Satu minggu berlalu, minggu kemarin adalah saat-saat ujian akhir semester satu. Selesai ujian, aku masuk ke minggu dimana pekan remedial dimulai.
"Ini ada kertas dari Bu Dian nama-nama yang remed matematika minat, gua bacain aja ya!" Seru Ricky di depan kelas.
"Syifa, Cila, Nadila, Nancy kalian ke ruang guru buat nanya remednya gimana." Lanjutnya
Bagus sekali, nama ku disebutkan sedangkan teman-temanku yang tiga lainnya tidak.
"Ah elah males banget deh gua remed sendirian, lu pada ngga remed,"
"Sabar ye," ucap Sabita sambil mengelus-elus kepala ku kasar. Maksudku bukan elus tapi, menrauk kasar kepalaku. Sangat membantu.
***
Ketika aku turun menuju ruang guru untuk menanyakan remedial, aku baru menyadari bahwa Alvian ternyata akan mengikuti remedial juga. Semoga saja dia tidak melihatku yang kena remedial juga, gak enak aja kalo ketauan bodohnya sama orang yang disuka.
Aku mengambil absen remedial kemudian menandatanganinya.
"Udah selesai? Boleh pinjem?"
Sial
Itu pasti suaranya Alvian
Ketauan deh ini kalo gua bego"Udah, nih." Kataku sambil memberikan absen kepadanya.
Bisa-bisanya aku tidak melihat nama dia diabsen dan bisa-bisanya aku tidak sadar bahwa dia berjalan kearahku. Harusnya aku tadi tidak berlama-lama menandatangani absen ini.
Aku langsung pergi ke arah guru yang mengajarku dan mulai melaksanakan remedial matematika ku dengan tidak fokus.
***
"Nadila! Tadi katanya yang panitia disuruh turun ke aula." Ujar Alysa ketika aku sampai di kelas. Yang lainnya sedang remedial mata pelajaran lain, sedangkan Alysa tidak kedapatan remedial sama sekali. Padahal menurutku yang paling pintar itu Caca dan Sabita--kadang tapi yang selalu hoki dalam nilai adalah Alysa. Kalo aku yang sial-sialnya. Hehe.
"Ohhh ok, gua ke bawah ya Sa."
Tepat ketika aku sedang berjalan ke aula-- sendirian, tiba-tiba suara itu terdengar lagi.
"Nadila! Bareng dong," Serunya yang tidak lain adalah Alvian. Aku langsung berhenti dan menengok ke belakang, "ayok aja" jawabku senormal mungkin.
Aku sangat amat tidak bisa berada di dekatnya. Entah mengapa, selalu seperti ini apabila aku dekat dengan orang yang aku suka. Tapi, jangan sebut Nadila apabila tidak bjsa menyembunyikan perasaannya.
"Untuk seluruh panitia, sekarang kami akan membagikan kelompok sesuai dengan tugas kalian masing-masing dan setiap kelompok memiliki satu pembina dari pengurus osis." Seru Pak Fauzi--guru yang mengurusi osis di sekolahku.
"Eh Nad, tadi lu remed ya?" Tanya Alvian yang sekarang duduk disampingku. Kebetulan kami memang satu kelompok lagi sekarang.
'Ketauan kan.'
"Iya, lu juga kan tadi?"
"Iyaa, lu tadi remed--"
"Tolong jangan ada yang mengobrol dulu ya." Ucap kakak yang kutebak adalah salah satu pengurus osis.
"Oke, perkenalkan nama saya Daffa Ega kalian bisa panggil kak Daffa atau kak Ega, terserah. Disini saya akan menjadi pembina dikelompok ini, dan bagian kita itu konsumsi. Jadi, untuk makanan dan minuman peserta lomba yang bertanggung jawab kita semua. Mengerti?" Ucap Kak Daffa--aku memutuskan untuk memanggil Kak Daffa saja karena itu nama depannya. Yakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadila
Teen FictionBagaikan ombak yang menyapu habis daratan, kehidupan Nadila yang awalnya berjalan seperti sewajarnya berubah setelah ia dekat dengannya. Lelaki usil yang banyak diidolakan oleh kaum hawa penghuni sekolah, dan kakak kelas tampan yang memiliki sejuta...