Bab 19

3.9K 141 1
                                    

Hubungan Dillana dan Willy pun semakin dekat dalam artian sahabat. Gadis itu sering menemui Willy di toko donatnya. Sedangkan hubungannya dan Aldino semakin merenggang.

Aldino terkejut melihat kehadiran Diany dikantornya. Karena memang, setelah kejadian itu mereka tak pernah lagi berkomunikasi.

“ngapain lo disini?” ketus Aldino dan menatap aneh Diany yang menangis.

“aku hamil!” bagai sambaran petir, Aldino membatu ditempatnya. Ia menatap tajam Diany yang masih terisak.

“lo gila! Gak mungkin” Aldino menggelengkan kepalanya dan mengacak rambutnya frustasi.

“aku hamil Dino! Aku hamil anak kamu!”

“jangan gila! Lo ngada-ngada kan? Gue aja gak yakin waktu itu” Aldino menggelengkan kepalanya “lo jebak gue kan Diany!”

“buat apa aku jebak kamu! Nikahin aku Dino!”

“udahlah, gue sibuk dan gue yakin, anak itu bukan anak gue!”

“kalo kamu gak mau nikahin aku, aku akan bilang ini sama istri kamu dan media. Lihat saja, nama kamu akan langsung jatuh”

“ITU BUKAN ANAK GUE!!! GUE YAKIN” teriak Aldino keras membuat Diany terdiam membatu.

“kamu gak ngakuin anak kamu? Baiklah! Kita liat aja nanti” Diany berlalu dan menutup kasar pintu ruangan Aldino.

Aldino kembali mengacak rambutnya frustasi dan membuang semua dokumen yang berada dimeja nya. “itu bukan anak gue”

***

“apa! Lo belum bilang kalo lo hamil sama laki lo?” Willy menoyor kepala Dillana dan membuat gadis itu cemberut.

“apaan sih lo?! Jangan kayak cewek dah, lagian belum pas aja waktu nya buat ngomong sama dia”

“belum pas pale lo lonjong! Eh, bego! Kalo dia tau kondisi lo kan mana tau dia makin sayang sama lo”

“aish..udahlah Wil, bete gue bahas dia”

“lo lagi berantem?”

“jangan kepo kayak cewek lo! Malu kali sama kelamin”

“lah si anjir! Gue Cuma nanya. Pantesan aja, lo keliatan gendut banget” Willy mencubit pipi Dillana, setelahnya mencomot kentang goreng dan memakannya.

Dillana dengan sadis menoyor kepala Willy “omongan lo! Gue gak gendut ya” Dillana melotot kearah Willy.


***

“Pak kita sudah sampai” Aldino tersentak ketika Fika menyuruhnya turun. Mereka akan meeting dengan client di cafe yang telah ditentukan.

Aldino turun dan diikuti oleh Fika dan beberapa orang staf nya. Aldino memasuki cafe dengan langkah pelan, ia melihat sekeliling dan terpaku, tangannya mengepal keras, ia melihat seorang pria dengan santainya mencubit pipi istrinya itu.

“Pak, kearah sana” Fika menahan tangan Aldino yang ingin berjalan berlawanan arah dari petunjukanya.

Aldino mengangguk dan mengikuti langkah Fika, namun matanya tak lepas dari kedua orang itu.

***

“kenapa lo ngehindari gue?” Valdo mengikuti langkah Diany yang melangkah keluar rumahnya menuju mobil. Baru ingin masuk, Valdo menahan lengannya.

Diany menghela nafas panjang dan mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Valdo “gue gak ngehindari lo, lagian emang hubungan kita apasih? Sampai lo kayak gini”

My Destiny [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang