Part 1.3 ~you are in my sight~

12.2K 725 23
                                    



Hingga kemarin, Sam masih menggunakan taksi ke sekolah atas saran Ibunya. Namun, jika pada hari yang sama dia tidak mengobrol panjang dengan Cassie dalam pelajaran kosong, hari ini mungkin Sam akan kembali menumpang taksi.

"Nomor angkutannya sama kayak yang gue tumpangi," ujar Cassie waktu itu.

Sam hanya menyayangkan karena Bobi memboncengi Jelo di motornya, sementara Remi harus menggunakan angkutan yang arahnya berlawanan dengan Sam. Membuat Sam tidak mempunyai pilihan lain selain berpencar dengan ketiganya saat acara bulan bahasa itu berakhir dengan beberapa anak melempar tatapan disertai cekikikan ke arah Sam, sementara sebagian mencoba menggodanya dengan satu dua kalimat—gile, salut gue lo malah nolak Hani! Sam tidak terlalu peduli. Dia hanya sibuk membuntut Cassie, untuk alasan menumpang angkutan yang sama, yang kemudian berkata kalau Pak Hari memanggilnya. Merasa enggan pulang sendirian, Sam pun memutuskan bergerak ke kantin untuk menunggu cewek itu. Meski Cassie sama sekali tidak memaksanya.

Xby TurboMac

"Im fine with it. Biar ada temen pas pulang," ujar Sam sebelum Cassie meninggalkannya ke ruang guru sedangkan kaki panjang Sam melangkah ke samping gedung sekolah. Syukurlah kantin masih beroperasi. Dia membeli sekotak susu cokelat yang pernah dibelikan Ibunya di supermarket dan duduk menghadap ke sisi kantin yang berupa lapangan kosong—biasa digunakan untuk bermain sepak bola.

Ingatannya baru saja melayang pada sosok Mika pagi ini saat suara nyaring itu merambat masuk ke dalam telinganya. Spontan, atau sesungguhnya ada sesuatu yang menggerakkan otot lehernya, Sam kemudian menoleh. Membenturkan pandangannya pada dua buah bola mata berbentuk seperti kelereng itu. Ada sapuan terkejut yang tampak samar, yang seolah membekukan garis pandang mereka.

Satu detik, dua detik, tiga detik....

Seperti orang tolol Sam hanya melongo, memandang wajah Mika. Seolah mata Sam tengah memantulkan sisa-sisa ingatan dalam otaknya mengenai bayangan wajah Mika kecil dan seperti tengah menyatukannya dengan ekspresi manis cewek itu sekarang. Yang entah mengapa di mata Sam terlihat seperti penuh oleh keraguan, namun seperti berusaha untuk memberitahu sesuatu di bawah sepasang alis yang cukup tebal itu. Matanya yang masih membulat mengingatkan Sam pada sosok Mika sebelum Sam berangkat menuju New York. Cewek itu seperti sedang menunggu—entah apa. Dalam tiga detik yang terasa panjang sekaligus singkat itu, Sam melihat bibir tipis Mika bergerak-gerak. Dia... tersenyum sangat, sangat tipis?

"Ahh!" Mika akhirnya bersuara lebih dulu sambil mengarahkan telunjuk pada Sam. Membuat cewek di sebelahnya yang mengenakan bandana merah muda pada kepalanya, bertanya. Mika mengabaikan temannya dan bergerak mendekat. "Ini dia yang tadi pagi ke lorong kelas tiga. Yang gue ceritain soal narik-narik gue segala itu loh, Na."

Melihat emosi tercetak jelas dalam wajah ovalnya, membuat Sam sadar kalau pemikiran tadi pasti hanya sebuah ilusi.

"Yang tadi nolak Hani, Hani itu ketus banget, ya?" si Na berkomentar singkat.

"Iya, si anak kelas satu yang belagu." Mika menekankan kalimatnya dengan nada seakan-akan Sam baru melemparkan tantangan pada segerombol preman.

"Whoa, whoa, whoa...," Sam terkejut dari balik lamunan konyolnya. Dia bangkit berdiri setelah merasa sedang disudutkan oleh Mika dan satu cewek asing—lagi, setelah Hani. "Kenapa, nih?"

Mika bersedekap. "Kenapa?" Mika bereaksi seolah Sam adalah maling yang tidak tahu kesalahannya. "Tadi ngapain ke kelas tiga segala? Berani banget, sih? Udah gitu belum minta maaf lagi sama gue, soal kejadian nyeret-nyeret gue seenaknya."

Cara bicaranya yang bernada ketus dengan tempo seperti bintang jatuh, gaya bersedekap dengan dagu terangkat satu senti dan mata penuh berbagai emosi itu, seolah baru melempar Sam pada masa kecilnya. Dia semakin yakin bahwa Mika yang dia kenal sama sekali tidak berubah. Setidaknya Sam tidak pernah percaya pada konsep bahwa manusia memiliki kembaran yang begitu identical di belahan bumi lain. Dan, Sam tahu Mika adalah anak tunggal. Tapi..., kenapa?

Extended Goodbye [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang