Bab 26

4.6K 178 0
                                    

Yang siders kutilan 😏😏

***

Backsound : Chen & Chanyeol - If We Love Again

Hario mendengar dan jelas melihat penuturan anaknya itu. Melihat Aldino berlutut dikaki gadis yang seharusnya saat ini hancur membuatnya murka, ia yang akan menghabisi gadis itu beserta anak tak bergunanya sekalian. Hancur tak tersisa, yah, itulah yang harus ia lakukan.

Hario menggebrak pintu rumah itu dan keluar, matanya tak lepas menatap Dillana dari atas kebawah dengan pandangan merendahkan, ia mendengus kasar menatap Aldino sekilas dan berlalu begitu saja meninggalkan kediaman anaknya.

Aldino mengepalkan tangannya hebat, emosinya memuncak begitu saja melihat hal yang dilakukan Papa nya, ah tidak lebih tepatnya, pria tua bangka yang ‘berstatus’ Papa nya.

“bajingan!” desis pria itu, nafasnya naik turun dengan cepat menandakan bahwa ia sangat emosi.

“gue akan bunuh bajingan tua itu!” Aldino melangkahkan kakinya dengan cepat tapi dengan cepat pula Dillana menahan tangannya.

“jaga bicara kamu! Bagaimana pun dia tetap Papa kamu!” kata gadis itu tegas, matanya yang masih berkaca-kaca menatap Aldino tegas.

Aldino terkekeh sinis “apakah manusia sekeji itu masih bisa dipanggil Papa?”

“tenangkan diri kamu, kamu gak akan tau rasanya ditinggal kedua orang tua” Dillana tersenyum sedih diakhir kalimatnya.

Gadis itu melepaskan cekramannya pada lengan Aldino, tangannya melemas, mengingat kedua orang tuanya, mendengar hal yang tak seharusnya ia dengar tadi, membuat nafasnya sesak, ia merasa seperti gadis bodoh yang mau saja terjebak dalam situasi seperti ini.

Airmatanya kembali turun bebas membasahi pipi, bahkan ia belum berkunjung ke makam orang tuanya, apakah ia masih pantas disebut seorang anak?

Aldino yang melihat istrinya seperti itu merasakan dadanya sakit, sesak. Ia merasa begitu berdosa pada Dillana, gadisnya, istrinya.

Aldino menarik gadis itu kedalam pelukannya, ia kembali mendengar isak tangis yang menyakitkan.

“jangan pernah mengatakan itu lagi, jangan pernah berniat untuk menyakiti Papa kamu” kata gadis itu masih dalam isak tangisnya.

Mendengar hal itu, Aldino sadar, bahwa gadis itu merasa sangat tersiksa mendengar kematian kedua orang tuanya yang mendadak. Dan kematian itu disebabkan oleh Papa nya.

“berhenti menangis, itu membuat aku semakin merasa bersalah” ucap Aldino pelan.

“bukan, ini bukan salah kamu” Dillana melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya “ini takdir, takdir yang mempermainkan aku seperti ini, Mama...Papa dan kamu... itu semua takdir. Takdir aku”

“aku akan berusaha menjalani takdir ini sebaik mungkin, aku...akan berusaha menerima ketentuan yang Allah berikan sama aku.” Dillana menatap Aldino tepat dimaniknya “lupakan semuanya, dan kembali pada takdir yang menuliskan bahwa kita harus bersama” kata-kata itu membuat Aldino sadar, bahwa Dillana sedang mencoba untuk menutupi lukanya, luka yang ia dan takdirnya buat.

***

Dillana mengelus sayang nisan yang bernamakan Mama dan Papa nya. Gadis itu menangis dalam diamnya. Hatinya terasa sangat ngilu, ia terisak kencang, mengumpati kebodohannya yang sangat cepat luluh pada Aldino. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan membalaskan semuanya, semua yang telah pria dan keluarganya lakukan pada ia dan orang tuanya.

My Destiny [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang