Bab 24

4K 199 2
                                    

Semoga para sider diberi hidayah untuk mem vote cerita ini 😢😢🙏🙏

Dillana mencuci piring miliknya, ia baru saja selesai memakan sup ayam buatan Willy. Sedangkan Willy hanya menatap Dillana tanpa berniat membantu.

“sampai kapan lo disana?” Dillana mengelap tangannya dengan tissue dan menghampiri Willy.

“sampai lo gak lari lagi dari masalah, ingat dong, anak lo nantinya bakal butuh Papa”

Dillana mendengus “lo bisa jadi Papanya” kekeh wanita itu kemudian.

“gue gak becanda Dillana”

“siapa bilang gue becanda William!”

Willy mendengus “sayangnya gue gak mau jadi Papa anak lo” pria itu pergi begitu saja meninggalkan Dillana.

Dillana hanya diam, ia menyadari kesalahan ucapannya, walaupun maksudnya bercanda, tapi ia sangat keterlaluan.

Wanita itu duduk dan kembali memainkan ponselnya, tekadnya sudah bulat, ia merindukan Tiana dan ia akan menghubungi gadis itu.

***

Tiana masih memegang kepalanya, ia tak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi pada Dillana.

Ponselnya bergetar, satu pesan masuk dari nomor tak dikenal.

From : +62667787xxxx
Ini gue Dillana, gimana kabar lo?

Tiana menghela nafas panjang, bagaimana pula bisa wanita itu menghubunginya saat suasana sulit seperti ini.

To : +62667787xxxx
Gue baik, gimana sama lo? Ponakan gue baik kan?

“siapa?” tanya Gio yang duduk disamping Tiana, gadis itu menyodorkan ponselnya setelah berkode lebih dulu pada Gio. Sama seperti yang Tiana lakukan tadi, Gio pun juga menghembuskan nafas panjangnya.

Brak..
Aldino menghempaskan berkas yang ada dihadapannya, mukanya sudah memerah marah. “gue harus ketemu sama Bokap gue” ia ingin berlalu namun Gio dengan gesit menahannya.

“tahan emosi lo”

Aldino menghempaskan tangan Gio “gue gak bisa...Dillana...shit! kenapa gue selama ini jahat sama dia” Aldino menjambak rambutnya kasar.

“jangan gegabah, pikirin gimana kondisi Dillana, kalo dia tau ini, dia bisa stres” kata Tiana panjang lebar. “kita harus punya bukti yang kuat Al, gue sama Gio akan bantu lo buat ungkap semuanya”

Aldino jatuh terduduk kembali “gue..kangen dia” lirihnya pelan. Kepergian gadis itu menyadarkannya bahwa ia sangat membutuhkan gadis itu. “gue pingin ketemu dia”

“biarkan dia tenang dulu Al, gue yakin dia gak akan terus lari dari masalah, dia Cuma butuh waktu untuk nerima semuanya”

“tapi gue merasa gak berguna Arsy!”

“buatlah diri lo jadi berguna saat ini! Pertahanin milik dia sebisa lo. Cuma itu yang perlu lo lakukan” Gio meyakinkan Aldino, dan pria itu mengangguk membenarkan.

***
Valdo keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Ia mengelap rambutnya dengan handuk. Dan ia duduk disebelah Diany yang terdiam.

“kamu kenapa?” tanya Valdo bingung.

“Dillana...orang tuanya...” mata Diany sudah berkaca-kaca, perasaan bersalah menyusup ke hatinya.

“Dillana kenapa?” Diany tak menjawab, ia menyerahkan ponselnya pada Valdo, hal itu juga membuat Valdo terdiam.

My Destiny [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang