17- Happy Birthday!

184 13 0
                                    

Aku berjalan di lorong sekolah dengan mata sembab karena menangis sepanjang malam. Mata sembab itu sudah aku usahakan agar tidak terlihat dengan cara menutupinya dengan sapu tangan untuk menutupi mukaku.

Hari ini, rencananya aku akan mengajak Alysa terlebih dahulu untuk duduk bersama, jika dia tidak mau maka aku akan bertanya kepada Raissa dan jika Raissa tidak mau aku terpaksa duduk sendiri dibangku kosong yang berada tepat di pojok belakang kelas.

Aku melihat kelas yang masih sepi, karena faktanya ini memang masih pukul 5.50 masih ada 40 menit dari bel tanda pelajaran dimulai, jadi tentu saja kelas masih sepi. Alysa sudah datang dan sialnya Sabita juga sudah duduk disampingnya, aku tidak mungkin mengajak Alysa untuk duduk bersama. Jadi, kuputuskan untuk mengagalkan rencana yang baru saja ku buat beberapa menit lalu.

Aku melewati mereka berdua dengan muka datar seraya mencari tempat kosong untuk menaruh tas sementara sambil menunggu Raissa yang belum kunjung datang.

Aku berusaha untuk tidak memperdulikan mereka berdua yang sekarang sedang tertawa, entah apa yang ditertawakan. 20 menit kemudian aku mengalihkan pandanganku dari handphone kearah seseorang yang baru saja masuk ke kelasku, dia berjalan kearah mejaku tapi sebelumnya dia menyapa Sabita terlebih dahulu.

"Lo megang hape tapi kaga bales line gua, jahat dasar ibu tiri," dia duduk bangku depanku. Aku hanya mengangkat sebelah alis lalu melanjutkan aktifitas bacaku.

"Nad, mata lo kenapa? Kok bengkak? Lo bintitan ya?" Ucapnya sambil bercanda walaupun aku merasa ada nada khawatir didalamnya, atau hanya aku yang terlalu ke-geer-an

"Iya bintitan," jawabku sekenanya. Jujur aku tidak tau kenapa aku bisa se-moody ini.

Alvian menghela nafas, "Nad, 10 menit lagi masuk. Gua kesini cuma mau mastiin lo masuk ke sekolah atau ngga, soalnya line gua gak lo bales-bales. Kalo ada apa-apa lo bisa ceritain ke gua, itu gunanya temen." Lalu dia bangkit dari hadapanku ke luar kelas.

Aku menatap badannya dari belakang sebentar, lalu melirik Sabita yang daritadi memasang tampang kebingungan sambil mengucapkan 'what's going on?!' tanpa suara. Aku mengangkat bahu tidak memperdulikan tatapan Sabita dan langsung pergi ke meja Raissa untuk mengajaknya duduk bersama.

***

Hari yang cukup sulit. Biasanya aku akan makan bekal, bercanda, mengobrol, sholat besama mereka. Tapi, hari ini aku menghindar. Itu juga karena mereka seperti menjaga jarak denganku. Lebih baik aku menghindar duluan sebelum mereka yang mengusirku kan?

*KRING* 'seluruh jam pelajaran telah selesai, sampai jumpa esok pagi dengan semangat baru. Take care on the way home and have a nice day.'

Aku bersyukur akhirnya bel pulang akhirnya berbunyi. Setelah berpamitan dengan Raissa dan beberapa teman kelas yang lain aku langsung kebawah untuk melihat ojekku sudah datang atau belum.

"Nad!"

"Eh? Iya kak?" Aku berhenti  berjalan ketika Kak Daffa berlari kearah ku.

"Ehm.. nanti kamu di rumah kan?" Ucapnya sambil sedikit terengah-engah.

Aku mengangguk, "kenapa?"

Senyum mengembang di bibirnya, "gapapa kok, ehm.. di rumah ada siapa aja biasanya?"

"Gatau juga sih, cuma biasanya ada Shila sama mba doang." Aku sedikit heran, kenapa dia bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu?

Nadila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang