Akhirnya, tugas kuliah yang begitu menumpuk, perlahan terselesaikan. Gadis ini menutup laptopnya dan mulai menyusun buku untuk dibawanya ke kampus.
Dillana. Gadis berusia delapan belas tahun ini adalah mahasiswa baru disalah satu kampus dikota ini. Dilla, begitu ia biasa disapa. Mulai beranjak pergi meninggalkan rumahnya.
"Ma, Pa, aku pergi dulu ya" Dillana menyalami kedua orang tuanya yang masih sibuk dengan sarapan.
"gak makan dulu nak?" tanya sang Mama - Ziah - pada anak semata wayang nya ini.
"nggak sempat Ma, bawain bekal aja ya" Ziah mengangguk menuruti permintaan puterinya.
"gimana kuliah? Enak?" tanya Papa - Kenzo - sambil sesekali memakan sarapannya.
"capek Pa, baru aja masuk. Tugas udah numpuk banget" Dillana bersandar dibahu Papa nya. Gadis ini sangat manja.
"makanya kalo Dosen ngejelasin itu didengerin. Jangan main mulu" tegur Ziah dan memberikan bekal makanan pada anaknya itu.
"iya..iya, udah ah aku pergi dulu. Bye Ma, Pa" Dillana mengecup kedua pipi orang tuanya itu secara bergantian.
Dilla melajukan Jazz putih susunya dengan sedang. Karena ini masih sangat pagi dan ia sangat yakin bahwa ia tak akan terlambat.
***
"TIANA!" teriak seorang gadis, membuat yang dipanggil mendengus, namun tetap menoleh kearah gadis tersebut, ia menyengir lebar.
"berhenti manggil gue Tiana! Panggil gue Arsy kek kayak yang lain" bentak gadis ini pada sahabatnya itu.
Dillana tertawa melihat ekspresi menakutkan Arsy, ah tidak Tiana maksudnya "gak mau, lo tuh gak cocok dipanggil Arsy. Cocoknya Tiana" Dillana merangkul Tia berjalan bersisian. Sesekali mereka tertawa.
"eh lo udah belom makalahnya Ibu Susi?" tanya Tiana, mukanya terlihat suram kalau membahas Dosen yang satu itu.
"belom lah, gila lo! Susah banget tau, masih Kata Pengantar gue mah" Dillana mengucapkannya dengan menggebu-gebu.
"yee, gue udah Bab 1. Berarti masih hebatan gue dong"
"iya deh iya" Dillana menoleh kearah Tiana "eh lo sama Kak Gio gimana? Udah balikan?"
Tiana tertawa dan malah menoyor kepala sahabatnya itu "gue minta putus sama dia, eh dianya gak mau. Hahaha, ketahuan dah tu, dia cinta mati sama gue"
Dillana cemberut "enak ya lo, punya pacar yang cinta sama lo, gak kayak gue. Punya pacar rasa ambar. Gak ada rasanya, sama kek jomblas"
"sabar kali, cinta kan butuh pengorbanan" ucapan Tiana membuat Dillana mendengus "pengorbanan gue kurang apa coba"
"udah ah, pagi-pagi masa galau" Tiana mengacak rambut Dillana, dan gadis itu tau bahwa Tiana berusaha menyemangatinya dengan caranya sendiri.
***
"sibuk banget sih Al" tegur Gio dan memberikan satu soft drink pada sahabatnya itu.
Aldino menoleh sebentar dan kembali fokus pada laptopnya. "laporan yang diminta bokap gue belum selesai, deadline banget" jawabnya sesekali menengguk minuman yang diberikan Gio.
Gio mendengus "lo tuh ya, ini tuh kampus, tempat buat belajar, bukan bikin laporan lo itu. Lagian bokap lo ngebet banget dah, lo tuh baru semester tiga tapi udah disuruh nanganin perusahaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [✔️]
RomanceAku fikir dia adalah takdirku. Karena jujur aku sungguh mencintainya sejak lama. Aku sangat menunggu akan hal ini. Kami menikah, dia menikahiku. Aku pikir karena memang dia mencintaiku. Ternyata aku salah, aku hanya menjadi tamengnya. Dan dia tak pe...