Bab 2

5.8K 198 0
                                    

Diany terus saja mendengus melihat tingkah konyol pria disampingnya ini. Mengelilingi Singapura bukanlah hal yang susah. Karena negara ini tak sebesar Indonesia. Tapi tetap saja, bagi seorang Diany, ini hal yang sangat memuakkan.

"Valdo berhenti! Gue capek!" Diany menghempas tangan Valdo yang sedari tadi menggenggamnya.

"aish payah lo, segini aja capek" Valdo malah tertawa melihat Diany yang memerah seperti kepiting rebus. "dasar manja, gitu aja marah"

"lo gak tau apa? Perawatan gue tuh mahal, lotion gue aja seharga ponsel lo" kesal Diany karena kulitnya memerah seakan terbakar.

Valdo malah tertawa dan mengacak rambut gadis itu "lo lucu kalo lagi marah. Yaudah, makan aja gimana? Gue traktir deh"

Diany bersedekap seakan berfikir "gue lagi diet. Gak mau" tolaknya mentah-mentah membuat Valdo menggerutu pelan.

"elah, apaan coba diet-diet. Hidup tuh Cuma sekali, masa lo mau nyiksa diri lo gak makan demi tampil cantik. Gak diet pun lo tetap cantik kok."

"receh banget gombalan lo"

"jadi mau apa enggak? Kalo enggak ya udah, gue makan sendiri aja" Valdo berlalu begitu saja membuat Diany menengguk ludahnya.

"fine! Sekali ini aja gue bakal makan berat" putus Diany dan berlari mensejajari dengan langkah Valdo.

***

"lo beneran gak papa? Gue mau pulang soalnya, udah gak ada kelas lagi" Tiana meremas pelan bahu Dillana menyalurkan kekuatannya.

"iya Tia! Gak papa, pulang aja sana" usir Dillana tak tau diri, tapi Tiana tak marah, gadis itu malah tersenyum.

"yaudah, kalo ada apa-apa kasih tau gue ya" anggukan Dillana menyenangkan hati Tiana, gadis itu berlalu bersama dengan Gio.

"Dilla udah beneran gak papa?" tanya Gio yang jujur saja bersimpati atas gadis malang itu yang terikat dengan sahabatnya.

"gak tau, tapi gue rasa dia bakal baik-baik aja Gi, dia gadis kuat" Tiana menenangkan dirinya sendiri.

"jadi kita mau kemana? Gue juga udah gak ada kelas, Dosen gue tiba-tiba absen" Gio mengecek arlojinya dan kembali menatap Tiana.

"temenin gue beli buku aja yuk" ajak Tiana pada Gio dan langsung diangguki begitu saja oleh pria itu.

***

Pukul tiga sore, akhirnya Dillana terbebas dari kuliahnya. Gadis itu melangkah cepat, karena ia ingin mengistirahatkan badannya yang sangat lelah.

Dillana mengemudikan Jazz nya dengan cepat karena badannya sangat capek. Ia ingin cepat sampai dirumah.

"gila, capek banget gue" gadis itu melakukan peregangan kecil agar badannya tak begitu kaku.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan. Mobil gadis itu memasuki halaman rumahnya. Ia sedikit menyerngit melihat mobil BMW hitam metalik yang sangat ia kenali berada dipekarangan rumahnya.

Setelah mengucapkan salam, Dillana langsung memasuki rumahnya dan ingin memasuki kamarnya kalau saja sang Mama tak menahan.

"loh, kamu mau kemana? Itu pacar kamu udah nunggu dari tadi, kamu malah ngeloyor pergi gitu aja" omel Ziah pada putrinya itu.

Dillana mendengus dan melirik sekilas kearah Aldino yang menatapnya tajam. Bodo amatlah pikirnya "aku capek Ma, mau istirahat, udah ah" Dillana melengos pergi begitu saja membuat Aldino menyerngit sedangkan Ziah makin mengomeli anaknya itu.

My Destiny [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang