15. Jealous

107K 6.5K 651
                                    

Hello guys.. i'm back hihi

Maaf karena updatenya lambat pake banget karena lagi ada problem di dunia nyata 😀

Langsung aja deh yaa happy reading dear 😉

********

Author POV

Fian menutup pintu dengan kencang. Dia langsung meloncat ke ranjang. Selalu begini, setiap dekat dengan Karel darah akan naik secara derastis. Bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta pada orang yang begitu menyebalkan seperti Karel. Fian rasa dirinya sudah tidak normal.

Lihat saja sekarang, seharusnya Karel mengejar atau setidaknya pura-pura mengejar karena ada Fatar disana.

Fian berdecak kesal dan melempar bantal Karel. Jangankan mengejar, ingat padanya saja tidak. Berharap pada Karel hanya akan membuang tenaga.

Fian memperhatikan wajahnya di cermin. "Not bad," gumam Fain. Tidak ada salahnya menghibur diri sendiri.

Pintu kamar dibuka, Karel masuk tanpa bicara apapun. Dia memilih untuk berbaring tanpa memperdulikan Fian. Hari ini dia sudah cukup kesal dengan alasan yang tidak jelas.

"Karel, apa aku terlihat imut dengan ini?" tanya Fian, "Karel!! aku imut kan? iya kan?"

Karel telungkup dan meraih bantal Fian untuk menutupi kepalanya. "Berisik!" omel Karel.

Fian terkekeh geli, dia suka melihat ekspresi kesal milik Karel. Mata elang itu akan semakin menajam, dengan alis tebal itu Karel justru semakin terlihat tampan. Fian menggelengkan kepalanya.

"Kamu ingin tidur? ck menyebalkan," ucap Fian sembari merangkak naik ke ranjang. "Ayolah Karel, aku bosan," rengeknya.

Fian menarik bantal yang menutupi kepala Karel tapi Karel tetap tidak peduli. Pria itu justru menutup kedua telinganya dengan telapak tangan dan tetap memejamkan mata.

Fian gemas dengan kecuekan Karel. Dia terus mengganggu Karel agar bangun, dari mulai mengacak rambut Karel dan merapikannya lagi sampai menarik-narik ujung t-shirt yang Karel gunakan. Entah kenapa dia bisa semanja ini dengan Karel, padahal satu bulan yang lalu bicara saja takut. Mungkin karena sikap hangat yang Karel tunjukan beberapa hari ini.

"Aku bosan Karel, jangan tidur," rengek Fian. Tidak ada respon dari Karel. Fian menghela nafas, dia berbaring dan menjadikan perut Karel sebagai bantal.

"Huhh aku harus melakukan apa sekarang," gumam Fian. Dia menoleh pada Karel yang sepertinya sudah tertidur.

Untuk mengisi waktu luangnya ini Fian memainkan ponselnya dan mengecek sosial media yang sudah beberapa hari tidak dia buka.

Ada banyak notifikasi masuk, tentu saja itu ucapan selamat dari para karyawan perusahaan. Ucapan-ucapan itu membuat Fian tersenyum geli karena selalu ada kata-kata memuji Karel yang terselip disana.

Fian menggulir layar ponselnya, dia mengerutkan kening. Postingan yang baru diunggah Putri pagi ini membuatnya menyipit curiga. "Wah ada batu dibalik udang! si Putri sama Pak Cakra ada hubungan ya."

Jemari Fian bergerak cepat menulis komentari di postingan sahabatnya itu.

Terbersit satu ide gila di otaknya, dia melirik jam dinding. Pukul setengah dua siang, berarti di Jakarta masih pukul setengah satu. Ini jam istirahat kantor, kalau dia memosting fotonya dengan Karel pasti kantor akan gempar.

Fian terkikik geli, dia tersenyum lebar kearah kamera. Ia mengambil beberapa foto dengan gaya berbeda. Setelah melihat hasilnya ia langsung memosting foto itu di beberapa sosial medianya. Ia menambahkan keterangan untuk foto itu.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang