Sialan!
Sam tidak tahu kenapa obat flu itu kali ini justru membuat tidurnya persis beruang saat musim dingin. Hal yang tidak terjadi di malam-malam sebelumnya. Atau, justru efek Mika yang sungguh-sungguh muncul di alam mimpi semalam? Alarm, juga Ibunya, seperti menyerah untuk membangunkan Sam. Ketika dia berhasil membuka mata, menemukan langit terasa lebih terang bersemu dari balik tirai lalu mengecek jam, tidak banyak yang bisa Sam lakukan untuk mengejar waktu ke sekolah.
Sam bahkan terpaksa melewatkan susunya!
Dengan perut yang sedikit mengerang ringan, ditambah masker sialan yang mencipta kepulan udara hangat di sekitar hidung dan juga mulut, Sam turun dari angkutan umum. Namun, baru saja bersiap untuk melakukan sprint menuju gerbang Andreas, derum motor yang seperti sengaja digas kuat oleh pemiliknya, membuat Sam menoleh. Firasatnya mengatakan kalau panggilan itu memang ditujukan padanya.
"Sam," orang itu bersuara.
Sam kenal suara Bobi yang terlihat memasang cengiran lebar di atas motornya. Sementara dari balik punggung Bobi, tampak wajah berkulit kelam dengan rambut keriting milik Jelo muncul. Bobi mengayunkan tangan dengan ekspresi seolah ingin mengajaknya untuk melakukan aksi merampok sebuah bank. Mata cowok itu melirik kanan-kiri seolah siswa-siswi Andreas yang masih berseliweran dan tampak tergesa-gesa itu akan menjadi mata-mata yang melapor aksinya.
Sam mengerutkan kening.
"Buruan. Naik lagi. Kita ke Blok M!"
Sam hanya bisa melongo dan membuat Bobi mendekatkan motornya.
"Bolos, bolos! Duh, masa gitu aja lo pake mikir." Bobi menarik leher ke belakang. "Udah mau telat juga. Yang ada entar lo dihukum Pak Danto!"
Sam melirik G-Shock-nya dan tercengang melihat angka lima puluh tujuh.
"Shit! Telat!" Sam menepuk pundak Bobi. "Sorry, gue nggak ikut hari ini."
"Hah?" Bobi persis seorang bocah yang tidak terima dengan alasan orangtuanya tidak membelikan mainan baru. "Lo kok aneh, sih, Sam? Biasanya kalau kita ajak bolos, lo yang paling semangat."
Xby TurboMac
Sam berusaha tersenyum di balik masker meski tahu kalau Bobi tidak akan bisa melihatnya dengan jelas.
"Kali ini doang gue nggak bisa. I'm so sorry, guys!"
"Pasti gara-gara Mika!" tebak Bobi dengan muka masam. "Emang, ya, orang kalau lagi jatuh cinta, kayak pake kacamata kuda! Nggak ngeh sama yang di sekitarnya!"
Sam menaikkan alis hingga iris berwarna hazel itu mengembang lebar. Ada sudut otaknya yang bertanya dalam kalimat Bobi yang terdengar janggal—who cares about horse? Tetapi, mendengar kelanjutannya, Sam bisa memahami kalau Bobi sedikit kecewa dengan penolakannya. Hanya Sam tidak punya waktu untuk peduli pada hal itu. Apa yang salah, memang?
"Biarinin aja kali, orang lagi jatuh cinta." Jelo menepuk pundak Bobi.
"Alah, mentang-mentang lo juga gitu kalau ketemu si Siapa itu... SMP! Dasar emang phedophil sih lo!" Bobi menggasak kasar wajah Jelo yang sontak mengamuk mengingat kebiasaan Bobi yang jarang mencuci tangan, terutama setelah menuntaskan buang air. Kata anjing dan kunyuk yang bertebaran membuat Sam menyelak tak sabar.
"Guys, guys, guys... sorry. Gue duluan, 'kay?!"
Setelahnya, tanpa menunggu kata-kata lain dari Bobi atau Jelo, Sam segera melakukan aksi lari menuju gerbang. Secepat dan sekuat yang dia bisa lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Novela JuvenilExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...