Satu bulan berlalu begitu saja, tak ada perubahan yang berarti, dalam artian sebenarnya. Hubungan keduanya masih sangat kaku, walaupun mereka tinggal satu atap bahkan tidur diranjang yang sama.
Dillana terus berusaha untuk mendapatkan hati suaminya itu, namun rasa mustahil menghantuinya.
Dillana menatap Aldino yang menyantap sarapannya dengan santai. Walaupun begitu, wajahnya tetap saja tampan.
Setelah selesai, pria itu berlalu, ia pergi ke kantor. Untung saja jadwal kuliahnya tak sepadat dulu, jadi ia bisa menyesuaikan waktu belajar dan waktu kerja.
Dillana menghela nafas dan mendengus. Gadis itu duduk diruang TV dan menyalakannya. Sekedar menghilangkan rasa bosan.
***
Aldino sampai dikantor, dan ia menghampiri meja sekertarisnya sekedar menanyakan jadwalnya hari ini.
"oh ya Pak, tadi ada seorang perempuan yang mencari Bapak, saya sudah suruh dia tunggu diluar tapi dia langsung masuk ke ruangan Bapak"
Aldino menggangguk dan berlalu. Ia masuk kedalam ruangannya dan terkejut melihat gadis yang berdiri anggun dihadapannya ini.
"hay sayang" Diany menghampiri Aldino yang membatu dan memeluknya kencang dan ia mengecup pipinya singkat.
Diany melepaskan pelukannya "kok kamu gitu sih, kenapa? Kaget ya liat aku?"
Aldino tersadar dan tersenyum "ah ya, kamu kapan sampai?" pria itu berjalan menuju kursi kebanggaannya.
Diany duduk dimeja dan menghadap kearah Aldino "tadi malam, kamu kok kayak gak suka gitu, aku datang?"
"enggak kok" Aldino fokus pada laptopnya, jujur saja, ia merasa aneh dengan dirinya.
Diany berdehem dan menatap Aldino "kamu...maksud aku, berita kamu nikah itu benar?" Aldino terkesiap dan menatap Diany sendu.
"jadi benar?" pasti Diany dan dengan enggan diangguki oleh Aldino.
Plak! Satu tamparan mulus bersarang dipipi Aldino, pria itu menatap Diany dengan pandangan entahlah "KAMU JAHAT! KAMU BILANG BAKAL NUNGGU AKU"Diany berdiri dihadapan Aldino dengan mata yang berkaca-kaca.
"maaf tapi aku..."
"udahlah, aku mau tanya satu hal sama kamu, apa kamu cinta sama istri kamu?"
Aldino terdiam dan hanya bisa diam, tak mau mengeluarkan suaranya sama sekali. "aku...gak tau"
"kalo sama aku, kamu cinta?"
"ya, tentu saja!"
Diany tersenyum sinis "kalo gitu, cerain istri kamu dan nikahin aku!"
Aldino melotot "kamu gila! Mana mungkin, aku gak bisa"
"jadi kita gimana Dino? Aku cinta sama kamu, bahkan aku nunggu kamu, tapi ternyata kamu..."
"Dian! Ini bukan kemauan aku, tolong kamu ngerti" Aldino mengacak rambutnya frustasi. Ia menatap gadis itu dan memeluknya. "aku sayang kamu, selamanya pun akan gitu, jadi aku mohon, tetaplah seperti ini"
***
Dillana duduk disalah satu cafe, siang ini ia ingin bertemu dengan Tiana. Karena memasuki jam makan siang, cafe cukup padat. Dan tiba-tiba saja seorang pria duduk dihadapannya.
"hay, gue boleh kan duduk disini? Sorry penuh banget soalnya" Dillana menatap pria itu datar, kemudian mengangguk saja.
Valdo menyerngitkan dahinya, ia kembali menatap Dillana "kayaknya lo familiar banget deh" ucap Valdo setelah menyuap makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [✔️]
RomansaAku fikir dia adalah takdirku. Karena jujur aku sungguh mencintainya sejak lama. Aku sangat menunggu akan hal ini. Kami menikah, dia menikahiku. Aku pikir karena memang dia mencintaiku. Ternyata aku salah, aku hanya menjadi tamengnya. Dan dia tak pe...