Yang sider aku do'ain bisulan. 😒😒
Sudah seminggu, dan Dillana memantapkan dirinya untuk kembali, ia harus menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan, tak lari dari masalah seperti ini. Ia mengelus perutnya yang masih datar, janin yang kini berusia dua belas minggu itu masih belum begitu tampak.
“do’akan Mama ya nak” Dillana tersenyum mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.
“udah siap semua?” tanya Willy yang baru saja tiba dari membeli tiket pesawat.
Dillana mengangguk, dirinya berjalan menuju Bu Fatma yang memasang wajah sendu, melihat hal itu Dillana jadi merasa sedih.
“yang sehat ya nduk. Jangan banyak fikiran, ingat kamu enggak sendiri” Bu Fatma mengelus rambut Dillana, ia menyayangi gadis ini seperti ia menyayangi Willy.
“makasih ya Bu, udah nampung aku selama disini, Ibu..bolehkan kalo aku jadi anak Ibu?” mata Dillana berkaca-kaca, melihat Bu Fatma jadi mengingatkan ia akan Mama nya.
“kamu memang anak Ibu, nak. Jangan sungkan yah, Ibu ini Ibu kamu” kata Bu Fatma, ia memeluk Dillana dan kembali mengelus rambutnya.
Willy yang melihatnya jadi terharu, tapi dengan enggan, ia melepaskan pelukan Dillana pada Bu Fatma“udah gak ada waktu, ayo kita berangkat”
“hati-hati nak” Willy dan Dillana menyalami Bu Fatma bergantian.
“jangan nangis lo! Dasar cengeng” desis Willy melihat mata Dillana yang kembali berkaca-kaca.
“biarin..emang gue cengeng kok” Willy hanya menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan Dillana.
***
Aldino mendesis, kepalanya terasa pening, tapi ia tetap harus bekerja sepeti biasanya, dan kuliah. Untung saja jadwal kuliahnya tak terlalu padat hari ini.
Setelah membersihkan dirinya, Aldino segera bersiap untuk ke kampus. Bagaimanapun, ia ini tetaplah seorang mahasiswa, walaupun penampilannya sekarang jauh dari kata baik.
Aldino melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan, ia tak mau celaka hanya karena hal bodoh seperti ngebut. Walaupun terkadang, ngebut itu diperlukan disaat yang mendesak.
Aldino mendengus, lagi-lagi fikirannya melayang pada Dillana, istrinya. Setiap hari, ia selalu berfikir, apa yang dilakukan gadis itu? Apakah ia baik-baik saja? Aldino meringis sendiri, ia ulahnya, ia sangat menyesal, kenapa dulu ia sangat memperlakukan Dillana sangat buruk. Memang benar adanya bahwa sesuatu akan terasa sangat berharga ketika dia telah pergi.
“gue kangen lo” kata Aldino pelan.
Ia memarkirkan mobilnya dan mengambil tas. Rasanya, ia malas sekali untuk masuk kuliah, tapi apa mau dikata.
“kenapa lo?” tanya Gio ketika Aldino baru saja duduk dibangkunya. Wajah sahabatnya itu sangat jauh dari kata baik.
Aldino hanya mengibaskan tangannya dihadapan Gio dan duduk diam, sesekali memijat kepalanya yang masih terasa pusing.
“lo sakit? Gue izinin aja, lebih baik lo pulang”
Aldino mendengus “gue Cuma capek” Tiana yang kebetulan mengambil kelas yang sama pun menatap Aldino bingung. Ia menyodorkan roti dan sebotol air mineral yang baru saja dibelinya.
“makanlah, gue tau lo belum sarapan” ucap gadis itu seraya duduk disamping Gio.
Gio yang melihatnya pun hanya bisa mendengus cemburu, sedangkan Tiana mendelik melihatnya, dasar pria aneh, cemburu gak tau kondisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [✔️]
RomanceAku fikir dia adalah takdirku. Karena jujur aku sungguh mencintainya sejak lama. Aku sangat menunggu akan hal ini. Kami menikah, dia menikahiku. Aku pikir karena memang dia mencintaiku. Ternyata aku salah, aku hanya menjadi tamengnya. Dan dia tak pe...