Epilog

136K 5.2K 780
                                    

Yapppp sudah sampai di epilog..hihi nggak kerasa yaa ini udah di akhir dunianya Fian Karel.

Langsung aja deh happy reading guys 😉 hope you like this epilog 😂

🍁🍁🍁

Fian tertawa dengan Rain di ballroom hotel. Malam ini mereka sedang berkumpul untuk merayakan acara ulang tahun pernikahan Fian dan Karel. Tentu itu bukan rencana mereka, ini semua rencana Caramel dan si kembar yang dibantu oleh Rain, Fatar, Putri dan Cakra.

"Gue bener-bener nggak nyangka," ucap Fian sembari mengusap air mata harunya. Dia benar-benar senang malam ini. Sore tadi dirinya dibuat kesal karena Karel melupakan hari spesial ini, padahal tadi rencananya dia hanya ingin makan malam berdua dengan suaminya ternyata semua diluar ekspektasi.

Tadi Caramel minta untuk ditemani pergi ke acara pertunangan kakak temannya. Jadi dia sama sekali tidak curiga.

"Selamat atas ulang tahun pernikahanmu," ucap suara berat yang tidak asing untuk Fian. Fian reflek menoleh, matanya berbinar senang.

"Gavyn!!!" teriaknya girang. Fian sudah lama tidak bertemu dengan pria yang telah banyak membantunya ini. Pria yang memang sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri. "Mana dua anakku? kapan kamu akan membawa mereka kembali?" tanya Fian.

Gavyn terkekeh geli dan mengacak rambut Fian. "Satu minggu lagi Lyza akan kembali, tolong bilang pada Raka untuk menjemputnya. Anak itu tidak merindukan adiknya?" tanya Gavyn.

Memperhatikan wajah senang Fian, Rain ikut tersenyum lebar. Kemarin dia sengaja membujuk kakaknya untuk kembali ke Indonesia untuk menghadiri acara ini.

"Lyza kembali?? dia masih ingat aku kan? Ken bagaimana?" tanya Fian lebih antusias lagi. Dia benar-benar merindukan dua anak itu.

Ekspresi wajah Gavyn berubah, dia tersenyum kecil. "Ada banyak yang belum ku ceritakan, Ken sudah lama kembali ke Indonesia," jawabnya.

Baru akan bertanya, suara Caramel memotong obrolan penting ini. "Bunda.. Kara mau pergi ke, aduh," keluh anak itu saat keningnya menabrak punggung Gavyn. Caramel meringis kecil, sembari mengusap keningnya. "Ehh maaf Om, nggak sengaja," ucapnya dengan wajah memerah.

"Aduh Bunda udah bilang, kalau jalan sangan sambil mainin hp!" ucap Fian.

"Itu menurun dari lo Fi," kekeh Rain.

Gavyn hanya tersenyum. "Caramel? si bungsu yang paling cantik?" tanya pria itu.

Caramel mengerutkan keningnya, dia memperhatikan pria itu dari atas sampai bawah. Sepertinya dia belum pernah bertemu sebelumnya. "Om siapa ya?" tanya anak itu polos.

Gavyn tertawa, dia mengusap kepala Caramel. "Kamu sudah lupa, dulu kamu masih bayi saat ada di gendonganku," jawabnya.

Fian menyubit lengan Caramel. "Salim dulu! anak ini, dia itu Daddy Gavyn," jelas Fian.

Mata Caramel yang sudah bulat semakin membulat, mulutnya sedikit terbuka. "Bunda pernah nikah sama Om ini?" tanya Caramel masih dengan wajah syok.

Rain merangkul bahu Caramel. "Jangan sembarangan! Ayahmu bisa cemburu nanti," kekehnya.

"Mana mungkin," ucap Karel yang baru saja datang dengan Fatar.

Fatar mencibir pelan, "lo cemburu sama Gavyn dulu," ucapnya.

Gavyn tersenyum miring, dia mendekati Fian dan merangkul bahu wanita itu dengan santai. "Dia tidak cemburu Fi, tinggalkan saja dan menikah denganku," ucap Gavyn.

Karel melotot kesal, dia memukul lengan Gavyn yang ada di bahu Fian. Lengannya langsung menarik pinggang Fian agar berdiri di sampingnya. Semuanya kembali tertawa. Disini yang tidak tahu situasi hanya Caramel. Anak itu menonton dengan tampang bingung yang terlihat lucu.

Not A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang