2. Dinner (Repost)

106K 7.2K 85
                                    

Happy reading 😉😉😉

🍁🍁🍁

Saat ini Karel sedang menemani Fian berbelanja untuk keperluan nanti malam. Di butik terkenal ini Fian hanya bisa tercengang melihat koleksi pakaian-pakaian dengan harga yang fantastis, ada banyak anggka nol yang berjejer disana.

Fian sama sekali tidak berniat membantu Karel karena permintaan itu gila. Pura-pura menjadi kekasih Karel, siapa yang akan menolak tapi bukan itu masalah utamanya. Jika semua berlanjut pada tahap selanjutnya itu yang Fian takutkan, terlebih Karel ingin memperkenalkan dia dengan orang tua pria itu.

Pura-pura menikah, maaf-maaf saja tapi Fian tidak mau, dosa kata ayahnya. Lagipula dia juga tidak betah berdampingan dengan pria sedingin Karel. Fian adalah tipe orang yang tidak bisa diam jadi berdekatan dengan Karel membuatnya takut akan menjadi patung es berjalan. Membayangkannya saja sudah membuat Fian merinding.

Cukup lama Karel memilih hingga akhirnya pria itu mendapatkan apa yang dia mau. Sebuah gaun berwarna pastel dengan gaya simple sepanjang lutut yang sangat indah, iya indah pula harganya. Fian menerima gaun itu dengan ragu dan masuk ke dalam ruang ganti.

Gaun itu sangat nyaman dipakai, saat Fian menatap pantulan tubuhnya di cermin decak kagum keluar dari bibirnya. Ternyata gaun mahal bisa merubah seseorang. Kalau berpakaian seperti ini terus setiap hari mungkin dirinya bisa mendapatkan pria seperti Karel. Fian menggelengkan kepalanya, tidak boleh ada pikiran macam-macam. Dia segera keluar untuk meminta pendapat Karel karena ini memang acara pria itu.

“Emm Pak,” panggil Fian pada Karel yang sedang sibuk dengan ponsel.

Karel mendongak dan terdiam menatap penampilan Fian, matanya dengan intens menilai higga membuat Fian salah tingkah. “Cari aksesoris yang pas untuk gaun itu,” perintah Karel pada pegawai butik ini. Tidak ada satu pun pendapat yang keluar dari bibir pra itu.

Setelah semuanya selesai Karel langsung mengajak Fian pergi ke rumahnya, dari kabar yang Fian dengar rumah utama keluarga Rajendra itu sangat besar. Fian tidak berani membayangkan besarnya rumah itu. Selama di dalam mobil Fian hanya diam sembari menatap keluar jendela. Mobil itu memasuki pagar besar dan melewati jalanan panjang hingga sampai pada halaman utama.

Fian membuka mulutnya lebar-lebar, jadi ini rumah bosnya. Rumah dengan gaya eropa yang megah ini membuat Fian takjub. Bagaimana cara membersihkan rumah sebesar ini. Pastilah membutuhkan banyak orang untuk mengurus rumah ini.

Karel langsung keluar lalu memutari mobil, pria itu membukakan pintu untuk Fian. Sandiwara telah dimulai, Fian memasang senyuman manisnya karena mereka telah disambut oleh beberapa orang.

“Selamat malam Tuan muda, Bapak dan Ibu sudah menunggu di ruang makan,” ucap salah satu pria sembari menundukan kepalanya. Karel hanya berdeham dan tanpa diduga, lengan itu merangkul pinggang Fian dengan santai.

Fian melebarkan matanya, dia berusaha melepaskan lengan Karel. “Bapak, bisa tolong lepas? saya risih,” pinta Fian sembari berbisik. Dia tidak nyaman jika harus sedekat ini dengan Karel. Bisa dirasakan panas tubuh pria ini menempel pada tubuhnya.

Karel menoleh dengan pandangan elangnya, nyali Fian langsung menciut. Fian memilih untuk bungkam dan mengikuti semua permainan Karel. Dalam hati dia berdoa, semoga ada gaji bonus untuk pekerjaan menyusahkan ini.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang