8- Classmeeting

219 26 4
                                    

"Eh, ini tolong bagi-bagiin dah ke anak-anak futsal."

Aku dan Alvian hanya menganguk menuruti perintah Kak Daffa, Alvian membawa sebagian besar minuman sedangkan aku hanya membawa lima botol saja. Tadinya aku memaksa untuk membawa lebih banyak lagi tapi katanya, "Jangan, kalo diliat orang gua malu. Masa gua biarin cewe ngebawa berat-berat gini. Apalagi kalo ketauan Sarah, bisa digibeng," karena itu aku memutuskan untuk diam dan membiarkan Alvian kesusahan membawa minuman sebanyak satu kardus itu.

Omong-omong, aku sudah memberitahu Alysa tentang Alvian saat aku sedang video call dengannya. Awalnya keceplosan tapi, akhirnya aku memutuskan untuk menceritakanya dengan lebih jelas. Toh, tidak ada salahnya juga kalau dia tau tentang Alvian. Mungkin lain waktu aku akan memberi tau Sabita juga.

Dan omong-omong lagi, tiga anak setan itu hari ini tidak masuk. Alasannya simple, mager. Jadi, sekarang aku tidak mempunyai teman--atau bisa jadi punya tapi aku belum menganggapnya sebagai teman; pertama karena dia laki-laki, kedua karena aku suka padanya.

"Nad, tolong kasih-kasihin deh ke anak-anak futsal."

Aku tergelak dan melotot kearahnya, "Lo gila? Yakali mereka cowo semua trus gua cewe samperin gitu bagi-bagi minuman? Mending lo aja deh yang bagiin gua yang pegangin kardusnya aja."

"Iya juga sih, yaudah lu tunggu sini bentar. Jagain kardusnya," Dia langsung pergi sambil membawa beberapa botol air untuk dibagikan ke cowo-cowo futsal yang ada di samping lapangan.

"Dek, ini yang belom dapet siapa aja? kayaknya sisa dikit deh."

Aku menengok kearahnya, "Eh iya kak ini kayaknya udah pada dapet, soalnya anak futsal udah pada dapet trus basket juga."

"Ohh bagus deh, Alvian mana?" Tanya nya sambil mengambil satu minuman dari kardus. Memang rencana awalnya sisa minuman akan dibagikan kepada pengurus osis dan panitia, jadi aku membiarkan dia mengambil satu botol.

"Itu kak," Aku menunjuk kearah Alvian yang sedang membagikan minuman ke orang-orang.

Kak Daffa hanya memanggut-manggut mengerti, "Yaudah, ini mau aku bantuin bagiin ke anak osis gak?"

"Boleh kak," Jawabku canggung. Karena biasanya walaupun dia sedang berbicara ke adik kelas dia akan menggunakan saya-anda atau lu-gua. Tapi, kali ini dia kelepasan menggunakan aku. Mungkin dia tidak sengaja? Atau dia hanya ingin bersikap formal? Mungkin.

Aku dan Kak Daffa sampai di ruang osis, tempat yang ku bayangkan dimana semua orang mengurusi ini itu dan ternyata salah besar. Sebagian besar dari mereka hanya berleha-leha seperti bermain hp, mengobrol, nge-charge, sampai selfie. Mereka membiarkan para adik kelas calon osis yang mengerjakan ini itu. Tipikal senior.

"Wey, gua bawa minuman nih gratis yang mau ambil aja kardusnya gua taro sini yak!" Kak Daffa menaruh kardus berat berisi minuman itu di samping pintu. Dalam sekejap, botol-botol minum dalam kardus itu lenyap tidak bersisa. Padahal aku sendiri yang daritadi bersusah payah berjalan kesana kemari memberikan minum itu ke orang-orang tidak kebagian sama sekali. Tidak satu teguk pun.

"Nad, kamu udah minumkan?" Ucapnya sambil memberi kode untuk ke luar dari ruang osis.

'belom lah, baru mau ambil udah diserbu'

"Udah kok kak," jawabku, bohong.

"Ohh, takutnya kamu gak kebagian padahal udah susah-susah bagiin"

Nadila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang