selama nyaris dua kali Natal. Sam berani mempertaruhkan seluruh koleksi Giants-nya kalau Caleb akan kehilangan seluruh teori-teori itu.
Kepala Sam nyaris kosong saat dia melakukan sebagian kegiatan bersiap-siap menuju sekolah. Hanya aroma pancake dengan saus maple yang mengisi ruangan yang sedikit meringankan perasaannya. Sarapan yang pernah menjadi bagian dari makanan favorit Sam, tapi entah sudah berapa lama tidak dia nikmati lagi. Seolah dalam hidupnya dia hanya mengenal pancake milik Stewart's House—salah satu restoran yang berada di dekat Middleburgh School dan menjadi satu-satunya tempat untuk melampiaskan kerinduan Sam pada buatan Ibunya.
"Pagi, Honey," sapa Ibunya yang sedang meletakkan beberapa lembar pancake di atas sebuah piring. Ibunya tersenyum, tepatnya berusaha. Tentu saja. Sam bahkan tidak yakin kalau Ibunya akan berpikir bahwa semua keadaan telah kembali seperti semula.
"Sam..., dengar..., Mama...." Ibunya mendekati Sam yang sedang menuang susu dengan sorot mata seolah ingin mengaku dosa.
Tapi, sorot mata Ibunya itu entah bagaimana justru membuat Sam seperti masuk ke dalam ruang yang asing. Hingga Sam memilih menghindar dan meletakkan pak susu ke dalam lemari es lalu berkata pelan, "I'll go check my email."
Sambil membawa segelas susunya, Sam duduk di sofa ruang tengah. Dia membuka laptopnya, bertepatan dengan satu pesan messanger masuk. Sam yakin ini adalah bukti dari teori telepati antar sahabat baik.
Caleb Hoston : Hey, man. Kabarmu baik? Bagaimana kotamu?
Sam B. : Yeah. Sarapan sekarang.
Sam B. : Bagaimana dengan yang lain?
Caleb Hoston : Ya Tuhan. Di sini sudah sangat gelap dan kurasa harus tidur sebentar lagi. Oh, mereka baik. Lim masih berusaha menjadi pria Asia terbaik dalam kelas Ilmiah dan Matthew, oh, aku sama sekali tidak paham dia. Dia berkencan dengan Sarah O'Connel!
Sam B. : Sial, kau baru saja menambahkan satu lagi alasanku untuk pulang.
Caleb Hoston : Sepertinya kondisimu tidak baik. Aku masih punya satu malam jika kau mau cerita.
Caleb Hoston : Ini soal dia?
Caleb Hoston : Kau sudah bertanya soal surat-suratmu?
Sam B. : Man, lebih buruk dari itu. Dia sama sekali tidak mengingatku.
Caleb Hoston : Kau tahu kenapa dia bersikap begitu?
Sam B. : Apa maksudmu?
Caleb Hoston : C'mon, Man. Kau tahu metode bertanya?
Caleb Hoston : Ingat dengan apa yang pernah kuberitahu saat kita bersepeda di Cotton Hill, dan kau berhenti di tepian tebing yang sangat berbahaya?
Tentu saja, Sam ingat. Hanya Caleb yang melihat bagaimana Sam berteriak-teriak, memaki kesal di atas tebing setelah bersepeda nyaris satu jam dari rumah, hanya karena pada bulan ke enam surat terakhir yang Sam kirim belum juga dibalas. Kemudian Caleb datang dan memberi tahu Sam mengenai upside down yang membatasi dua buah ruang. Antara yang kasat mata, dan juga yang tidak terlihat. Begitulah teori kesalahpahaman yang Caleb katakan pada Sam—dulu. Ketika Sam bertanya mengenai jalan keluar, Caleb hanya tersenyum dan berkata kalau Sam harus menyebrangi dua dunia itu.
Caleb Hoston : Itu yang aku katakan tentang teori kesalahpahaman.
Caleb Hoston : Jangan sampai kau terjerumus, Sam.
"Sam?" Ibunya memanggil. "Sarapannya?"
"Im not hungry," lalu dia menuliskan sebaris kalimat terakhir untuk Caleb sebelum bangkit berdiri dan meraih tasnya. Namun, meski benaknya tidak bisa lepas dari kalimat-kalimat Caleb, Sam tidak yakin pada sebuah eksistensi bernama kesempatan. Karena yang dia tahu Mika telah menutup pintunya terlalu rapat, bahkan sebelum Sam mengetuknya.
##
Halo,
Maaf sekali karena menjadi yang terlambat bangetttt untuk update. Begitulah nasib anak perantauan. Perlu nguras tenaga demi mencari secaplok sushi >_<
Kali ini, saya ngenalin hubungan Sam dengan teman terbaiknya selama di Middleburgh. Sekalian mau share soal kehidupan Sam di sana, tepatnya salah satu tempat yang sering dia, Caleb dan dua teman lainnya kunjungi. Biasanya mereka memang suka naik sepeda gitu ke daerah Cotton Hill, yang arahnya ada di belakang rumah si Sam sendiri. Kadang bolos, kadang sepulang sekolah atau akhir pekan. Alasannya karena Sam dan teman-temannya memang pecinta alam dan paling suka berpetualang.
Saya suka banget nulis kehidupan Sam dan teman-temannya. Nggak tahu kenapa. Tapi, rasanya benar-benar menyenangkan.
Sekian dulu untuk part ini. Sampai ketemu hari Selasa dan jangan lupa komennya, ya ^^
Salam,
Clara Canceriana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Ficção AdolescenteExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...