1- MOS

601 47 55
                                    

Day 1 MOS

"Nadilaaa bangun hari ini sekolah apa ngga?" Aku langsung terbangun ketika pembantuku, mba Ina membangunkanku.

"hmm"

Selesai mandi dan urusan lainnya, aku langsung berangkat ke sekolah naik ojek langgananku. Sepanjang perjalanan aku selalu berkomat-kamit, berdoa agar bisa mendapatkan teman yang tepat.

Aku sebenarnya termasuk ke dalam tipe orang yang sedikit susah untuk berkenalan dengan orang baru. Bukan karena aku gugup tapi, aku tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan orang baru dan aku takut salah berbicara.

"semua murid kelas 10 harap ke pendopo sekarang." Suara dari speaker yang menggema ke seluruh bagian sekolah menuntunku ke tempat yang harus dituju.

Aku duduk dibarisan paling belakang. Tapi, jujur saja aku sendiri tidak tau ini barisan IPS atau IPA. Dan ngga berani buat nanya juga.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh bagian pendopo, berharap akan menemukan satu dua orang yang aku kenal. Sebenarnya aku menemukan beberapa orang yang aku kenal. Hanya saja aku tidak berani untuk menyapa, karena aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Hanya sekedar tau saja.

Ketika istirahat, aku memutuskan untuk mencari dimana barisanku yang sebenarnya.

"Eh, ini kelas 10 C bukan?" Tanya ku kepada anak perempuan yang tidak asing, seingatku dia adalah teman satu smp denganku di sekolah lama.

"iya ini kelas 10 C." Jawabnya dengan wajah keheranan. Yang bisa aku tebak bahwa dia juga mengenalku. Dulu, kami berada di SMP yang sama.

Dia, Sabita salah satu 'calon' teman dekatku yang pertama.

•••

"Gimana mba hari pertama SMA?" Tanya Shila--adikku.

"Biasa aja, ngga ada yang gimana-gimana."

"Terus, lu udah dapet temen?" Tanyanya yang hanya aku balas dengan bergidik tidak tau.

•••

Day 2 MOS

Dihari ke-2 aku tetap saja telat dan terpaksa mengulang kejadian kemarin--baris dibarisan entah berantah dan duduk dipaling belakang.

tapi, ketika aku berusaha untuk cuci mata--mencari cogan lebih tepatnya, aku justru melihat seseorang yang mungkin ku kenal dari sekolah lama ku. Aku ingat jelas namanya. Dia, Alvian Narel teman dekat mantanku dulu. Ganteng juga ya sekarang.

Dan sialnya, ketika aku sedang asyik mencuri-curi pandang kearahnya, saat itu pula ia menengok kearahku dengan tatapan yang sama seperti Sabita ketika menatapku untuk pertama kalinya. Mungkin dia berfikir 'kayak kenal, tapi siapa ya?' atau yang lebih buruk 'apaan deh tu cewe ngeliatin mulu'

Seketika, aku langsung memalingkan pandanganku ke tempat lainnya. Tapi aku tau, pasti dia sadar bahwa aku tadi mencuri-curi pandang kearahnya.

'bodo amat lah paling dia lupa gua.'

•••

"Sekarang untuk yang beragama muslim bisa langsung ke masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah dan untuk yang non-muslim bisa ikut Bu Maria ke aula untuk acara keagamaan." Ucap Pak Bambang--guru pembimbing mos tahun ini.

Nadila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang