"Ini salah gua ya kayaknya?" Alvian berjalan ke arah ku sendirian.
"Salah lo?"
Alvian mengangguk, "iya, salah gua Ega jadi marah."
Aku menghela nafas panjang, "ohh itu, menurut gua sih lo harus minta maaf Al."
"Iya, omongan gua tadi emang parah setelah dipikir-pikir."
Aku diam tidak membalas perkataannya, hanya memberikan anggukan kecil untuk memberi respon. Aku lanjut berjalan masuk ke dalam rumah Alvian, untuk kembali ke tempat awal—taman belakang.
Saat aku berjalan, aku berpas-pasan dengan tiga teman ku. "Baru aja kita mau nyari lo Nad."
"Pada pulang kapan?"
Alysa menunjukan handphone nya kepadaku, "nih gua udah mesen gojek, yang lain juga udah."
Aku menganggukan kepala, "yaudah deh, gua ambil tas dulu ya." Lalu kembali berjalan menuju taman belakang lalu mengambil tas yang tadi aku tinggal.
"Nad, mau gua anter pulang?"
Suara Alvian yang terdengar dari belakang membuatku berbalik badan untuk memastikan apakah itu benar-benar Alvian. "Gausah, gua pake ojek online aja."
"Gapapa udah, gua aja yang nganter. Ini udah jam sibuk, biasanya mahal. Lagian gua gabut di rumah gak ada apa-apa juga."
"Serius gapapa?"
"Dua rius malah," Alvian mengacungkan dua jarinya—telunjuk dan tengah.
"Yaudah deh,"
Alvian tersenyum senang dan dengan seenak jidatnya langsung merangkul pundakku. Dengan cepat, aku melepaskan tangannya yang berada dipundakku. "Gua tonjok lu sumpah." Dia hanya membalas dengan cengengesan lalu menaruh kedua tangannya dikantung kanan dan kiri yang ada dicelananya.
"Galak ih, suka!"
"Najis." Aku mempercepat jalanku agar bisa menjauhi dedemit yang sedaritadi berjalan seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru. Walaupun sebenarnya, hatiku sama seperti tingkah Alvian saat ini. Hanya tidak aku tunjukkan saja.
"Nadila! Jangan cepet-cepet dong jalannya! Nanti pangeran keringetan nih!"
"Iya! Minum tuh keringetnya sekalian!"
Suara terbahaknya Alvian terdengar ke telingaku membuatku geli sendiri. Tanpa sadar, aku tersenyum kecil dibuatnya.
***
Hari ini hari minggu, yang berarti aku bisa bersantai. Melupakan semua drama yang terjadi di sekolah, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku juga memutuskan untuk tak membuka handphone untuk hari ini saja. Aku sedang tidak mau terpengaruh dunia luar yang seperti virus sedang mencari tempat berlandas.
Dari kemarin, tidak banyak yang bisa ku lakukan. Hanya menonton TV, membaca novel yang sudah ku pinjam dari teman, makan, dan tidur. Diselangi oleh ibadah 5 waktu.
Sebenarnya, hari ini orang tuaku mengajak untuk pergi keluar. Tapi seperti yang ku bilang tadi, aku sedang tidak ingin terpengaruh dengan dunia luar. Aku takut, nantinya tanpa sengaja bertemu orang-orang yang belum ingin ku temui. Memang, kata yang digunakan seharusnya bukan lah 'orang-orang' karena kata itu mengandung unsur jamak. Sedangkan untuk kasusku, hanya satu yang tidak ingin ku temui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadila
Ficção AdolescenteBagaikan ombak yang menyapu habis daratan, kehidupan Nadila yang awalnya berjalan seperti sewajarnya berubah setelah ia dekat dengannya. Lelaki usil yang banyak diidolakan oleh kaum hawa penghuni sekolah, dan kakak kelas tampan yang memiliki sejuta...