19- Hati-hati Nadila

157 12 1
                                    

Hari ini giliran aku pulang bersama Alvian. Tapi, sebelumnya aku diajak olehnya ke warung soto kesukaannya karena aku sempat memberitahunya bahwa aku sangat menyukai soto kuah kuning dan kebetulan dia tahu warung yang menjual soto enak.

"Al, sampe gak enak lo ya yang bayar." kataku yang ragu dengan warung soto pilihan Alvian.

"Santuy." Balas Alvian dengan gaya tengilnya.

"Bang! Sotonya dua ya! Yang satu gak pake sayur sama sekali, satunya lagi.. lengkap kayaknya. Iya kan Al?" Aku menepuk bahu Alvian pelan untuk menanyakan pesanannya.

Dia menggaguk. "Iya, komplit."

Kami berdua duduk berhadapan dimeja kosong yang hanya cukup untuk dua orang itu.

"Gua baru tau loh, lo ternyata gak suka sayur." ucapnya ketika kami menduduki meja kosong yang ada di warung ini.

Aku menengok kearahnya, "iyalah, lo kan gak pernah nanya sama gua."

"Iya juga sih." jawabnya sambil memangutkan kepala.

Sebenarnya, aku tahu fakta tentang Alvian yang sangat menyukai sayur. Atau mungkin dia bisa dikategorikan vegetarian mungkin? Entahlah, aku tahu fakta itu pun baru-baru ini dari Caca yang menguping pembicaraan orang lain.

"Ini neng, pesenannya."

"eh, iya bang makasih ya." Ucapku ketika makanan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.

Tidak banyak percakapan yang kami lontarkan satu sama lain. Entahlah, tiba-tiba aku merasa sangat awkward bersama Alvian. Mungkin Alvian merasa biasa saja. Tapi.. sejak pernyataannya waktu itu, aku sedikit merasa gugup saja.

Setelah membayar makanan, aku dan Alvian langsung keluar dari warung tersebut untuk kemudian ke rumahku. Sama seperti saat makan, aku dan Alvian tidak banyak bercakap selama perjalanan. Hanya sepatah duapatah yang terlontar dari mulut kami.

Aku turun dari motornya kemudian memberikan helm miliknya. "Makasih ya Al, gua masuk dulu."

Alvian menahan tanganku lalu berkata, "lo sabtu ini kosong gak?"

Aku mengerutkan dahi, "Kayaknya sih iya, emang kenapa?"

Alvian tersenyum manis, "Gua kan masih punya janji buat ngajak lo pergi, lupa ya?"

"Oiya! Hehe baru inget." Kekehku setelah mendengar perkataan Alvian.

"Yaudah, nanti gua line aja ya Nad. Assalamualaikum!" Alvian langsung menghidupkan mesin motornya, tak lupa tersenyum kearahku kemudian mulai menjalankan motornya.

Waalaikumsalam, jawabku dalam hati yang berbunga. Alvian selalu saja punya sejuta cara untuk membuatku tersenyum.

***

"Nadila pergi ya! Assalamualaikum!" Ucapku tergopoh-gopoh seraya memakai sepatu sekolah.

Ya, hari ini aku terlambat bangun. Aku baru saja bangun sekitar pukul 6 sedangkan aku harus mandi dan lain-lain selama 25 menit lalu perjalanan dari rumahku menuju sekolah kurang lebih 20 menit. Bisa dipastikan aku akan terlambat masuk sekolah jika begini caranya.

"Iya! Hati-hati ya nak!"

Aku langsung menaiki motor ojek langgananku tanpa basa-basi. Setelah beberapa menit, Aku akhirnya sampai di sekolah. Sialnya, tebakanku tentang aku akan telat itu benar. Sekarang, aku terjebak diantara murid-murid lain yang sama sialnya denganku.

"Nadila? Kamu terlambat juga? Hahaha sama dong kita."

Aku yang sedang baris menengok ke kanan ketika mendengar namaku terpanggil.

"Loh? Kak Daffa? Tumben kak telat." Ini serius, Kak Daffa adalah salah satu orang yang sangat jarang terlambat datang ke suatu tempat. Apalagi sekolah?

"Iya, tadi bangunnya gatau kenapa agak siangan gitu. Kamu juga kok bisa telat? Bukannya kamu selalu dateng pagi ya?"

Aku langsung menggaruk kepala seraya tersenyum malu, "eh iya kak gua begadang soalnya, hehehe"

Kak Daffa yang melihat tingkahku tersenyum manis dalam diam.

Saat itu, Nadila tidak menyadari bahwa ditempat lain, seorang perempuan melihatnya dari balkon sekolah dengan wajah kesal. Sayangnya, wajah kesalnya tidak bertahan lama. Karena sekarang wajahnya sedang menampakkan senyum jahat seperti tokoh antagonis yang biasa ada didalam drama ftv.

***

"Nadila! Tadi katanya lo dihukum ya gara-gara telat? Kok bisa sih?" Ucap Sarah yang tiba-tiba menghampiri kelasku ketika Sabita, Alysa, dan Caca pergi ke kantin.

"Kemaren gua begadang, jadi.. ya gitu deh." Jawabku sambil melanjutkan memakan bekal.

"Yeh, pantesan aja. Yaudah, gua mau nanya itu aja. Gua balik yaa Nad! Dadah!" Sarah melambaikan tangan kearahku lalu berlari keluar dari kelasku.

Aneh, untuk apa dia menanyakan hal yang tidak penting seperti itu?

Entahlah, mungkin dia tidak sengaja melihatku dihukum tadi.

***

Aku sekarang sudah berada di rumah. Mengapa cepat sekali? Karena memang tidak ada yang penting untuk aku ceritakan kepada kalian. Sebenarnya, aku seharusnya sekarang merapihkan buku untuk sekolah besok, tapi aku terlalu malas untuk bergerak dari kasur sekarang.

*you got an email*

Aku langsung bangkit dari tidurku ketika mendapatkan notifikasi itu, lalu membuka email tersebut. Disana, nama pengirim emailnya anonymous628729@gmail.com dan didalam email tersebut ada beberapa perkataan yang sedikit mengejutkanku.

Oh hello Nadila,

Gimana rasanya bisa deket sama dua orang yang famous sekaligus? Seneng ya? Aku mau ngasih selamat dulu nih sebelumnya, selamat bersenang-senang Nadila sebelum tersedu-sedu diakhir.

-16

Aku mengenyit ketika selesai mambaca email singkat tidak jelas itu. Maksudnya apa tersedu-sedu? Memang apa yang akan terjadi?

Pasti orang yang mengirimkan email ini dari kecilnya suka menonton ftv makanya jadi dramatis seperti ini. Terserahlah, lebih baik aku mendiamkan email aneh ini daripada aku jadi ikutan aneh seperti pengirim email itu.

***

Gua udah 2 minggu gak update ya? HEHEHE

Jadi tuh, gua udah buat 3 chapter-an gt sebenernya. Cuma karena gak suka jadi diapus lagi deh trus belom sempet buat nulis lagi, maap keun

Nadila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang