"Libur telah tiba, libur telah tiba, hore! hore! horee!!" Sepanjang perjalanan aku menyanyikan lagu itu tanpa henti dengan senyuman yang mengembang di bibirku.
"Berisik lu," Aku langsung berhenti bernyanyi ketika mendengar cibiran dari Shila, adikku. Aku membalas cibiran Shila dengan desisan kecil tanpa berniat untuk membalas perkataanya.
Sekarang, kami berada di Bandung. Aku dan keluarga besarku sedang berlibur disini, istilah kerennya Family Gathering. Keluarga besar yang ku maksud adalah benar-benar keluarga besar dari mama. Kebetulan, aku bisa dibilang sangat dekat dengan saudara-saudara dari mama. Saking dekatnya, aku dan saudara yang sepantaran denganku mempunyai geng bernama Red Sixth. Alay? Memang.
Malam ini, para kakak sedang keluar dari hotel mencari angin, entah angin apa yang mereka cari dan para adik hanya menonton tv di kamar. Walaupun aku termasuk ke dalam kategori para adik, aku memutuskan untuk keluar dari hotel sendirian dan berjalan-jalan disekitar hotel. Aku tidak ingat nama daerah ini tapi, menurutku daerah ini sama seperti daerah Tebet versi Bandung.
"Nadila?"
Aku menyipitkan pandanganku untuk melihat dengan jelas siapa yang baru saja memanggilku, "Loh? Kamu di Bandung juga?" Tanya nya.
"Eh, iya kak hehehe" Aku tersenyum kikuk ketika melihat dia. Rasanya masih malu karena kejadian bodoh ketika classmeeting waktu itu.
Dia tersenyum ramah kemudian membalas perkataanku, "Kamu sendirian di Bandung?"
"Ngga kak, ini sebenernya lagi family gathering gitu tapi, gua bosen aja di hotel jadi jalan-jalan sendirian deh," Kak Daffa membalasnya dengan anggukan kecil lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Eh gimana kalo makan di café itu? Kata sodara aku sih enak," katanya sambil menunjuk kearah tempat yang penuh dengan remaja-remaja seusia kami.
"Boleh kak! Kebetulan gua belom makan sih, hehehe" Kak Daffa menatapku tersenyum lalu menarik tanganku ke tempat itu. Yap, ditarik.
Kami duduk di rooftop yang menghadap langsung ke Kota Bandung. Terlihat sangat cantik dari sini. Kelap-kelip kota yang ditimbulkan oleh lampu-lampu disana-sini menambah kesan indah, ditambah lagi penampakan pegungungan yang seolah mengelilingi kota cantik ini. Aku diam tersenyum sambil menatap indahnya kota didepanku ini. Tapi, lama-lama aku menyadari sesuatu. Sedaritadi, Kak Daffa menatap kearahku sambil tersenyum. Bukannya aku ke geeran tapi, pasti kalian akan menyadari bukan jika seseorang memperhatikan mu?
"Kenapa?" Tanya Kak Daffa tiba-tiba.
Aku menengok kearahnya bingung, "apanya yang kenapa kak?"
Dengan senyuman yang manis dia membalas perkataanku, "Kenapa aku suka ngeliat kamu diem senyum kayak tadi? Jangan-jangan kamu nge pelet aku ya? Atau kamu cenanyang?" Katanya sambil menaruh nada humor didalamnya.
1 detik
2 detik
3 detik
"HAHAHHAHAHAHA apaan sih lu kak? Ngakak dah, yakali gua cenayang." Aku tertawa setelah tiga detik menyerap kata-kata darinya. Sebenarnya aku cukup tersipu dengan gombalannya itu, tapi untuk menutupinya aku berpura-pura saja tertawa agar tidak terlihat senyum-senyum tidak jelasnya.
"Hih, serius ini nanya nya." Candanya.
"Ck, yain" jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadila
Ficção AdolescenteBagaikan ombak yang menyapu habis daratan, kehidupan Nadila yang awalnya berjalan seperti sewajarnya berubah setelah ia dekat dengannya. Lelaki usil yang banyak diidolakan oleh kaum hawa penghuni sekolah, dan kakak kelas tampan yang memiliki sejuta...