Backsound : Chen - I'm not okay
Dillana melakukan aktivitas seperti biasanya. Memasak, menyiapkan sarapan untuk Aldino. Gadis itu kemudian duduk dimeja makan untuk menyantap sarapannya sendiri. Kebetulan ia sudah kembali kuliah dan ada kuliah pagi hari ini.
Aldino duduk dihadapannya, mereka menyantap makanan dalam keadaan diam. Dillana sendiri enggan untuk membuka mulutnya.
“biar aku yang cucikan” Aldino dengan sigap mengambil piring kotor miliknya dan milik Dillana, kemudian pria itu mencuci piring itu dengan telaten.
“kamu mau kemana?” tanya Aldino setelah selesai mencuci piring itu.
“kuliah”
“tunggu disitu, biar aku antar” Aldino berlari menuju kamarnya dan mengambil jaket, dompet, serta kunci mobilnya.
“kenapa selalu seperti ini? Kenapa saat aku menyerah, kamu baru berjuang. Kenapa saat aku berjuang dulu kamu abaikan aku? Andai kamu tau sakitnya seperti apa” batin Dillana, gadis itu tersenyum miris. Tapi ia tetap mengikuti langkah pasti Aldino.
“nanti kamu pulang jam berapa? Biar aku jemput” Aldino melepaskan seatbelt yang dikenakan Dillana.
“jangan seperti ini, jadilah diri Kakak yang biasanya” ucap Dillana, gadis itu turun dari mobil Aldino tanpa menoleh lagi. Ia menguatkan dirinya untuk melanjutkan apa yang ia mulai.
***
Valdo dengan setia menggandeng tangan Diany, ia menemani istrinya itu untuk cek kehamilan. Sudah memasuki bulan kedua, dan baru sekarang mereka memeriksanya.
“nah, Bu Diany, silahkan berbaring” kata asisten Dokter yang berjaga, ia membantu Diany untuk berbaring dengan nyaman.
Asisten Dokter itu mengoleskan gel ke perut Diany. Reni – nama Dokternya – dengan sigap meletakkan alat pendeteksi keatas perut Diany yang sudah diberi gel.
“perkembangannya baik ya, ini usia kandungannya sudah masuk sepuluh minggu”
“yang mana ya Dok?” tanya Valdo penasaran, ia hanya bisa melihat gambar buram yang aneh, menurutnya.
“ini Pak. Yang seperti biji kacang” Dokter Farah menunjuk kearah layar monitor dan Valdo mengangguk melihatnya.
“oke, kita dengar detak jantungnya ya” Dokter Reni mengidupkan suatu alat dan terdengar detakan yang begitu cepat dari janin Diany.
Dokter Reni menutup baju Diany dan memberikan beberapa vitamin untuk Diany. “makannya gak papa banyak, yang penting bernutrisi. Kalo lagi hamil gini, jangan takut gendut ya Bu” canda Dokter Reni , Diany menanggapinya hanya dengan kekehan.
***
“lo beneran gak Papa?” tanya Tiana masih menyodorkan beberapa makanan pada Dillana.
“emang gue kenapa?” tanya Dillana balik, gadis itu memakan makanan yang disodorkan Tiana, nafsu makannya sangat besar saat ini.
Tiana menggedikkan bahunya saja. Ia tau kalau gadis itu menyembunyikan kesedihannya. Dan ia tak mau menambah kesedihan pada sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [✔️]
RomanceAku fikir dia adalah takdirku. Karena jujur aku sungguh mencintainya sejak lama. Aku sangat menunggu akan hal ini. Kami menikah, dia menikahiku. Aku pikir karena memang dia mencintaiku. Ternyata aku salah, aku hanya menjadi tamengnya. Dan dia tak pe...