Satu Minggu berlalu dan hubungan keduanya makin membaik, tidak kaku seperti dulu. Dan kini mereka tengah bersiap untuk menghadiri Ulang Tahun perusahaan Aldino.
"udah?" Aldino menggunakan kemeja hitam dan dilapisi Tuxedo putih, sedangkan Dillana menggunakan gaun putih polos selutut.
Dillana mengangguk dan menatap Aldino "udah Kak" Dillana meraba-raba cepolan rambutnya agar terlihat lebih rapi.
Dillana berjalan dan tangannya senantiasa digenggam oleh Aldino, hal itu membuat Dillana tersipu malu.
"kita gak telat kan Kak" tanya gadis itu untuk membuat suasana lebih hidup di perjalanan mereka kali ini.
"nggak Dillana! Lo gak usah gugup"
"aku Cuma takut Kak"
"gue selalu ada disamping lo"
***
"Ya Tuhan Gio! Sumpah ya, gue gak mau pergi sama lo kalo lo belum siap dalam waktu setengah jam!" bentak Tiana karena melihat Gio masih bermain video game. Sedangkan ia sudah siap sejak tadi.
Dengan cepat Gio mematikan video game nya dan menghampiri Tiana dengan cengirannya. "sorry, gue lupa"
Tiana tersenyum mengintimidasi dan ia menjewer telinga Gio kuat "lo gila! Lupa lo bilang, sedangkan gue udah siap-siap dari tadi, dimana otak lo"
"aw..aw sakit Ar, maaf-maaf, gue janji dua puluh menit siap" Tiana menghempaskan telinga Gio.
"lebih dari itu, gak jadi pergi"
"tapi.."
"gue pergi sendiri"
***
"kita mau kemana sih?" tanya Diany yang masih penasaran, kemana mereka akan pergi. Mengapa ia harus menggunakan gaun formal.
"lo liat aja nanti" ucap Valdo misterius.
"lo jangan aneh-aneh ya sama gue"
"otak lo reparasi gih, gue gak akan ngapa-ngapain lo"
"awas aja!" ancam Diany dan malah membuat Valdo terkekeh, pria itu kembali sibuk dengan jalanan dihadapannya.
Sesekali Valdo melirik kearah Diany dan tersenyum "eh btw, warna baju kita samaan ya, jangan-jangan kita jodoh" Valdo melirik kearah kemeja, tuxedo dan celana nya yang berwarna putih, begitupun juga dengan gaun Diany.
Seakan tersadar, Diany mendengus dan menatap tajam Valdo "mimpi lo ketinggian deh kayaknya"
"yeee, jodoh pasti bertemu, buktinya sejauh apapun lo melangkah, gue selalu bisa nemuin lo"
"iya in aja deh, biar lo diem" Valdo yang mendengarnya malah terkekeh.
***
Gio sudah siap dengan kemeja biru laut, Tuxedo dan celana hitam. Warna kemejanya sama dengan gaun yang dipakai Tiana malam ini. Gadis itu menatap Gio sinis.
"udah??" tanya nya dengan nada datar.
"maaf ya, gue lupa. Balik nanti gue beliin eskrim deh" janji Gio pada Tiana namun tak membuat gadis itu luluh.
"gak mau! Ayo cepat" Tiana berjalan lebih dulu meninggalkan Gio dan pria itu hanya bisa pasrah.
***
"banyak banget Kak, wartawannya" Dillana yang masih duduk dimobil samping Aldino menatap takut kearah pria tampan disampingnya ini.
"udah, ada gue. Lo akan aman" Aldino keluar dari mobilnya dan membuka pintu mobil sebelahnya untuk Dillana, ia menggandeng gadis itu dan melewati para wartawan yang sibuk memotret keduanya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [✔️]
RomantizmAku fikir dia adalah takdirku. Karena jujur aku sungguh mencintainya sejak lama. Aku sangat menunggu akan hal ini. Kami menikah, dia menikahiku. Aku pikir karena memang dia mencintaiku. Ternyata aku salah, aku hanya menjadi tamengnya. Dan dia tak pe...