Bab 20

4.4K 153 0
                                    

Berita itu sudah tersebar diberbagai media massa. Aldino berdiri dari duduknya setelah Fika menelpon menyuruhnya untuk kembali kekantor. Ia akan melakukan wawancara perihal masalah ini.

Kesempatan ini dimanfaatkan Dillana untuk mengemasi barang-barangnya, gadis itu dengan cepat meninggalkan kediaman Aldino dengan Jazz putih tulangnya.

Dillana meminggirkan mobilnya karena ia mendapat telepon.

“ada apa Bi Any??”

“Tuan dan Nyonya mengalami kecelakaan di Korea Nona” Bi Any berbicara dengan suara sesenggukkan.

Dillana terdiam sesaat, menghembuskan nafas panjang “saya akan kerumah sekarang, tolong nanti saja Bibi jelaskan, karena saat ini saya sedang diperjalanan”

”baik Non” sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Dillana. Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Karena ini menyangkut nyawa orang tuanya.

***

Aldino baru saja selesai melakukan wawancara, ia membantah semua tuduhan itu, karena ia sangat yakin, anak yang dikandung Diany bukanlah anaknya.

Aldino memanas melihat pria yang berdiri didepan rumahnya dengan wajah tanpa dosa. Ia mendekati pria itu dan menatap sinis.

“siapa lo? Ngapain lo disini?” sinis Aldino menatap pria itu dari atas kebawah dengan pandangan merendahkan.

Willy mendesah “gue denger kalo orang tua Dillana kecelakaan, gue mau jemput dia, tapi kayaknya dia gak ada dirumah”

Aldino membatu dan langsung memasuki rumahnya, berteriak seperti orang gila namun ia tak menemukan tanda-tanda keberadaan istrinya.

Tak sengaja matanya menatap lemari yang terbuka dan kaget karena lemari yang seharusnya berisi pakaian istrinya itu kosong.

Aldino membanting keras pintu lemari itu, bahkan ia meninjunya “sial!!!” umpatnya pada dirinya sendiri.

***

“me..meninggal??” tanya Dillana tak percaya tentang penuturan Gabriel – pengacara keluarganya – matanya sudah berkaca-kaca.

Gabriel mengangguk singkat dan menatap sendu Dillana “saya kira, mobil mereka sengaja disabotase oleh lawan mereka Dilla!”

Dillana mengusap wajahnya dan menghapus kasar airmatanya “selidiki sampai tuntas Gab, saya ingin keadilan untuk orang tua saya”

“bagaimana dengan warisan anda dan perusahaan orang tua anda?”
“urus semuanya, masalah perusahaan, tolong kamu minta bantuan paman saya. Karena saya belum pantas untuk mengurusnya. Saya harus pergi Gab” Dillana bergegas berdiri namun Gabriel menahannya.

“anda mau kemana?”

“yang jelas menjauh dari semua masalah ini, saya mohon sama kamu, jangan berhenti bekerja pada keluarga saya”

“tapi Nona...”

“saya akan menghubungi kamu nanti”

***

“sial! Dillana gak ngangkat teleponnya” Tiana menggeram kesal, karena ia begitu khawatir dengan kondisi sahabatnya itu saat ini.

“gue kira ini ada motif dibalik tewasnya orang tua Dillana” Gio kembali mengetik sesuatu pada laptopnya.

“maksudnya??”

“iya, maksud gue, ada yang sengaja nyabotase kendaraan orang tua Dilla”

My Destiny [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang