Part 6.3 ~Remember, Love You~

3.7K 301 2
                                    


Semula, Mika berpikir hanya ada dua hal dalam hidupnya yang akan membuat bagian bawah matanya mengembung seperti adonan roti. Ujian matematika di bawah pengawasan Pak Lis dan juga kepergian sang Ayah tahunan lalu.

Mika tahu.

Kelas tiga hampir memasuki masa-masa ujian percobaan dan sederet tes lainnya demi menyambut ujian akhir nasional. Meski ulangan matematika menyambut Mika pagi ini saat dia tiba di sekolah, lupa telah membuat Mika pasrah saat memecahkan angka-angka berbalut x dan y itu. Dan, meski Mika mengunjungi makam sang Ayah kemarin, Mika tidak lagi menangis. Seperti malam-malam sebelumnya yang sebagian besar diisi dengan kerinduan akan sosok pria itu. Sehingga ketika Nana bertanya penyebab bengkak pada mata Mika hari itu, mulanya dia kesulitan menjawab. Lalu terbata-bata menyebutkan alasan kedua yang sejujurnya Mika sendiri sudah lupa kapan terakhir kali dia tidak tidur karena teringat Ayah.

Nana tidak mungkin tahu kalau Mika berbohong. Setidaknya kalimat O panjang dari cewek itu, menjadi pertanda kalau dia bisa menerima alasan Mika.

Hanya saja ketika Nana menanyakan soal Sam, alarm dalam kepala Mika seolah kembali diingatkan pada penyebab kantung matanya itu.

"Cinta yang tulus itu nggak perlu bukti."

Mika bahkan bisa mereka ulang bagaimana suara berat Sam meruntunkan kalimat tersebut dalam nada yang getir. Seolah ada bagian yang nyaris tiba di ujung batas dan Sam sedang menunjukkan keputusasaannya.

Dan, ketika Sam berlalu dengan memperlihatkan punggungnya yang lebar, saat itu Mika yakin tengah kembali ke masa lalu. Ke masa saat Sam mengucapkan perpisahan. Atau, mungkinkah cowok itu sedang mengatakan perpisahannya sekali lagi? Mungkinkah dengan begitu Mika harus kehilangan Sam lagi?

Kemungkinan-kemungkinan yang tidak jelas asal-usulnya berkelebat sepanjang malam. Mencuri jam-jam tidur Mika. Bahkan hingga ke detik-detik di mana pelajaran tambahan Matematika terasa begitu lambat siang itu.

Mika belum bertemu dengan Sam hari ini. Namun, bayangan cowok itu sempat mampir ke ujung penglihatannya saat Sam keluar dari ruang Pak Danto.

Saat itu kerongkongan Mika terasa begitu kering. Bahkan ketika hatinya menyerukan nama Sam, panggilan itu tidak berbuah menjadi sebuah suara. Tapi, orang-orang selalu benar. Ketika kamu merasa kehilangan harapan, justru di sanalah harapan itu sebenarnya sedang mewujud.

Mika bahkan membeku sejenak, meyakini diri kalau sosok yang sedang duduk di salah satu anak tangga itu bukanlah halusinasi keinginan terselebungnya semata.

"Biar gue anter lo pulang," tawaran itu terdengar begitu tulus. Walau siapa pun bisa melihat ada sesuatu yang redup dalam kanvas berupa wajah lonjong itu. Yang kemudian membuat Mika tidak mampu menggelengkan kepala meski hatinya tidak juga ingin mengiyakan. Membuat Mika terjebak dalam rasa ingin percaya dan juga penyangkalannya. Malah sejujurnya Mika ingin lari sekaligus tetap diam di sana.

Karena saat cowok itu tiba-tiba menyelipkan jemari kokohnya di sela tangan Mika, dia kembali diingatkan bahwa semua telah berubah. 

Extended Goodbye [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang