16. Rindu

112K 6.7K 425
                                    

Hayyyy semuaa.. baru bisa update hihi abis UTS dan Alhamdulillah lancar..

Langsung aja deh yaa happy reading guyss..

Ini udah 5000 kata lohh Asli deh.. :D ^^

Maaf karena tadi wpku error hehe

**********

Author POV

Fian menatap makanannya tanpa minat, padahal biasanya ia selalu semangat setiap makan. Tapi saat ini yang diinginkannya hanya bergulung di bawah selimut hangat dan mungkin ditemani musik klasik yang bisa membuatnya nyaman.

"Makanlah sedikit, kamu ingin pulang kan? kondisimu harus lebih baik," Karel menatap khawatir Fian yang sejak pagi belum makan apapun.

Fian menggeleng lemah, "aku ingin pulang," gumamnya lebih untuk dirinya sendiri.

"Hah kamu bisa sekacau ini karena aku memukul Gavyn? sulit dipercaya,"

Reflek Fian menatap sinis Karel, udah enggak peka pake nyalahin orang lagi, batin Fian. "Aku ingin pulang," hanya itu kata-kata yang keluar dari bibir pucat Fian sejak tadi.

Karel bangkit dan langsung membopong Fian menuju ranjang. Mata Fian melebar dan reflek merangkul leher Karel.

Fian dibaringkan di ranjang dengan hati-hati setelah itu Karel ikut berbaring di sampingnya.

"Kalau tidak ingin makan, tidurlah," Karel menarik selimut untuk dirinya dan Fian. Lengannya terus mengusap kepala Fian hingga gadis itu tertidur pulas. Perlahan Karel mengusap pipi Fian yang lebam karena ulahnya, "maaf," lirihnya.

Ketukan pintu membuat Karel terpaksa beranjak meski malas. Setelah membuka pintu Karel disambut wajah cemas Fatar yang datang dengan Rain.

"Gimana kondisi Fian?" tanya Fatar to the point.

Karel menghela nafas, "demamnya sudah sedikit turun, tapi sejak pagi Fian susah makan," jawab Karel dengan lesu. Ia mempersilahkan mereka masuk dan duduk di sofa. Pagi ini Karel memang mengabari bahwa Fian sakit dan tidak bisa ikut pergi ke restoran milik Fatar.

Fatar dan Rain duduk di sofa sedangkan Karel duduk di ranjang sembari mengusap kepala Fian yang kembali gelisah dalam tidur. Karel mengambil kompres dan meletakkannya di kening Fian yang masih demam.

"Karel.." gumam Fian.

"Ssttt iya aku disini," bisik Karel.

Fian membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa nyeri dan kepalanya pusing. Perlahan matanya memburam dan semua gelap. Fian ingin membuka mata saat panggilan Karel untuknya terdengar panik tapi ia tidak bisa.

"Fian.. fi.." Karel menepuk pelan pipi Fian tapi tidak ada jawaban. "Tolong telfon dokter!" seru Karel.

Fatar segera menelfon dokter keluarganya sedangkan Rain langsung membantu Karel membangunkan Fian.

"Wajah Fian sangat pucat Karel," ucap Rain.

Karel mengangguk, "tolong ambilkan air kompres yang baru Rain," melihat Rain berbalik Karel segera menambahkan, "dan emm tolong buatkan teh hangat untuknya," suruhnya dengan lembut. Rain terdiam lalu mengangguk dan segera meninggalkan Karel dan Fian.

Setengah jam kemudian dokter datang dan langsung memeriksa Fian yang masih belum sadar. Karel terus duduk di samping Fian hingga dokter selesai melakukan pekerjaannya.

"Tidak perlu khawatir, istri Anda hanya kelelahan dan flu biasa,"

Karel menghembuskan nafas lega, gadis ini kenapa jika sakit mengerikan, batin Karel kesal. "Terima kasih dok,"

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang