Bocah laki-laki itu berlari secepat yang kaki pendeknya bisa lakukan.
Lengannya menggosok-gosok kasar bagian mata yang terasa basah. Sementara telapak tangannya terus mengepal kuat-kuat, menahan seluruh kekesalan. Hingga kali itu wajahnya memerah bukan karena terik matahari. Tapi, karena sesuatu dalam dadanya seperti ingin meledak. Namun, dia terus berlari yang kemudian membawanya tiba di sebuah rumah beratap segitiga dengan pagar rendah berwarna hitam. Napasnya tersengal sedangkan keringat membuat wajah kemerahannya penuh peluh. Sementara poni yang menutupi kening lebar itu terlihat basah dan berantakan.
Di antara bahunya yang naik turun, Sam kecil memanggil, "Mika!"
Seorang bocah perempuan dalam balutan jumpsuit berbahan denim yang sebatas lutut, muncul setelah beberapa detik panggilan itu menghilang terbawa angin kering. Seperti baru saja menerima kunjungan Santa Claus di bulan Juli, Mika terlihat heran. Pangkal hidungnya tidak berkerut, tapi bola matanya membesar.
Xby TurboMac
"Kamu ngapain ke sini segala?" tanya Mika ketus, masih bertahan di depan pintu masuk rumahnya. Seolah jika dia melangkah mendekati pintu pagar, Sam akan dengan mudah menculiknya.
Sam mengusap wajah dengan lengan. "Saya...."
Mika melipat kedua tangan dan dagunya terangkat. "Mau ngajak berantem lagi?" tanyanya dengan suara yang renyah yang sebisa mungkin Mika reda volumenya.
"Dih, siapa yang mau ngajak berantem?" sambung Sam bernada sedikit ketus. Dan, dia kembali mengulang gerakan yang sama. Kali ini lebih banyak seolah ingin menghapus sesuatu dengan lengan kecilnya yang kurus.
"Idihhh, Samuel nangis, ya?" ledek Mika merasa menang.
"Kamu itu sok tahu!"
Mika mengangguk-angguk sementara bibir mungilnya menyunggingkan senyum jahil. Sambil bersorak-sorak menyebutkan kalimat, Samuel cengeng bukan anak cowok, Mika terbahak-bahak puas seraya memegangi perutnya. Merasa kalau akhirnya dia bisa melampiaskan kekesalan atas semua sikap nakal Sam padanya selama ini.
"Saya... saya... pindah...." Suara Sam yang ketus hilang, berganti gemetar.
Tiba-tiba tawa Mika lenyap tanpa sisa. Dia memandang Sam yang menunduk sambil sekali lagi mengusap wajah dengan lengan. "Pindah?" Suara Mika berubah pelan seakan dia sedang mengeja kata itu.
Sam mengangguk kuat satu kali.
"Pindah... ke mana?" tanya Mika seolah kehilangan semua keinginan untuk tertawa.
"Oh, there you are, Buddy?"
Sam menoleh tanpa sempat menjawab pertanyaan Mika. Seorang pria berambut ikal, bertubuh tinggi tegap dengan tulang-tulang yang tampak besar dan kokoh, melangkah mendekati Sam. Sebuah kamera berada di salah satu tangannya. Setelahnya dia berjongkok di samping Sam untuk mensejajarkan tinggi dan menepuk pundaknya.
"Dad?" suara Sam membuat Peter tersenyum.
"Did you get to tell her?" tanyanya yang disambut dengan bola mata Sam yang hanya bergerak-gerak. Peter mengusap kepala puteranya, lalu bangkit berdiri. Dia melempar senyum melalui tatapan ramah ke arah Mika. "Halo, Mika," ujarnya dengan bahasa Indonesia berlogat aneh. "Hari ini kami semua berangkat menuju New York. Kontrak kerja saya sudah habis, jadi memutuskan pindah ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extended Goodbye [Sudah Terbit]
Teen FictionExtended Goodbye "Sekeping hati yang pergi sebelum berpisah" a novel by Clara Canceriana Samuel Christian Bailey yakin kalau dia tidak akan bisa melupakan kenangan tentang seorang malaikat kecil bernama Mika Angelique Setiawan . Si penggila...