"Sam."
Panggilan itu keluar dari sudut bibir Cassie. Dengan volume yang minim, berulang kali Cassie berusaha memanggil cowok yang sekarang sedang tergeletak di atas meja panjang, di antara tabung-tabung kaca yang berjajar, juga alat pengukur lainnya. Tangannya lurus membentang, menjadi alas bagi kepalanya. Matanya terpejam, mempertontonkan bulu mata yang panjang. Bibirnya kemerahan dan tipis. Sementara wajah lonjong di bawah rambut pendek yang tampak berantakan itu, Cassie bisa menemukan beberapa bintik-bintik cokelat tersebar di atas warna kulit yang pucat.
Xby TurboMac
Sejujurnya, pemandangan itu jauh lebih menyenangkan. Tapi, Pak Hari—guru Kimia mereka, sudah berulang kali mengarahkan matanya ke meja di mana Cassie dan Sam duduk selama percobaan laboratorium. Penyebabnya jelas karena Sam memilih tidur dan meninggalkan Cassie bekerja dengan cairan aneka warna itu sendirian.
Xby TurboMac
Cassie meletakkan tabungnya hati-hati, lalu menepuk pundak yang terasa begitu keras di tangannya. Seketika membuat jantungnya berdegup. Bukan saja karena Pak Hari yang mulai bergerak mendekat, tapi juga karena sentuhannya pada Sam.
Perlahan Sam menggeliat.
Sementara Cassie menunduk semakin dalam.
"Nyenyak tidurnya?" suara Pak Hari membuat semua anak kelas satu B menoleh. Termasuk Bobi, Jelo dan Remi yang cuma bisa geleng-geleng kepala.
Sam mendongak. Kemudian reflek mengangguk. Membuat satu kelas cekikikan. Di sampingnya, Cassie hanya mengatupkan bibir kuat-kuat saat wajah Pak Hari terlihat mengencang. Berharap Sam tidak bereaksi lebih jauh yang mungkin akan membuat ledakan justru bukan dari hasil cairan kimia, melainkan emosi Pak Hari.
Xby TurboMac
"Kamu itu anak baru, sudah berani tidur di kelas saya?" sahut Pak Hari dengan nada yang meninggi. Membuat Sam mengerut sambil menggaruk kepalanya. "Ini, tim kamu, kamu biarkan dia kerja sendirian, begitu? Apa iya sistem pendidikan Amerika sekarang seburuk itu?"
Sam hanya mendengus. Ujung matanya bertemu dengan Cassie, yang membuat cewek itu kembali menunduk.
"Selesai lab, biar dua anak ini yang membereskan sementara kalian boleh pulang."
Bagi penghuni kelas satu B yang lain, hal itu adalah berkah. Selepas bel berdering, mereka segera meninggalkan laboratorium menuju hall seperti yang sudah seluruh angkatan siswa-siswi Andreas ketahui. Termasuk Bobi, Jelo dan Remi yang hanya mengatakan 'sori' mengingat Pak Hari tidak mengizinkan siapa pun untuk berada di sekitar laboratarium saat Sam dan Cassie melakukan piket dadakan.
"Cass, listen, I'm really sorry about this. Gue tahu seharusnya nggak tertidur di kelas...," ujar Sam saat keduanya mencuci tabung-tabung kaca.
"Gue sama sekali nggak mempermasalahin hal itu," Cassie melirik sekilas saat Sam masih mengawasinya. Air mukanya benar-benar menyesal, hingga membuat alis panjang yang senada dengan warna rambut cokelat gelapnya, menyatu. Cassie tersenyum. "Serius. Santai aja. Gue juga nggak terlalu pengin ikut acara itu, kok."
"Acara?"
"Baca Surat Cinta apalah itu...," sahut Cassie. Tangannya mulai mengelap tabung yang sudah bersih dengan kain.
"Oh... itu.... Yeah, gue juga."
Cassie mengulum senyum.
"Memangnya lo nggak ikutan? Gue dengar banyak yang ikut. Jelo aja ikutan, tapi dia nggak lolos dalam tahap pemilihan," sambung Sam sambil memutar badan dan menyandarkan pantat pada tepian meja. Membuat oksigen di sekeliling Cassie seperti digantikan oleh satu aroma lembut yang menguar dari tubuh jangkung Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Novela JuvenilExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...