34. Melihat Fian dan Raka

104K 5.7K 513
                                    

Hay semuaaa mohon maaf karna update lama, jadwal kuliah padet jadi mudah2an kalian bisa ngerti yaa ^^

Yapp langsung aja happy reading guys.. ini udah 6395 kataa lohhh puanjangg wkwk

🍁🍁🍁

Jika dulu sebutan Karel di kantor adalah manusia datar dan es berjalan, maka sekarang sebutannya bertambah menjadi manusia manekin es yang datar. Dia seperti manekin yang hidup dengan raut wajah dingin. Tidak ada senyum dibibirnya, tidak ada kemarahan diwajahnya. Mungkin jika pria itu berdiri tanpa menggerakan tubuhnya, orang tidak akan tau kalau dia manusia.

Dia melakukan aktivitas seperti biasa, tapi sepertinya jiwa pria itu tidak disini. Sebagian orang mengatakan mungkin pria itu sudah mematikan dirinya.

Beberapa kali dia tidak fokus dalam pekerjaannya, kesalahan demi kesalahan baik yang disengaja atau tidak mulai muncul. Kekacauan itu dirasakan oleh para karyawan kantor sejak lima bulan meninggalnya adik dari bos besar itu.

Perusahaan ini sudah cukup kacau saat dia vakum selama lima bulan karena dirawat di rumah sakit, ditambah saat ini otaknya tidak bisa berjalan dengan maksimal. Kepalanya benar-benar pusing sekarang.

Ponsel di meja kerjanya bergetar, dia melihat nama Riko disana. "Yaa," jawab Karel.

"Rel, semua data tentang kemanapun Gavyn pergi nggak ada. Tapi anak buah gue udah ngikutin Gavyn, dan sepertinya ada yang aneh," jelas Riko.

"Gue tau perusahaan dia ada di Bengkulu, awalnya gue pikir perusahaan disana memang butuh perhatian khusus, tapi setelah gue cari tau ternyata perusahaan itu baik. Intinya ada kemungkinan Fian disana," tambah Riko untuk memperjelas dugaannya.

Karel terdiam, Bengkulu. Dalam beberapa bulan ini dia juga sering ke sana untuk mengunjungi cabang perusahaannya dan dia tidak pernah sadar Fian disana. Hebat, sudah ada di tempat yang sama tapi tetap tidak bisa menemukan.

"Thanks Rik," ucap Karel singkat. Dia langsung mengambil jasnya dan pergi keluar ruangan.

"Kau ingin pergi kemana?" tanya Yuki.

"Bengkulu, siapkan semuanya. Ada sesuatu yang harus ku urus," perintah Karel. Yuki mengangguk dan langsung menyiapkan semua keperluan Karel. Dia pikir sepupu sekaligus bosnya itu hanya akan mengunjungi perusahaan.

Karel mengenakan t-shirt putih santai. Dia sengaja tidak mengenakan kemeja dan jas agar tidak terlalu mencolok. Dengan santai Karel berjalan menuju resepsionis.

Dia tersenyum tipis pada wanita yang sedang menatap kagum dirinya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu ramah.

Karel mengangguk. "Saya ingin mencari karyawan bernama Fian Airish Bella," ucapnya. Jika benar Fian disini maka sudah pasti istrinya itu bekerja di perusahaan ini. Fian bukan orang yang menerima bantuan secara cuma-cuma.

Resepsionis itu mengangguk, dia mencari data karyawan di perusahaan ini. "Tidak ada nama Fian disini," ucapnya.

Karel mengerutkan keningnya. "Hemm benarkah? bisa cek ulang?"

Resepsionis itu kembali memeriksa dengan wajah bingung. Benar-benar tidak ada data nama Fian di perusahaan ini. Wanita itu menoleh pada Karel dengan wajah menyesal.

"Baiklah, terima kasih."

"Iyaa sama-sama, ada yang bisa saya bantu lagi?"

"CEO perusahaan ini sering kemari?" Resepsionis itu mengerutkan keningnya. "Saya ingin melamar pekerjaan disini, saya dengar ini perusahaan cabang jadi saya ingin survei."

"Ohh sering, Mr. Gavyn setiap minggu kemari tapi beliau hanya mengecek sebagian saja setelah itu langsung kembali ke Jakarta."

Karel mengangguk mengerti. "Langsung kembali, memangnya dia tidak punya rumah disini? kasian sekali dia pasti orang sibuk," kekeh Karel. Dia harus berakting menjadi pria hangat yang banyak bicara di sini agar dapat mengorek informasi.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang